Mark Zuckerberg Akui Isu Cambridge Analytica Pengaruhi Kepercayaan

23 Maret 2018 20:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mark Zuckerberg. (Foto: AFP/Rodrigo Buendia)
zoom-in-whitePerbesar
Mark Zuckerberg. (Foto: AFP/Rodrigo Buendia)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Seruan #DeleteFacebook yang mengajak publik menghapus akun Facebook, mencuat setelah ada kabar bahwa data 50 juta pengguna Facebook disalahgunakan oleh Cambridge Analytica untuk memenangkan Donald Trump dalam Pilpres AS 2016. Hal ini ternyata membuat resah Mark Zuckerberg selaku pendiri sekaligus CEO Facebook.
ADVERTISEMENT
Meskipun Zuckerberg mengatakan bahwa penyorak kampanye #DeleteFacebook tidak memiliki jumlah yang cukup berarti untuk dikhawatirkan, namun ia khawatir ini akan berujung tidak baik.
"Saya rasa ini sinyal yang sangat jelas bahwa ini adalah masalah kepercayaan bagi orang-orang dan saya mengerti hal itu. Dan apakah orang-orang menghapus aplikasinya karena ini atau merasa tidak nyaman lagi menggunakan Facebook, itulah masalah besar yang saya pikir menjadi tanggung jawab kami untuk kami perbaiki," kata Zuckerberg kepada The New York Times.
Sang CEO juga menyampaikan kekhawatirannya tentang kemungkinan Facebook akan memberikan pengaruh pada pemilihan umum selanjutnya seperti yang pernah terjadi pada pemilihan umum Amerika Serikat di tahun 2016.
"Masalah ini sebenarnya tidak sesulit itu. Masalah ini sulit namun ini adalah masalah yang jika kalian yakini dan berusaha membuat mereka kesulitan untuk melakukan apa yang mereka coba lakukan, kalian bisa benar-benar mengurangi jumlah berita palsu dan membuat lebih sulit lagi pemerintah asing untuk ikut campur," jelas Zuckerberg.
ADVERTISEMENT
Zuckerberg akhirnya angkat bicara pada Kamis (22/3) menanggapi isu penyalahgunaan data pengguna oleh Cambridge Analytica. Ia turut mengumumkan bagaimana langkah Facebook kedepannya untuk mencegah penyalahgunaan data terulang lagi.
Mark Zuckerberg. (Foto: AP Photo/Noah Berger)
zoom-in-whitePerbesar
Mark Zuckerberg. (Foto: AP Photo/Noah Berger)
Skandal Cambridge Analytica Terbongkar
Terbongkarnya skandal penyalahgunaan data oleh Cambridge Analytica diungkap oleh Christopher Wylie, seorang mantan pekerja di Cambridge Analytica. Kepada The Guardian, Wylie merasa terpukul begitu menyadari bahwa kecerdasan dan kemampuan yang ia miliki dalam bidang digital dan komputer sains justru digunakan untuk membantu Donald Trump meraih kekuasaan.
Wylie adalah seorang ilmuwan data yang kini berusia 28 tahun. Ia punya ide brilian memadukan data dengan aspek psikologi yang kelak bisa digunakan untuk memprediksi pilihan politik publik. Dengan ide ini, Wylie berpikir bisa menjejali publik dengan iklan-iklan kampanye politik yang "sesuai" dengan karakter psikologis target.
ADVERTISEMENT
Wylie secara tidak langsung sedang membicarakan suatu disiplin ilmu yang namanya: Psychographics. Ilmu yang kemudian ternyata berjasa besar mengantar Trump ke kursi kepresidenan Amerika, dan Wylie ditakdirkan terlibat di dalamnya.
Christopher Wylie. (Foto: Twitter @DharmaMum)
zoom-in-whitePerbesar
Christopher Wylie. (Foto: Twitter @DharmaMum)
Dalam aksinya, Wylie memanfaatkan data dari pengguna Facebook, sebuah jejaring sosial terbesar di dunia. Platform ini sudah lama disebut oleh para ahli turut membantu Trump memenangkan Pilpres AS tahun 2016, karena banyak konsultan politik yang memanfaatkan Facebook untuk menyebar konten demi mempengaruhi pilihan politik.
Data-data ini didapatkan Wylie dari seorang akademisi Cambridge University, Aleksander Kogan, lewat perusahaan riset miliknya bernama Global Science Research.
Kogan turut membuat aplikasi semacam kuis untuk bersenang-senang soal tes kepribadian di Facebook bernama "thisismydigitallife."
Christopher Wylie. (Foto: Reuters/Henry Nicholls)
zoom-in-whitePerbesar
Christopher Wylie. (Foto: Reuters/Henry Nicholls)
Lewat tes kepribadian yang bisa diakses di laman Mechanichal Turk dan Qualtrics itu, setiap orang yang melakukan tes, tanpa mereka sadari setuju untuk memberi akses kepada Kogan untuk mengakses profil Facebook mereka. Bahkan, profil teman Facebook mereka juga bisa dicuri.
ADVERTISEMENT
Aplikasi kuis inilah yang dimanfaatkan Kogan untuk mengumpulkan data. Menurut laporan AFP, ada 320 ribu orang yang mengikuti kuis di Facebook buatan Kogan, yang kemudian bisa mengumpulkan 50 juta data pengguna Facebook.
Wylie dan Cambridge Analytica menyadari bahwa informasi personal seperti ras, gender, orientasi seksual, kecerdasan, sampai trauma masa kecil, bisa diketahui dengan melacak jejak maya berupa "likes" yang diklik seseorang di laman Facebook mereka. Hanya dengan selusin likes, Cambridge Analytica bahkan bisa memprediksi partai politik mana yang bakal dipilih seseorang.