Kisah Haru Atlet Sudan Selatan: Menetap di Jepang 1,5 Tahun demi Olimpiade 2020

23 Juli 2021 14:47 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Atletik. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Atletik. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Abraham Majok Matet Guem tidak pulang ke negaranya, Sudan Selatan, selama 1,5 tahun demi mengejar prestasi pada Olimpiade 2020 di Tokyo, Jepang. Atlet yang turun di cabang olahraga atletik lari 1.500 meter putra ini memiliki kisah mengharukan.
ADVERTISEMENT
Tim Sudan Selatan yang berisikan empat atlet dan pelatih tiba di Jepang pada November 2019. Mereka memilih pergi ke 'Negeri Sakura' lebih awal karena tidak ada fasilitas olahraga yang layak di Sudan Selatan plus negara itu masih kerap dilanda konflik.
Aslinya, Olimpiade Tokyo akan diadakan selama 24 Juli-9 Agustus 2020. Namun, tanggal itu dibatalkan akibat pandemi corona. Meski demikian, tim Sudan Selatan memilih untuk menetap di Jepang dan belum pulang hingga hari ini.
"Alasan kenapa kami menetap di sini adalah misi kami belum pernah terselesaikan. Kami belum melakukan apa-apa," kata Guem kepada DW Sports.
Pelari 1500m Sudan Selatan Abraham Majok Matet Guem berpose untuk foto setelah wawancara dengan AFP di Maebashi. Foto: AFP/PHILIP FONG
Tim Sudan Selatan menetap di Kota Maebashi, Ibu Kota Prefektur Gunma, wilayah Kanto utara Jepang. Mereka mendapat dukungan yang baik dari penduduk kota ini.
ADVERTISEMENT
DW Sports mewartakan bahwa warga dan Pemerintah Kota Maebashi mengumpulkan 250.000 euro (sekitar Rp 4,2 miliar) untuk mendukung para atlet yang menetap di sana. Uang itu sebagian besar dari pajak dan donasi. Mereka juga menyumbangkan vending machine untuk tim Sudan Selatan.
Abraham Guem dan rekan-rekannya melakukan segalanya demi berprestasi di Olimpiade 2020. Bantuan dari Maebashi jelas menjadi suntikan berharga dan mereka pun turut berbaur dengan warga lokal.
"Sebelum saya sampai di Jepang, saya tidak tahu orang Jepang seperti apa. Cinta yang saya dapatkan di sini bahkan melebihi apa yang saya harapkan. Jadi, saya tidak begitu merindukan rumah karena saya tinggal di lingkungan yang sangat damai dengan orang-orang yang sangat mencintai. Saya sangat terkejut," ujar Guem kepada AFP.
Kota Tokyo, Jepang jelang Olimpiade 2020. Foto: REUTERS/Tyrone Siu
"Saat ini, orang takut pergi ke Sudan Selatan. Namun, kami percaya dalam waktu dekat, itu akan menjadi negara yang sangat damai dan semua orang akan bebas bepergian ke sana. Kami akan senang melihat orang-orang dari Maebashi di sana juga," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ya, sudah lama tim Sudan Selatan tidak bertemu dengan keluarga mereka, termasuk Guem. Setelah Olimpiade 2020, mereka akan melepas rindu itu, tetapi kini mereka ingin memberikan yang terbaik untuk negara mereka.
"Jika kamu punya tujuan melakukan sesuatu, kamu harus selalu siap melakukannya, tak peduli bagaimana keadaannya. Karena ini untuk negara saya, saya siap mengorbankan segalanya," terang Guem kepada DW Sports.
Abraham Guem mungkin tak muluk-muluk meraih medali emas. Ia mengincar rekor tertentu di lintasan, tetapi yang lebih penting adalah menjadi inspirasi bagi negara asalnya yang baru merdeka pada 9 Juli 2011 itu.
Ilustrasi Atletik. Foto: Shutterstock
“Tentu saja, saya ingin membuat rekor bagus. Namun lebih dari segalanya, saya akan membuat rekor baik hanya jika saya mendapat keberanian dan keinginan untuk tak menyerah melalui hubungan saya dengan berbagai orang yang mendukung saya di Kota Maebashi," tegasnya, dikutip dari media Jepang, Jica.
ADVERTISEMENT
"Jadi, selain rekor saya, saya ingin menunjukkan kepada negara asal saya tentang semangat cinta satu sama lain, daripada saling membunuh dalam konflik,” tandasnya.
***