Fakta Unik Kanebo: Mereknya Sudah Punah hingga Terinspirasi dari Kambing

25 November 2020 7:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lap kanebo dan kemasannya yang sekarang menjadi Aion. Foto: dok. twitter/aionIndonesia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lap kanebo dan kemasannya yang sekarang menjadi Aion. Foto: dok. twitter/aionIndonesia
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebagian besar orang pasti sudah tahu apa itu kanebo. Kanebo adalah kain lap elastis dengan daya serap air tinggi untuk mencuci atau mengeringkan benda. Biasanya digunakan untuk membersihkan motor, mobil, dan berbagai perkakas tangan hingga rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Tapi, yang banyak orang belum tahu, Kanebo sebenarnya merupakan nama perusahaan asal Jepang yang memproduksi plas chamois. Artinya, meski tidak ada literatur pasti, kain lap elastis yang sering kamu jumpai sebenarnya punya nama asli plas chamois atau handuk chamois, bukan kanebo sebagaimana yang sering disebutkan.
Kanebo Plas Chamois pertama kali dibuat oleh Kanebo Ltd pada tahun 1952, setahun setelah mereka mendapatkan hak paten untuk pembuatan spons Polyvinyl Alcohol atau PVA Sponge.
Merek Kanebo Plas Chamois digunakan sampai tahun 1998. Diimpor dan didistribusikan di Filipina dan beberapa negara lain. Pada tahun 1999, Kanebo Plas Chamois berganti nama menjadi Aion Plas Chamois saat Aion Co., Ltd yang merupakan anak perusahaan Soft99 Group, membeli Kanebo Ltd.
Ilustrasi lap kanebo dan kemasannya. Foto: dok. Aion
Sudah lebih dari 50 tahun perusahaan Aion meniagakan plas chamois ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Kendati merek dagang telah diganti menjadi Aion Plas Chamois atau bahkan nama kanebo telah ditiadakan dalam kemasan, namun sebagian besar orang tetap menyebutnya sebagai kanebo, apalagi orang Indonesia.
ADVERTISEMENT
Plas chamois diaplikasikan untuk membersihkan perabotan, furnitur, mengeringkan hewan peliharaan hingga tubuh. Plas chamois juga biasa digunakan untuk menyeka sisa air, debu, dan kotoran di sekitar wastafel, ruang cuci, dan kamar mandi. Aion mengklaim, plas chamois sepuluh kali lebih tahan lama dari lap biasa. Efek penyerapan airnya juga tidak berubah selama pemakaian.

Apa itu Chamois?

Dahulu, istilah chamois dipakai merujuk pada material kulit yang berasal dari sejenis kambing gunung di Eropa bernama latin Rupicapra. Dalam ensiklopedia Britannica, chamois diartikan sebagai salah satu dari dua spesies hewan mirip kambing yang masuk dalam keluarga Bovidae.
Mereka bisa ditemukan di Pegunungan Alpen barat dan Pegunungan Tatra ke Kaukus dan Turki utara. Hewan ini punya tinggi sekitar 80 cm dengan berat 50 kg. Chamois jantan lebih besar ketimbang betina. Warnanya bervariasi, tetapi semua subspesies chamois punya tanda hitam dan putih di wajah, serta ekor dan kaki berwarna hitam.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-20, chamois diperkenalkan di Selandia Baru dan jumlahnya dengan cepat meningkat hingga 100.000 ekor pada tahun 1970-an. Namun, tahun-tahun berikutnya, populasi chamois mulai menurun sekitar 20.000 ekor.
Kulit chamois yang lembut dan lentur ini sering dimanfaatkan sebagai bahan baku jaket, sepatu, sarung tangan, pemoles perhiasaan, bahkan untuk produk celana sepeda pada awal 1940-an.
Kambing chamois. Foto: wikipedia.org
Kulit ini diolah menjadi alat bantu bersih-bersih yang dipakai dalam sejumlah industri. Popularitas kulit chamois meningkat pesat setelah munculnya kaca depan mobil yang diproduksi secara massal. Ada kebutuhan kaca depan mobil perlu sering dicuci untuk tujuan visibilitas, dan kulit chamois adalah alat bantu yang cepat membersihkan dan mengeringkan kaca.
Seiring dengan perkembangan zaman, chamois bertransformasi menjadi bahan sintetis yang semakin nyaman digunakan dan lebih fungsional, yang kemudian sering kita sebut kanebo. Padahal, merek kanebo itu sendiri sudah "punah."
ADVERTISEMENT