Foto: Merawat Tradisi Kapak Batu di Tanah Papua

6 Oktober 2020 10:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin menggosok tomako batu sambil mendoakan batu tersebut untuk dijadikan mahar atau maskawin di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Perajin menggosok tomako batu sambil mendoakan batu tersebut untuk dijadikan mahar atau maskawin di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dari zaman prasejarah hingga abad ke-20, kapak batu masih menjadi alat potong dan digunakan pula sebagai alat mempertahankan diri dari serangan musuh.
ADVERTISEMENT
Namun, bagi warga dan suku-suku di wilayah Sentani, Papua, kapak batu atau tomako batu tersebut sudah tidak lagi memiliki fungsi sebagai alat potong. Kini kapak batu memiliki fungsi sosial dalam kebudayaan masyarakat setempat, yaitu sebagai alat pembayaran maskawin, alat bayar denda, atau sebagai pemberian (hadiah) kepada orang.
Tomako batu, manik-manik dan uang disiapkan pihak Suku Olua (pihak laki-laki) untuk mahar di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
Nah, perajin batu ini masih banyak ditemui di Sentani. Mereka biasanya menyusuri Danau Sentani untuk mencari batu yang dijadikan tomako batu. Untuk mahar atau maskawin, ukuran batu sekitar 10-30 cm.
Jumlah kapak batu yang digunakan sebagai alat bayar bisa mencapai ratusan yang diserahkan pihak keluarga laki-laki kepada pihak perempuan dan ditambah dengan uang.
Perajin melihat batu yang akan dijadikan Tomako Batu di wilayah Sentani, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
Menurut salah satu perajin batu, Edwin Epaa (41), keistimewaan tomako batu terdapat pada warna yang masih sesuai dengan aslinya, tanpa ada pengecatan setelah dihaluskan untuk maskawin. Dalam pemilihan jenis batu juga harus benar-benar yang berkualitas dan tidak asal-asalan, karena tomako batu akan dipakai sebagai harta turun-temurun.
Anak Ondoafi Suku Mebri, Johanis Mebri membasahi sebuah batu untuk melihat warna aslinya di tepi Danau Sentani, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
"Untuk melihat warna batu, biasanya perajin membasahi batu tersebut. Apabila warnanya hijau muda dan hijau gelap serta ujung batu ditembus cahaya, ditambah dengan serat-serat batu yang bercorak cantik, maka batu tersebut memiliki kualitas yang tinggi." kata Edwin.
ADVERTISEMENT
Terdapat 10 jenis tomako batu yang dianggap sebagai harta sekaligus harga diri dari Suku Mebri, yakni allowae hawa phu, alowae nokom phu, alowae Hebhe, yengge fee, khonge, raeme yalobho, penkhu, yanjang bhulu, angguangge ro, hawa bhu.
Tomako batu dan manik-manik yang telah siap dijadikan mahar atau maskawin di Kampung Yoka, Kota Jayapura, Papua. Foto: Indrayadi TH/ANTARA FOTO
Selain itu, ada manik-manik yang terdiri tiga pasang. Warna kuning disebut Hate, warna biru Nokho, dan warna hijau adalah Hawa dengan bahan pengikat manik-manik biasanya terbuat dari serat kayu.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona.