Pencipta Aplikasi FaceApp: Orang Rusia dan Pernah Kerja di Microsoft

18 Juli 2019 12:06 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi FaceApp. Foto: FaceApp
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi FaceApp. Foto: FaceApp
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sempat menghilang selama dua tahun, aplikasi FaceApp kembali viral dan digandrungi lagi oleh netizen. Semua orang beramai-ramai menggunakan aplikasi yang bisa mengubah wajah seseorang menjadi tua, muda, hingga jadi jenis kelamin yang berbeda ini.
ADVERTISEMENT
Meski laris manis di internet, namun belum banyak orang yang mengenal sosok pendiri aplikasi ini. Ia adalah Yaroslav Goncharov, pria asal Rusia yang ternyata pernah bekerja di perusahaan raksasa Microsoft.
Pria yang mahir di bidang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) ini menyelesaikan studi di bidang mekanik dan matematika di St. Petersburg State University. Sebelumnya, dia bersekolah di Academic Gymnasium di kampus tersebut untuk bidang fisika dan matematika.
Di tahun kedua kuliahnya, pria pendiri Wireless Lab, perusahaan dibalik aplikasi FaceApp, itu sudah bekerja secara full time. Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat untuk bekerja di Microsoft.
Yaroslav Goncharov, pencipta aplikasi FaceApp. Foto: Yaroslav Goncharov/Facebook
Ia pun diterima menjadi karyawan perusahaan dan bekerja sebagai teknisi yang mengerjakan coding untuk bot-bot AI selama dua tahun.
ADVERTISEMENT
"Saya bekerja di Microsoft di Redmond, Amerika Serikat, dan di sore hari saya mengerjakan coding untuk bot yang mampu menemani bermain kartu poker. Neural network hanya bagian kecil dari kemampuan bot ini saat itu. Belum ada solusi yang bisa diciptakan neural network sepenuhnya," tutur Goncharov dalam sebuah wawancara dengan media Rusia, Afisha Daily, pada 2017 lalu.
Neural network merupakan salah satu elemen dalam teknologi AI yang membuatnya mampu berpikir dan memiliki persepsi seperti otak manusia. Goncharov kemudian mengembangkan teknologi in-depth untuk analisis suara.
"Di tahun 2016, saya memutuskan untuk menggunakan teknologi ini (AI) untuk kemampuan pengolahan foto. Demikian aplikasi FaceApp tercipta," ungkap Goncharov.
Pada 2006, dia juga ikut berperan dalam mendirikan perusahaan teknologi bernama SPB Software. Di sini ia menjabat sebagai direktur teknis.
Agnes Monica pakai aplikasi FaceApp. Foto: @agnezmo/Instagram
Lima tahun kemudian, pada 2011, Goncharov menjual perusahaan SPB Software kepada Yandex, perusahaan asal Rusia yang menyediakan produk serta layanan yang berhubungan dengan internet. Ia menjual dengan harga 38 juta dolar AS kala itu.
ADVERTISEMENT
Setelah cabut dari Yandex, barulah Goncharov mendirikan Wireless Lab. Berdirinya perusahaan ini didasari oleh popularitas kebutuhan foto dan video di zaman ini.
"FaceApp lahir dari dua hal penting yang menjadi tren. Pertama adalah value dari konten foto dan video yang terus tumbuh. Ada pandangan bahwa cerita di Snapchat, Instagram, dan sejenisnya bakal membunuh model news feed seperti Twitter. Facebook juga mulai menuju ke arah sana," jelas Goncharov dua tahun lalu.
"Tren kedua adalah teknologi neural networks. Teknologi serupa otak manusia yang ditanamkan ke dalam kode komputasi. Untuk menciptakannya dibutuhkan jaringan software simulasi yang besar dengan kemampuan menganalisis dan menyimpan data. Teknologi ini merupakan basis dari machine learning, artificial intelligence, cybernetic, dan lain-lain," lanjut Goncharov.
ADVERTISEMENT
Goncharov mengakui sudah mengembangkan neural network sejak lama, bahkan dia mengklaim sudah melakukannya sejak 10 tahun yang lalu. Dengan kembali booming-nya aplikasi FaceApp, muncul juga seputar keamanan data pribadi.
Keamanan data pribadi pengguna FaceApp
Banyak orang yang mengaitkan tanah kelahirannya Rusia sebagai ancaman bahwa ia menggunakan data pribadi penggunanya untuk berbagai macam alasan. Hal itu juga didukung dengan syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi yang membutuhkan banyak permission.
“Anda memberi FaceApp lisensi dan sub-lisensi abadi, tidak dapat dibatalkan, tidak eksklusif, bebas royalti, dibayar penuh, dapat ditransfer untuk menggunakan, mereproduksi, memodifikasi, mengadaptasi, menerbitkan, menerjemahkan, membuat karya turunan, mendistribusikan, melakukan dan menampilkan secara publik menampilkan konten nama pengguna atau kemiripan apa pun yang disediakan sehubungan dengan konten pengguna,” tulis syarat dan perjanjian.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, itu adalah persyaratan yang wajar untuk diminta dalam penggunaan aplikasi kecerdasan buatan, karena mereka membutuhkan akses kepada foto untuk memenuhi fungsinya.
Ilustrasi keamanan siber. Foto: TheDigitalWay via Pixabay
Menanggapi kekhawatiran itu, FaceApp mengatakan bahwa pihaknya tidak pernah menyalahgunakan data pribadi penggunanya. Mereka mendapatkan akses untuk foto dan video yang pengguna ingin edit namun mereka tidak menjual atau membagikannya ke pihak ketiga.
“Kami hanya mengunggah foto yang diupload pengguna untuk diedit. Kami tidak pernah memindahkan gambar-gambar lain dari ponsel ke cloud,” kata Wireless Lab dilansir TechCrunch.
“Kami mungkin saja menyimpan foto yang telah di-upload ke cloud. Alasan utamanya ialah karena performance dan traffic. Kebanyakan gambar kami hapus dari server kami dalam waktu 48 jam setelah di-upload,” lanjutnya.
Ilustrasi selfie. Foto: Dok. Highsnobiety
Pakar teknologi dan hukum dari Information Society Project di Yale Law School mengatakan, pengguna lebih baik mengkhawatirkan model proteksi keamanan dibandingkan dengan sebuah aplikasi yang mengakses data pribadi mereka. Kalau tidak ada keamanan data yang baik dari sisi pengguna, mereka tidak bisa menyalahkan pihak pembuat aplikasi karena mengakses datanya.
ADVERTISEMENT
“Berhenti menggunakan FaceApp karena tidak ada kendali terhadap penggunaan data kalian. Dan berhentilah mengakses hal yang mengharuskan kalian untuk mengekspos wajah untuk database teknologi pengenalan wajah. Lalu itu artinya kalian tidak bisa ke mana-mana? Model proteksi keamanan seperti ini tidak berguna,” kritiknya di Twitter.
Kalau kalian risau tapi masih mau menggunakan aplikasi FaceApp, ada baiknya kalian cukup memakai foto yang dijepret langsung dengan kamera ponsel, bukan yang diambil dari galeri gambar. Dengan begitu, kalian hanya memberikan akses kamera pada aplikasi FaceApp.