Honai, Rumah Adat Papua Berbentuk Jamur yang Khusus Dihuni Para Pria

27 Januari 2021 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rumah Honai Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Rumah Honai Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap daerah di Indonesia dikenal memiliki keunikannya masing-masing, salah satunya adalah rumah adat. Indonesia sendiri adalah salah satu tempat destinasi wisata yang sangat disukai oleh wisatawan asing karena memiliki keanekaragaman budaya.
ADVERTISEMENT
Rumah adat yang dimiliki beberapa wilayah di Indonesia menjadi salah satu keunikan yang menarik perhatian wisatawan berkunjung untuk ke Tanah Air. Hampir setiap suku di Indonesia memiliki kekayaan arsitektur lokal. Bahkan, jauh sebelum arsitektur modern dikenal, leluhur negeri ini telah merancang arsitektur dengan kesederhanaan teknologi yang ada.
Salah satunya adalah Honai, rumah adat suku Dani yang tinggal di Lembah Baliem, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dilansir laman resmi Indonesia.Go.Id, keberadaan rumah adat Honai ditemukan di lembah-lembah dan pegunungan pulau Papua, tepatnya di ketinggian 1.600 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut.
Honai merupakan rumah mungil yang unik dengan bentuknya yang menyerupai jamur. Rumah ini memiliki bentuk dasar lingkaran dengan rangka kayu berdinding anyaman dengan atap kerucut yang terbuat dari jerami. Jika dilihat dari udara, rumah ini tampak seperti jamur berwarkan cokelat yang dibungkus jerami.
ADVERTISEMENT
Tak heran jika pertama kali ditemukan oleh Zoologi asal Amerika Serikat, Richard Archbold pada 1938, rumah adat ini disebut sebagai Grand Valley. Material yang digunakan penduduk Suku Dani dalam membuat Honai, 100 persen berasal dari bahan alami dan ramah lingkungan, seperti lantai tanah, dindng anyaman, dan atap jerami.
Bentuk rumah dengan atap menutup hingga ke bawah ini ternyata bertujuan untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air hujan. Tidak hanya itu, jerami juga digunakan untuk meredam hawa dingin agar tidak masuk ke dalam rumah.
Uniknya, tidak seperti kebanyakan rumah adat lainnya yang mempunyai banyak jendela, Honai justru tidak memilikinya. Hal ini lantaran untuk menutup celah udara dingin masuk, mengingat suhu di sana bisa mencapai 10 hingga 15 derajat celcius pada waktu malam.
ADVERTISEMENT
Meski bertubuh mungil, Honai didesain memiliki dua lantai di dalamnya. Lantai pertama biasanya digunakan sebagai tempat tidur, sedangkan lantai kedua sebagai ruang makan dan aktivitas keluarga lainnya.
Meski begitu, rumah adat Honai hanya boleh ditempati oleh pria. Perempuan diharamkan masuk ke rumah Honai, walaupun sudah menikah. Para perempuan akan menempati rumah Ebe'ai dan kandang binatang yang disebut sebagai Wamai.
Rumah adat Suku Dani di Lembah Baliem Foto: Shutter Stock
Konon, budaya tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun dan harus dituruti. Sebenarnya, ketiga jenis rumah ini bentuknya terlihat sama persis. Yang membedakannya, tempat tinggal khusus laki-laki dibuat lebih tinggi dari jenis rumah lainnya.
Selain berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah adat Honai juga berfungsi sebagai tempat menyimpan peralatan perang atau berburu, tempat melatih anak laki-laki agar menjadi orang yang kuat saat dewasa nanti sehingga dapat melindungin sukunya. Selain itu, Honai juga digunakan sebagai tempat untuk menyusun strategi perang, juga tempat menyimpan segala simbol dan peralatan warisan leluhur.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).