French Open: Agresivitas Praveen/Melati Buat Lawan Bermain Pasif

29 Oktober 2019 9:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Praveen Jodan dan Melati Daeva Oktavianti. Foto: Dok. PBSI
zoom-in-whitePerbesar
Praveen Jodan dan Melati Daeva Oktavianti. Foto: Dok. PBSI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rekor pertemuan yang mentereng tidak bisa meloloskan Zheng Si Wei/Huang Ya Qiong dari kekalahan melawan Praveen Jordan/Melati Daeva di final French Open 2019.
ADVERTISEMENT
Rekam jejak itu memang menunjukkan bahwa Wei/Qiong menang enam kali dalam tujuh pertemuan. Namun, final yang digelar pada Sabtu (26/10/2019) itu ditutup dengan kemenangan 22-24, 21-16, dan 21-12 untuk Praveen/Melati.
Ganda campuran terbaik Indonesia ini tidak hanya melanjutkan kemenangan atas Wei/Qiong yang didapat di Odense, tetapi juga memperpanjang rangkaian gelar juara. Sepekan setelah menjuarai Denmark Open, Praveen/Melati dinobatkan sebagai kampiun French Open.
"Kami mencoba banyak cara untuk menang, tetapi lawan kami memang jauh lebih bagus. Seluruh lawan kami berkembang dengan sangat cepat sehingga kami harus berlatih lebih keras dan mengevaluasi," ujar Wei, dikutip dari laman resmi BWF.
Wei/Qiong yang datang sebagai ganda campuran terbaik dunia itu memiliki modal selangit untuk mengandaskan Praveen/Melati. Wei/Qiong terkenal akan permainannya yang cepat dan menyengat.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, padunya serangan Praveen/Melati meredam agresivitas lawan. Menurut Wei, permainan seperti itu yang menyebabkan Praveen/Melati meraih kemenangan di final.
"Mereka sangat baik dalam membangun serangan. Mereka hanya membuat sedikit eror. Servisnya juga nyaris sempurna. Permainan seperti itu menyulitkan kami mengambil inisiatif serangan. Mereka mendikte permainan sehingga kami jadi lebih pasif," jelas Wei, dikutip dari laman resmi BWF.
Servis Praveen menjadi senjata ampuh di laga ini. Flick service-nya berulang kali membuahkan angka langsung. Hingga gim kedua selesai, tiga flick service Praveen mengganjarnya dengan tiga poin langsung.
Melati juga tidak mau kalah. Ia berulang kali melepaskan pukulan dengan penempatan shuttlecock yang cerdik. Kasus dalam pertandingan ini muncul dalam proses Praveen/Melati meraih keunggulan 1-2 di gim ketiga.
ADVERTISEMENT
Semuanya bermula dari jumping smash Wei yang dilepaskan dari ujung kanan lapangan. Pukulan itu menyilang dan menyasar Melati sebagai target.
Melati menjawab pukulan dengan cara yang unik. Sekilas ia terlihat seperti kehilangan kontrol sehingga pukulan backhand-nya bakal mendorong shuttlecock jatuh ke luar lapangan.
Praveen Jordan dan Melati Daeva juara di Denmark Open 2019. Foto: Dok. PBSI
Ternyata kenyataannya tidak seperti itu. Melati mengarahkan shuttlecock ke arah Qiong. Pemain yang ditarget menyadari arah pukulan, tetapi terlambat merespons sehingga kehilangan kendali.
Kesalahan itu membuat shuttlecock terlempar jauh ke luar lapangan. Barangkali itu adalah salah satu hasil kawin silang terbaik dari kematangan taktik dan keberuntungan.
"Saya merasa mereka juga sangat beruntung di gim ketiga. Beberapa pukulan Oktavianti [Melati] benar-benar tipis di atas net. Pukulan seperti itu sangat sulit kami antisipasi," terang Qiong.
ADVERTISEMENT
"Namun, saya tidak terkejut dengan jalannya laga. Toh, mereka punya kualitas mumpuni dan mengontrol pertandingan lebih baik daripada kami," jelas Qiong.