5 Tradisi Melukai Keluarga Sendiri di Dunia, Potong Jari Hingga Bunuh Orang Tua

10 April 2021 8:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Orang Tua di India Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Orang Tua di India Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi adalah sesuatu hal yang sudah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian hidup dari kelompok masyarakat tertentu. Meski sebagian besar tradisi sudah mulai ditinggalkan dan dianggap bagian dari sejarah, tapi ternyata masih ada kelompok masyarakat yang memegang teguh tradisi yang diwariskan nenek moyangnya ini.
ADVERTISEMENT
Dari sekian banyak tradisi, tidak jarang beberapa di antaranya terkesan mengandung ritual adat mengerikan atau cukup menyeramkan. Bahkan, tradisi atau ritual tersebut kerap dilakukan kepada anggota keluarga sendiri.
Berikut kumparan rangkum tradisi atau ritual mengerikan terhadap keluarga sendiri yang ada di dunia.

1. Thalaikoothal di India

Ilustrasi Orang Tua di India Foto: Shutter Stock
Dalam bahasa Tamil, Thalaikoothal berarti bersantai sambil mandi minyak. Dalam prosesnya, orang tua yang sudah lanjut usia akan disuruh untuk mandi dengan menggunakan kandungan minyak kental sebelum fajar.
Setelah mandi, orang tua tersebut akan meminum beberapa gelas air kelapa tua yang dingin sepanjang hari. Aktivitas ini akan membuat suhu tubuh mereka turun drastis, sehingga menyebabkan demam tinggi, dan meninggal dalam kurun waktu 1-2 hari.
ADVERTISEMENT
Selain menggunakan air kelapa, Thalaikoothal biasanya dilakukan pula dengan menggunakan lumpur, pestisida, racun pembunuh ular atau babi, atau meminumkan susu tanpa henti hingga tersedak. Kemiskinan jadi alasan terbesar masyarakat India melakukan praktik ini.

2. Ubasute di Jepang

Tradisi Ubasute di Jepang Foto: Wikimedia Commons
Berasal dari kata Ubasuteyama, atau membuang ke gunung, praktik ini kabarnya dulu dilakukan karena keadaan yang sulit atau memaksa. Misalnya ketika musim paceklik dan masyarakat setempat tak punya banyak persediaan makanan, sehingga mau tak mau mereka mengurangi jumlah 'mulut' yang mesti diberi makan.
Dalam tradisi Ubasute, anak laki-laki akan menggendong ibu mereka ke gunung atau hutan lebat, lalu membuangnya. Orang tuanya yang telah renta itu kemudian akan meninggal perlahan. Baik karena kelaparan, dehidrasi, hipotermia, serangan binatang buas, atau kombinasi hal tersebut.
ADVERTISEMENT

3. Melempar Bayi, India

Ilustrasi bayi baru lahir berjenis kelamin laki-laki. Foto: Shutter Stock
Biasanya, bayi diperlakukan lembut dan penuh sayang dengan menggendongnya secara hati-hati. Namun, berbeda dengan di India yang memiliki ritual ekstrem dengan melempar bayi. Ritual 'nyeleneh' tersebut adalah ritual melemparkan bayi dari atas kuil.
Bayi yang berusia beberapa bulan hingga dua tahun akan dilemparkan dari atas balkon setinggi 15 meter. Hal ini dipercaya oleh warga India dapat memberikan keberuntungan dan kesehatan kepada sang bayi.
Saat hendak dilempar, bayi tersebut akan dipegang kaki dan tangannya dan diayunkan terlebih dahulu layaknya sebuah keranjang. Sedangkan sang ibu sudah menunggu di bawah balkon bersama warga setempat sambil membentangkan kain selimut untuk menangkap si bayi.
Bayi yang menangis histeris akibat merasa kaget tersebut akan disambut dengan sorak sorai dan tepukan kegembiraan dari semua orang yang ada di bawah. Sebelum dikembalikan pada pelukan ibunya untuk ditenangkan, sang bayi akan digendong secara bergiliran oleh semua orang yang ada di sekitarnya.
Ilustrasi bayi pakai topi. Foto: Shutter Stock
Meski ritual ini terdengar kejam, tetapi tradisi tersebut sudah dilestarikan sejak 700 tahun lalu oleh penduduk di India Barat. Hal ini dipicu akan tingginya angka kematian bayi di negara ini, sehingga penduduk setempat bersama-sama melaksanakan ritual itu untuk 'menjaga' anak mereka.
ADVERTISEMENT
Mereka berharap sang anak akan mendapat umur panjang, nasib baik, dan membawa kesejahteraan bagi keluarganya. Hal ini juga dipercaya sebagai bagian dari kewajiban agama mereka.
Tradisi lempar bayi ini banyak dilakukan pada daerah pedesaan India, seperti wilayah Maharashtra dan Desa Harangal. Sepanjang sejarah tradisi dilakukan, uniknya tak ada satu pun bayi yang diketahui cedera atau celaka akibat menjalankan ritual.

4. Tradisi Chhaupadi, Nepal

Perempuan di Nepal harus tinggal di Chhaupadi saat mereka menstruasi. Foto: Prakash Mathema/ AFP
Chhaupadi adalah tradisi masyarakat Hindu Nepal yang mengharuskan wanita yang sedang haid untuk dipisahkan tempat tinggalnya di gubuk kecil tanpa ventilasi. Mereka dianggap tidak suci sehingga dilarang menyentuh makanan, ikon keagamaan, hewan ternak dan pria.
Praktik ini sangat berbahaya karena dalam gubuk itu terdapat perapian tanpa lubang angin. Akibatnya tak ada sirkulasi udara dan asap perapian terjebak dengan wanita yang tinggal di sana.
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu lalu, dilaporkan ada seorang ibu yang meninggal dikucilkan saat menjalani tradisi Chhaupadi dalam gubuk. Ironisnya, ia tidak meninggal sendiri, tapi bersama dua anaknya yang masih balita. Ibu dan dua anak itu diduga meninggal karena sesak napas menghirup asap perapian.
Praktik Chhaupadi sebenarnya sudah dilarang pemerintah sejak 2005. Namun kenyataannya Chhaupadi masih dipraktikkan di wilayah-wilayah terpencil atau konservatif bagian barat Nepal.

5. Iki Palek, Papua

Masyarakat papua nugini yang memotong jarinya untuk menjalani tradisi Iki Palek Foto: Shutter Stock
Bagi suku yang terletak di Papua ini, kebersamaan dan kesetiaan sangatlah penting. Oleh sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga, mereka akan segera memotong ruas jarinya.
Tradisi ini dikenal sebagai Iki Palek, cara ekstrem untuk mengekspresikan bukti cinta kepada kerabat atau keluarga yang meninggal.
ADVERTISEMENT
Mereka memotong satu ruas jarinya sebagai bentuk kesetiaan terhadap orang terdekatnya yang meninggal. Pemotongan jari juga diartikan sebagai rasa sakit yang luar biasa.
Selain rasa kasih sayang, jari yang dipotong juga menunjukkan berapa banyak keluarga mereka yang telah meninggal. Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan.
Suku Dani yang menjalani tradisi Iki Palek dengan memotong jarinya Foto: Shutter stock
Mereka pun sadar jika ritual ini sangat menyakitkan. Namun, mereka rela melakukan apa saja demi bukti cinta terhadap pasangan.
Menurut anggota Suku Dani, menangis saja tidak cukup untuk melambangkan kesedihan yang dirasakan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan.
Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Bagian tubuh tersebut juga menjadi lambang hidup bersama sebagai satu keluarga, satu marga, satu rumah, satu suku, satu nenek moyang, satu bahasa, satu sejarah, dan satu asal. Dalam bahasa Papua, itu disebut dengan "Wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona).