Kisah Perempuan Mati Suri 15 Menit: Seperti Tidur, tapi Tak Bermimpi

20 September 2021 8:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mati suri. Foto: Pxhere
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mati suri. Foto: Pxhere
ADVERTISEMENT
Seorang perempuan bernama Cassandra Scott menjadi salah satu dari sedikit orang yang pernah mengalami mati suri. Ia sempat dinyatakan meninggal dunia, namun selang 15 menit kemudian, hidup kembali.
ADVERTISEMENT
Dikutip ABC News pada 12 Desember 2012, Cassandra Scott ditemukan mengambang tertelungkup di perairan di pantai Coogee, Sydney, Australia. Denyut nadi Scott telah berhenti kala itu, tetapi petugas penjaga pantai dan dokter tetap melakukan resusitasi jantung paru (PJR) atau cardiopulmonary resuscitation (CPR) untuk berusaha menyelamatkan nyawanya.
Scoot dinyatakan meninggal dunia, namun hanya dalam waktu kurang lebih 15 menit. Ketika 'hidup kembali,' ia dikelilingi oleh empat orang asing yang telah membantu menyelamatkan hidupnya. Dia ingat menatap ke arah langit dan bertanya, "Di mana anakku, Ewan?"
Anak Scoot, Ewan yang berusia sembilan tahun, saat itu sedang berada di sekolah dan tidak menyadari apa yang baru saja dialami ibunya. Scoot bercerita pengalamannya ketika mati suri selama 15 menit, yang disebutnya mirip seperti tertidur.
ADVERTISEMENT
"Pengalaman saya sedikit seperti tertidur. Ketika Anda sadar Anda sedang tidur, tetapi tidak bermimpi. Rasanya seperti tidak sadar secara sadar. Seperti itulah rasanya. Tidak ada cahaya. Tidak (terasa) panas. Dan itu seperti abu-abu (tidak jelas) —itulah yang saya rasakan," kenang Scoot.
Ilustrasi mati suri. Foto: Pxhere
Scoot butuh waktu berbulan-bulan, sebelum dia mulai merasa seperti dirinya lagi. Butuh bekerja keras untuk mengatasi beberapa efek dari pengalamannya yang mengancam jiwa. Tetapi, dia mengatakan salah satu hadiah terbesar yang diterima dari pengalaman itu adalah pengingat untuk menikmati momen-momen sederhana dalam hidup.
Sebagai bagian dari pemulihannya, dia mengelilingi dirinya dengan keluarga dan teman-teman, membaca dengan suara keras, dan menghabiskan lebih banyak waktu di alam.
"Ini tidak pernah benar-benar sama sejak itu, tetapi saya memiliki ahli saraf yang luar biasa dan seorang psikolog yang bekerja dengan saya. Keduanya sangat membantu dalam merehabilitasi pikiran saya," katanya.
ADVERTISEMENT

Penjelasan sains soal mati suri

Sam Parnia, seorang profesor dari Grossman School of Medicine di New York University, AS, meneliti apa yang terjadi pada pikiran manusia selama dan setelah mengalami mati suri, termasuk pengalaman kematian yang diingat. Ia telah mempelajari ribuan catatan dari orang di berbagai belahan dunia yang mengaku telah merasakan bagaimana rasanya mati dan hidup kembali.
"Apa yang kami pahami terjadi adalah ketika (beberapa) orang telah melalui kematian, mereka memiliki pengalaman luar biasa yang melampaui kenyataan biasanya," katanya.
Lebih lanjut Parnia menjelaskan, beberapa orang yang mengalami mati suri melaporkan perasaan seolah-olah mereka bepergian dengan kecepatan yang sangat cepat ke dimensi yang berbeda, sementara yang lain mulai meninjau kembali kehidupan mereka.
ADVERTISEMENT
"Banyak dari mereka menggambarkan bahwa, saat ini, mereka merasa ditemani oleh makhluk atau entitas lain yang membimbing dan membantu mereka melewatinya dan kemudian ada keputusan yang dibuat di mana mereka harus kembali," ungkapnya.
Ilustrasi perempuan tidur. Foto: Shutterstock
Sementara sebuah studi yang dipaparkan di European Academy of Neurology Congress pada Juni 2019 menyebutkan, mati suri mungkin ada hubungannya dengan gangguan tidur pada tahap REM (Rapid eye movement sleep), yaitu siklus tidur di mana seseorang bermimpi sementara ototnya mengalami kelumpuhan.
Dikutip NBC News, orang-orang yang sering mengalami gangguan tidur REM ternyata juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami mati suri. Para ahli menemukan hal ini setelah menganalisis informasi dari 1.034 orang di 35 negara. Para peneliti menemukan bahwa 106 orang, atau sekitar 10 persen dari responden benar-benar mengalami mati suri.
ADVERTISEMENT
Sementara 47 persen responden yang pernah mengalami mati suri melaporkan gejala gangguan tidur REM. Proporsi ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengalami mati suri, yakni hanya 14 persen. Melihat hal ini, para ahli pun berpendapat bahwa beberapa pengalaman mati suri bisa merefleksikan kemunculan tiba-tiba dari fitur-fitur menyerupai tidur REM di otak.
Namun, masih banyak pertanyaan mengenai mati suri yang belum terungkap, dan para ahli masih terus berusaha untuk mencari jawabannya.