Menpora Gandeng BKKBN Atasi Masalah Stunting demi Cetak Atlet Berprestasi
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Dampaknya, gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
"Stunting ini menjadi urusan kita semua, jika hulunya baik, tengah dan hilirnya akan baik. Tetapi, jika hulunya tidak diurus dengan baik, hilirnya yang diharapkan akan menghadirkan generasi muda yang tangguh dan unggul tidak akan tercapai," kata Amali dalam keterangan resminya.
Guna mengatasi persoalan tersebut, Kemenpora melakukan penandatanganan nota kesepahaman alias MoU dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Acara sendiri dilakukan di Wisma Kemenpora, Jakarta Pusat, Senin (10/5).
Zainudin menilai masalah stunting menjadi penting sehingga harus dilakukan upaya-upaya secara aktif untuk mengatasi stunting ini. Karena, lanjut politikus Golkar ini, stunting bukan hanya menjadi problem BKKBN saja, tetapi menjadi problem bangsa.
ADVERTISEMENT
''Kasus di Indonesia cukup besar hal ini sangat berpengaruh bagi pengembangan pembentukan SDM yang unggul, termasuk untuk mencetak atlet berprestasi," tuturnya.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo, yang turut menjadi perwakilan menyampaikan hasil sensus penduduk edisi 2020 sekitar 27% atau 70 juta jiwa adalah remaja berusia 10-24 tahun. Setiap tahunnya ada 5 juta bayi lahir di Indonesia.
"Bertambahnya penduduk dan populasi generasi muda menjadi dominan sekali untuk di masa saat ini dan yang akan datang," kata Hasto.
Presiden, kata Hasto, sudah memerintahkan untuk segera melakukan percepatan penurunan stunting agar generasi muda yang jumlahnya luar biasa ini menjadi penentu akan tercapainya sukses Indonesia Emas di 2045.
"Target Presiden sebesar 14% angka stunting tahun 2045 dengan harapan agar kualitas remaja dan pemuda Indonesia bisa meningkat," tambahnya.
ADVERTISEMENT