Omah Munir, Museum yang Jadi Saksi Perjuangan Aktivis HAM di Malang

15 Januari 2019 19:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Omah Munir di Kota Batu, Malang (Foto: Instagram/fatnnjla)
zoom-in-whitePerbesar
Omah Munir di Kota Batu, Malang (Foto: Instagram/fatnnjla)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kota Batu di Malang mungkin lebih dikenal dengan museum angkut, kebun binatang atau buah apelnya. Namun, lebih dari itu, Kota Batu sebenarnya punya destinasi wisata yang tak hanya jalan-jalan saja, tapi sarat akan sejarah dan nilai kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Omah Munir namanya. Sesuai dengan nama yang disematkan, tempat ini dulunya adalah rumah milik Munir, seorang aktivis sekaligus pejuang HAM asal Indonesia. Dulu di rumah ini, ia bersama dengan istrinya, Suciwati dan anak-anaknya tinggal.
Munir Said Thalib, atau yang lebih akrab dipanggil Munir adalah aktivis HAM ternama Indonesia. Karena perjuangannya, ia bahkan mendapat penghargaan dari Pemerintah Swedia, bertajuk 'The Rights Livelihood Award' pada tahun 2000 lalu.
Sebuah penghargaan yang serupa dengan Nobel. Ia juga dijadikan sebagai nama jalan sepeda di Den Haag, Belanda. Bagi para pemerhati Hak Asasi Manusia, Omah Munir bukanlah sekadar museum biasa, di sana mereka bisa belajar lebih jauh dari sosok yang meninggal karena dibunuh dengan racun saat berada di pesawat pada 2004 silam.
ADVERTISEMENT
Museum yang dibangun di atas lahan seluas 290 meter persegi di Malang itu berisi berbagai informasi audio dan visual tentang perjalanan Munir dan kehidupan pribadinya. Bagaimana sosok Munir membela hak orang-orang yang tertindas, termasuk para aktivis yang diculik pada tahun 1997/1998.
Di dalam Omah Munir, kamu bisa menemukan berbagai barang peninggalan seperti baju, poster sejarah perjalanan, foto-foto Munir, sepatu, rompi anti peluru, jaket kulit, buku, poster korban penculikan dan barang lainnya.
Selain itu, ada pula paspor dan visa cap Belanda yang jadi saksi pembunuhan pembunuhan Munir saat menaiki pesawat Garuda Indonesia GA 974 rute penerbangan Jakarta - Amsterdam. Dan juga boarding pass bernomor kursi 40G pada tahun 2004 yang ia gunakan untuk melakukan perjalanan menuntut ilmu di Negeri Kincir Angin.
ADVERTISEMENT
Museum Omah Munir didirikan pada tahun 2013, bertepatan dengan hari kelahiran Munir Said Thalib, yaitu tanggal 8 Desember. Mulai dibuka hingga saat ini, Museum Omah Munir telah dikunjungi sekitar 7500 pengunjung, terutama siswa dan kaum muda.
Selain untuk mengenang perjuangan Munir, Omah Munir juga menjadi sarana untuk diskusi para pemerhati HAM dan fasilitas untuk mengedukasi para pengunjung tentang besarnya hak asasi manusia. Untuk dapat berkunjung ke Museum Omah Munir, pengunjung juga tidak dikenakan biaya, lho.
Bukan hanya itu saja, Omah Munir juga nantinya akan diperluas menjadi bangunan seluas 2000 meter persegi. Perluasan tersebut akan dilakukan oleh Pemerintah Kota Batu dan Yayasan Omah Munir yang diwakili oleh sang walikota, Dewanti Rumpoko dan Pendiri Yayasan Omah Munir sekaligus istri almarhum Munir, Suciwati.
ADVERTISEMENT
Wah, semakin menarik, ya, traveling sambil belajar di Kota Batu, Malang. Tertarik?