Legenda di Balik Kampung Batu, Desa Pakumbang, Kalimantan Barat

28 Oktober 2019 8:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangunan Batu yang berada di puncak Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang.
 Foto: Achmad Rafiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan Batu yang berada di puncak Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bagi kamu para petualang yang menyukai tantangan dan legenda di suatu daerah, tak ada salahnya untuk berkunjung ke Desa Pakumbang yang berada di Kecamatan Sompak, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Meski belum banyak diketahui masyarakat luas, rupanya di desa tersebut memiliki salah satu destinasi wisata bersejarah yang disebut Bukit Kampung Batu.
Konon katanya, zaman dulu terdapat perkampungan di bukit itu. Di sana tinggal lah nenek bernama Nek Patah bersama seorang cucunya, Banti'ang. Lalu suatu hari di perkampungan tersebut diadakanlah acara adat dan tetangga saling gotong-royong membantu. Namun, lantaran sang nenek tak sanggup membantu acara itu, cucunya lah yang menggantikan.
Pengunjung yang akan masuk ke Goa yang terdapat di Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Rupanya, Banti'ang membuat warga yang ada di acara tersebut jengkel lantaran makan terlalu banyak. Mereka berpikir anak itu rakus dan tidak memikirkan si nenek yang ada di rumah.
Akhirnya, warga setempat langsung menyiapkan makanan dari sejenis karet yang bentuknya menyerupai daging. Anak itu lalu pulang dan menyantapnya di rumah tanpa berbagi ke si nenek.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, karet yang menyerupai daging itu tidak habis-habis dimakan Banti'ang. Nek Patah yang melihat itu langsung berpikir bahwa warga setempat jahat kepada cucunya dengan memberikan makanan karet.
"Terus zaman dulu kan mistisnya luar biasa, ya. Setelah itu dia (Nek Patah) berpikir untuk mengirim binatang anjing ke lokasi acara tersebut. Terus anjing itu dihias dan beri lonceng agar semenarik mungkin," ujar salah satu tokoh pemuda bernama Ganesha, saat ditemui kumparan di kediaman Kepala Desa Pakumbang, baru-baru ini.
Suasana saat mendaki ke puncak Bukit Kampung Batu, di Desa Pakumbang. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Semua orang yang di pesta itu tertawa melihat anjing ini. Terus dia (Nek Patah) lari lewat gua bersama cucunya, yang katanya menembus Gunung Samabue. Dia bawa ayamnya satu, telur satu," sambungnya.
Singkat cerita, tiba-tiba cuaca berubah dan muncul angin kencang yang membuat suasana perkampungan itu porak-poranda. Lalu, warga setempat pun berubah menjadi batu.
ADVERTISEMENT
Menurut Ganesha, warga di Desa Pakumbang itu dulu percaya bahwa siapa saja yang menertawakan atau merendahkan binatang, akan berubah menjadi batu.
Hingga saat ini, jejak-jejak peninggalan kisah itu, mulai dari rumah yang berbentuk batu, hingga gua tempat Nek Patah dan Banti'ang melarikan diri, masih berdiri kokoh di Bukit Kampung Batu.
"Sampai sekarang kita belum tahu Nek Patah dan cucunya masih hidup apa enggak. Tapi kata warga di sekitar daerah Samabue, masih suka terdengar suara ayam gitu," katanya.
Kades Pakumbang (kanan) dan Perwakilan warga dari Desa Pakumbang. Foto: Achmad Rafiq/kumparan.
Cerita itulah yang didapat kumparan dan beberapa tamu undangan dari Bupati Landak, ketika tiba di kediaman kepala Desa (Kades) Pakumbang. Kala itu, kumparan dan rombongan disambut baik dan ramah oleh Kades Pakumbang, Fredilon Rio Karvie, dan warga setempat.
ADVERTISEMENT
Setelah duduk sebentar sembari menyeruput es teh dan mendengarkan kisah tentang Bukit Kampung Batu itu, kumparan dan rombongan langsung bergegas ke bukit tersebut.
Perjalanan dari rumah kades ke pintu masuk Bukit Kampung Batu memakan waktu kurang lebih 30 menit menggunakan mobil Toyota Hilux. Jalan yang sempit, agak berlumpur, dan bergelombang, menjadi tantangan untuk bisa sampai ke sana.
Jalanan menuju pintu masuk Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Namun, bagi kendaraan sedan atau jenis mobil yang tidak mampu melewati medan rusak, sebaiknya menitipkan kendaraannya di tempat kepala desa setempat. Sebab, kendaran tersebut akan sulit melintasi jalan menuju Bukit Kampung Batu.
Setelah sampai, kumparan langsung jalan menuju puncak Bukit Kampung Batu dengan mengikuti jalan setapak yang telah dibuat warga setempat. Suasana ketika mulai memasuki kawasan hutan, terasa begitu sejuk.
ADVERTISEMENT
Pohon bambu dan beberapa tumbuhan liar lainnya, menjadi pemandangan yang masih begitu hijau. Gemericik suara air sungai yang begitu jernih, menambah suasana terasa sangat alami. Pengunjung pun harus berhati-hati ketika jalan mulai menanjak, karena cukup licin.
Rumah Batu di Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, Kalimantan Selatan. Foto: Achmad Rafiq/kumparan.
Beberapa ratus meter dari lokasi pintu masuk bukit, kumparan melihat batu yang menyerupai bangunan rumah, berdiri begitu tegak. Batu yang sudah mulai berlumut hijau tersebut berdiri di sekitar tumbuhan bambu.
"Batu ini yang katanya dulu tempat tinggal si nenek dan cucunya. Di situ juga batu yang dulu jadi tempat lumbung padi," ujar Ganesha seraya menunjuk ke arah batu itu.
Setelah melihat dan mengabadikan beberapa foto di batu tersebut, kumparan kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak Bukit Kampung Batu. Tidak ada lagi jalan setapak yang terlihat saat jalur mulai menanjak.
ADVERTISEMENT
kumparan hanya mengikuti jalan yang dibuat warga setempat. Di tengah perjalanan, ditemukan pula akar tumbuhan Bajakah. Dari akar yang dipotong tersebut, menghasilkan tetesan-tetesan air untuk diminum.
Akar batang Bajakah, yang disebut-sebut tetesan airnya mampu menyembuhkan kanker, saat mendaki ke puncak Bukit Kampung Batu. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Tetesan air Bajakah tersebut, kabarnya bisa menyembuhkan penyakit kanker. Kabar itu sempat tersiar ketika ada pelajar di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, melakukan penelitian terhadap air Bajakah itu. Namun hingga kini, belum ada penelitian resmi dari dinas kesehatan atau pemerintah terkait soal khasiat air Bajakah.
kumparan sempat mencoba air dari batang Bajakah tersebut. Airnya pun terasa cukup dingin, dan tawar. Akar Bajakah yang tebal, akan mengeluarkan tetesan air cukup banyak.
Perjalanan pun berlanjut. Setelah kurang lebih dua jam berjalan, akhirnya kumparan dan rombongan tiba di puncak Bukit Kampung Batu. Batu besar yang membentuk bangunan rumah juga berdiri kokoh di atas situ. Batu itu juga dapat digunakan tempat berteduh dan ibadah bagi kepercayaan warga setempat, karena tempatnya cukup luas dan bagian atas yang miring seperti atap.
ADVERTISEMENT
Rasa lelah usai menempuh perjalanan yang cukup jauh, akan terbayarkan saat melihat pemandangan hijau di depan mata. Perkebunan, gunung, langit luas, serta udara yang sejuk, mampu menghipnotis dan membuat takjub pengunjung yang datang di puncak Bukit Kampung Batu.
Pemadangan perkebunan dan gunung saat berada di puncak Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Hujan pun sempat turun saat kami tiba di atas puncak Bukit Kampung Batu. Kami tidak kebasahan lantaran berteduh di bawah bangunan batu tersebut. Namun sayang, bangunan batu bersejarah itu harus kotor lantaran banyak coretan-coretan yang dibuat tangan jahil para pengunjung.
Di sekitar puncak Bukit Kampung Batu, terdapat pula tumbuhan jelatang. Namun, pengunjung mesti berhati-hati dan jangan sampai tubuh tersentuh daun jelatang sebab apabila tersentuh, kulit akan berdampak gatal-gatal.
Daun Jelatang, tumbuhan di atas puncak Bukit Kampung Batu, yang dapat membuat kulit gatal-gatal ketika tersentuh. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Setelah rehat sejenak, kumparan dan rombongan kembali meniti jalan menanjak beberapa meter untuk melihat gua atau lorong tempat si nenek dan cucunya melarikan diri. Pintu gua sangat sempit lantaran terhalang batu di bibir goa tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketika memasuki gua, terdapat kelelawar yang terbang berlalu-lalang di dalam dan sangat gelap. Gua itu yang kabarnya dapat menembus ke Gunung Samabue.
Untuk menempuh lokasi Bukit Kampung Batu, di Desa Pakumbang, pengujung bisa menyewa kendaraan pribadi di pusat kota Kabupaten Landak. Sebab, hingga saat ini belum ada transportasi umum yang langsung mengantarkan pengujung menuju Desa Pakumbang.
Coretan-coretan yang dilakukan tangan jahil pengunjung di puncak Bukit Kampung Batu, Desa Pakumbang. Foto: Achmad Rafiq/kumparan
Warga di Desa Pakumbang pun masih terus berbenah diri untuk meningkatkan potensi pariwisata setempat. Sehingga, belum ada tarif khusus jika ingin berkunjung ke Bukit Kampung Batu di Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat.
Namun sebaiknya, bagi kamu yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Kalimantan Barat, khususnya mau berkunjung ke Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, bisa datang ke rumah Kades atau tokoh pemuda setempat, untuk minta pendampingan.
ADVERTISEMENT
Jika kamu tertarik dengan sejarah mistis dan menyukai tantangan dan ingin datang langsung ke Desa Pakumbang, Kabupaten Landak, Kalimantan Barat, kamu bisa menghubungi Kades Desa Pakumbang, Fredilon Rio Karvie (081345587272) atau salah satu tokoh pemuda setempat, Ganesha (082148500402). Selamat berpetualang!