Inspirasi untuk Layar dari PNS Bernama Bobby Andriyanto

2 September 2018 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pasangan Indonesia, Andriyanto Bobby Feri dan Triwira Nugie, memacu perahu layarnya saat bertanding di Asian Games 2018. (Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Pasangan Indonesia, Andriyanto Bobby Feri dan Triwira Nugie, memacu perahu layarnya saat bertanding di Asian Games 2018. (Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pegawai Negeri Sipil--biasa kita singkat sebagai PNS--adalah sebuah pekerjaan idaman kebanyakan orang. Masa tua terjamin adalah berbagai hal manis yang dijanjikan oleh profesi PNS. Namun, bukan berarti PNS tak boleh menggandrungi hal lain seperti pria bernama Bobby Andriyanto.
ADVERTISEMENT
Nama lengkapnya Bobby Feri Andriyanto. Selain PNS, dia juga berprofesi sebagai atlet layar. Di ajang Asian Games 2018, dia turun membela Indonesia di nomor 470 putra bersama dengan Nugie Triwira. Sayang, Bobby gagal mempersembahkan medali untuk 'Merah-Putih'.
Meski gagal, Bobby tetaplah sosok unik untuk disorot. Di tengah kesibukannya sebagai atlet layar, siapa sangka ternyata dia adalah seorang PNS. Sampai saat ini, dirinya tercatat sebagai Kasatpel Olahraga Kec. Pademangan, Jakarta Utara. Hal ini diakui oleh Bobby saat diwawancarai seusai balapan ke-15 nomor 470 putra yang diadakan di Jakarta National Sailing Center, Jumat (31/8/2018).
"Saya memang Kasatpel Olahraga Kec. Pademangan, jadi mutasi memang hal lumrah di kedinasan. Saya PNS di Dinas Pemuda dan Olahraga Jakarta Utara, sempat di dinas, sempat di Kec. Penjaringan, lalu pindah ke Kec. Priuk juga, pindah lagi di Batrajaya tempat saya latihan layar, dan terakhir sekarang saya di Kec. Pademangan," ujar Bobby yang kini berusia 39 tahun.
ADVERTISEMENT
"Soal PNS, saya masuk ke lingkungan PNS itu merupakan hasil penghargaan dari gubernur pada 2004. Awal mulanya pegawai tidak tetap,, lalu CPNS pada 2008 dan diangkat jadi PNS 2012. Saat ini terakhir posisi di Kasatpel Olahraga Kec. Pademangan," ujar Bobby.
Selaku PNS, Bobby nyatanya cukup pandai dalam membagi waktu kapan harus fokus di PNS dan di pelatnas. Dia juga tetap fokus pada tanggung jawabnya sebagai seorang PNS, dan beberapa kali ikut apel dan rapat koordinasi sembari menekuni pelatnas layar jelang Asian Games 2018. Hal ini diakui Bobby merupakan buah dari kecerdasannya dalam membagi waktu.
Perahu layar Asian Games 2018. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)
zoom-in-whitePerbesar
Perahu layar Asian Games 2018. (Foto: REUTERS/Willy Kurniawan)
"Pastinya begitu. Saya sebenernya tidak benar-benar meninggalkan kerjaan, karena saya sudah dispensasi full. Tapi, boleh ditanyakan ke Pak Camat, kadang saya Senin ikut apel dan rapat koordinasi, juga menyelesaikan kerjaan sebagai Kasatpel Pemuda dan Olahraga Kec. Pademangan. Misalnya kaya kami ada event olahraga masyarakat, kaya futsal begitu, itu saya selesaikan dulu. Dan itu jadi tanggung jawab saya untuk menyelesaikannya," ujarnya tegas.
ADVERTISEMENT
Melihat latar belakangnya yang seorang PNS, cukup menarik juga untuk memerhatikan bagaimana olahraga layar dari sudut pandangnya, sekaligus kenapa dia pada akhirnya memutuskan terjun di dunia layar, dunia yang tidak terlalu banyak diperhatikan masyarakat luas.
Menjadi Atlet karena Ayah
Ditemani oleh istri dan anaknya, Bobby dengan santai menjawab pertanyaan para pewarta, Jumat (31/8) sore itu. Salah satunya perihal awal ketertarikan dengan dunia layar. Dia menyebut bahwa saat kecil, sama seperti anak-anak lainnya, dia ingin menjadi atlet basket dan voli. Dia sama sekali tidak tertarik dengan layar. Tapi, yang namanya jodoh memang tak akan ke mana. Itulah yang terjadi pada Bobby dan layar.
"Di layar ini dicemplungin sama ayah. Saat itu, besoknya akan ada pertandingan layar, tapi saya sama sekali enggak pernah pegang layar sebelumnya. Nah, pas bertanding cuma dikasih tahu, ini angin dari sana, layarnya seperti ini, pegangnya seperti ini, sudah jalan, dan saya nomor 3 waktu itu. Memang bakat yah," ujar Bobby sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
"Itu kejuaraan lokal hari Minggu. Waktu itu yang buat Pertamina. Dulu saya tinggal di Pantai Laut Sampur. Dulu itu pemukiman pinggir laut, dekat pantai, kami tinggal di sana. Ada Pertamina di ujung dekat tempat kami tinggal, tiap minggu ngadain pertandingan layar. Hadiah pertamanya 15.000, tahun 1989, saya umur 10 tahun saat itu. Dari situ, anak 10 tahun bisa ngehasilin uang 15.000, akhirnya ayah yang bilang, sekarang olahraga yang menjamin masa depan mana?" katanya menambahkan.
Bobby mantap memilih. Atlet yang sudah dikaruniai tiga anak ini akhirnya memutuskan memilih layar sebagai olahraga yang ditekuni. Sejak umur 12 tahun, Bobby mulai giat berlatih. Waktu sepulang sekolah adalah waktu yang dia gunakan untuk berlatih layar.
ADVERTISEMENT
Bobby Fitra Andriyanto, atlet layar Indonesia. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bobby Fitra Andriyanto, atlet layar Indonesia. (Foto: Sandi Firdaus/kumparan)
Lalu, soal dirinya yang akhirnya memutuskan memillih layar, memang ada andil besar juga dari ayahnya selaku mantan atlet layar dahulu. Ayahnya itu adalah mantan atlet layar juga. Namanya Eddy Sulistianto. Dulu, tahun 1986, Eddy menjuarai Asian Regatta. Dia juga sukses ikut di Olimpiade Seoul 1988 silam dan pernah menjadi pesaing dari Raja Bhumibol Adulyadej (Raja Thailand yang wafat pada 2016) di ajang SEA Games di masa lampau.
"Dii SEA Games, ayah saya juara beberapa kali, bahkan yang di Thailand, saya lupa juga tahunnya berapa, ayah saya itu diberikan penghargaan medalinya itu di tengah stadion sepak bola. Disaksikan ribuan penonton saat final bola, karena pada waktu itu raja Thailand, Bhumibol juga atlet layar. Dia bahkan bikin satu perahu dari kayu, dengan tangannya sendiri, namanya Super Mod, hal itu menjadi kelas tradisionalnya Thailand sampai saat ini. Bhumibol saat itu dapet emas, bersamaan dengan ayah saya" ujarnya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Menekuni Layar
Bobby menyebut bahwa dirinya 29 tahun menjadi atlet layar. Selama 29 tahun tersebut, sudah banyak prestasi luar biasa yang dia raih. Membela kontingen DKI Jakarta dalam ajang Pekan Olahraga Nasional serta beberapa kali membela DKI Jakarta di Kejuaraan Junior, Bobby sukses mendulang 11 emas dari tujuh kali PON dan beberapa kali kejuaraan junior yang diikuti.
Tidak hanya itu, Bobby juga sempat mengenang ajang SEA Games 1997 silam yang diadakan di Jakarta. Bobby kalah di final dan hanya sukses meraih perak, tapi dia mengenang SEA Games tersebut sebagai salah satu yang terbaik dalam kariernya.
"Untuk SEA Games, 1995 pertama kali saya SEA Games, di kelas 420, itu dapat perunggu. Lalu di Jakarta SEA Games 1997, saya kalah di final, dapat perak. Itu terakhir pelatnas yang terbaik, 1997. Kenapa? Kami try out bisa sampai Inggris, mendatangkan pelatih Inggris, bisa dapet perahu baru, dan itu benar-benar full dukungan dari pemerintah," ucap Bobby..
ADVERTISEMENT
"Setelah itu, saya tidak merasakan lagi pelatnas yang luar biasa seperti itu. Saya sebenarnya menantikan pas Asian Games 2018 ini (pelatnas apik), ekspektasi saya terlalu tinggi sih, tapi seharusnya seperti itu kalau memang ingin mendapatkan prestasi. Tapi kalau cuma sekadarnya, kami ya jadi penonton di rumah sendiri. Itu yang terjadi di Asian Games 2018 ini," katanya menambahkan.
Ilustrasi olahraga layar. (Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi olahraga layar. (Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara)
Saran untuk Olahraga Layar Tanah Air
Seiring dengan berjalannya waktu, layar mengalami penurunan prestasi. Bahkan, di ajang Asian Games 2018, tim layar Indonesia sama sekali gagal menyumbang medali. Bobby pun mengutarakan suara soal ini. Dia mengaku bahwa memang banyak program yang tidak berjalan. Tim layar Indonesia juga tidak didukung peralatan yang baru. Peralatan yang Bobby pun sudah dipakai sejak 2011 silam. Sejak latihan pada Februari 2018, dia menggunakan peralatan pribadinya, termasuk juga peralatan milik Pemprov DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
"Kalau bicara di laut ini, kita masih tertinggal. Kenapa? Karena kalau kita mau menaikkan level atlet, harusnya melalui banyak pertandingan, didampingi pelatih bagus. TC kami juga terlalu singkat. Ambil contoh begini, di kelas saya, putra 470, juara ketiganya Thailand, itu mereka mempersiapkan diri dari dua tahun lalu. Saat saya ketemu setahun lalu saja di SEA Games, dia menggunakan perahu baru. Dia sudah pakai perahu baru itu sejak setahun lalu," ujar Bobby.
"Perahu itu sama kaya mobil. Sedikit salah setting, berakibat penampilan tidak maksimal. Mereka membawa perahu itu ke mana mereka akan berlaga. Itu persiapan mereka, beda dengan kami yang masih kebingungan dan enggak punya perahu," tuturnya mengimbuhkan.
Bobby juga mengutarakan saran-saran agar kelak ke depan, tim layar Indonesia dapat berprestasi. Baginya, layar bukan hanya perkara soal kemampuanl manusia, tapi juga ada peralatan mumpuni yang bekerja di dalamnya., Dengan kemampuan Indonesia yang sekarang, tak heran jika Indonesia kalah di ajang Asian Games 2018. Namun, di ajang-ajang olahraga kelak, agar bisa juara, Bobby mengutarakan apa yang harus dilakukan oleh Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Atlet itu, kalau memang ingin berprestasi, butuh waktu lima tahun, tak bisa dalam waktu singkat, seperti lima sampai tujuh bulan. Jadi ini evaluasi bersama, pengurus, programnya, dan didukung oleh peralatan bagus. Layar tanpa peralatan bagus tak akan bisa. Saya melihat kondisi ini seharusnya sudah ada pembaruan yang apik. Ini bisa menjadi turnamen internasional terakhir saya. Bisa jadi saya jadi pelatih, karena memang passion saya di layar," ujar Bobby.
Setelah memberikan saran, percakapannya dengan para pewarta usai. Dia bergabung dengan istrinya bersama tim dan meninggalkan sebuab pesan bahwa di dunia layar, Indonesia ternyata masih jauh dari negara lain.