Es di Alaska Mencair Lebih Cepat, 5 Orang Tewas

28 April 2019 8:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah di Alaska. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah di Alaska. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dampak perubahan iklim semakin berbahaya. Alaska, yang sebagian besar wilayahnya ditutupi es, jadi salah satu wilayah yang mendapat ancaman langsung perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
Sekarang Alaska sedang mengalami musim semi paling panas yang pernah dirasakan. Akibatnya, es jadi mencair lebih cepat, mengganggu kehidupan di sana, dan bahkan sampai memakan korban.
Observatori milik Badan Kelautan dan Atmosfer AS (National Oceanic and Atmospheric Administration/NOAA) di Kota Utqiaġvik mencatat bahwa temperatur di sana lebih panas dibanding biasanya. Science Alert melansir temperatur di sana mencapai 18,6 derajat Fahrenheit di atas normal, artinya sekitar minus tujuh derajat Celcius lebih panas.
Sementara itu kota Fairbanks, untuk pertama kalinya, mengalami hari-hari di bulan Maret dengan temperatur tidak pernah di bawah titik beku. Akibatnya, jalan es yang ada di atas saluran air yang membeku jadi lemah dan berbahaya.
Ilustrasi kota rapuh di Alaska. Foto: Nathaniel Wilder/REUTERS
The Washington Post melaporkan bahwa pada musim semi 2019 setidaknya telah ada laporan lima orang yang tewas akibat es mencair lebih cepat. Mereka tewas setelah terjatuh saat melewati es yang meleleh lebih cepat daripada yang diduga sebelumnya.
ADVERTISEMENT
"Perubahan iklim terjadi lebih cepat dari yang sebelumnya pernah kita catatkan," ujar Bryan Thomas, kepala Barrow Atmospheric Baseline Observatory. "Kita berada tepat di tengah-tengahnya," sambungnya, dilansir Science Alert.
Alaska Climate Research Center mengungkap bahwa dalam 28 hari dari 100 hari pertama 2019, kota Utqiaġvik telah memecahkan rekor temperatur tertingginya.
Pada Februari lalu, para penduduk Utqiaġvik menemukan hal mengejutkan. Mereka melihat ada bagian es yang biasanya menempel di bagian pantai kota itu hingga musim panas terdorong ke laut karena angin. Ini menandakan bahwa es di sana tidak setebal atau sekuat dulu.
"Rasanya, seperti, 'Wow, saya tak pernah melihat hal ini sebelumnya'," kata Thomas.
"Ini mengejutkan bagi manusia. Tapi tidak begitu mengejutkan kalau dilihat dari sisi sains," lanjutnya.
Ilustrasi kota rapuh di Alaska. Foto: Nathaniel Wilder/REUTERS
Barrow Atmospheric Baseline Observatory telah memonitor iklim selama lebih dari 40 tahun. Thomas sendiri telah mengetahui arah tren iklim saat ini.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Marc Oggier, mahasiswa sekaligus peneliti dari University of Alaska di Fairbanks, menemukan bahwa kota Fairbanks pada April telah bersih dari salju. Ini adalah salju tersingkat di kota itu dalam beberapa tahun terakhir.
"Baunya, seperti bau hujan," ungkapnya. Menurutnya, waktu sekarang ini seharusnya tidak ada bau apapun. Ini karena harusnya tanah di kota yang berjarak 321 kilometer dari Utqiaġvik itu masih membeku.
Temperatur hangat 2019 ini dihubungkan dengan menghilangnya es di Laut Bering dan Laur Chukci yang terletak di sebelah barat Alaska. Pada Maret lalu, kedua area itu memecahkan rekor jumlah es paling sedikit.
Temperatur hangat ini mengganggu salah satu tradisi berabad-abad di Utqiaġvik. Kaare Erickson, North Slope Science Liaison untuk Ukpeaġvik Iñupiat Corporation, mengatakan bahwa temperatur ini membuat es tidak bisa dijadikan tempat pijakan dalam perburuan paus.
Kereta luncur anjing Iditarod di Anchorage, Alaska. Foto: REUTERS/Kerry Tasker
Meski biasanya lautan es di dekat Utqiaġvik membeku sebelum Februari, banyak orang khawatir bahwa cuaca sekarang tidak bisa memberikan mereka tempat stabil untuk berburu.
ADVERTISEMENT
Ada bahaya ketika es terbentuk lebih lambat dan meleleh lebih cepat. Kondisi ini menyebabkan garis pantai rentan mengalami erosi dari badai musim gugur dan musim semi.
Contohnya adalah pantai di Shishmaref, kampung halaman Erickson. Di sana garis pantai telah mundur lebih dari 30 meter. Bahkan kota itu telah memutuskan untuk memindahkan beberapa bangunannya jauh dari pantai.
Selain itu, para penduduk Alaska yang hidup dengan memburu daging anjing laut dan walrus juga akan mengalami kesulitan. Ini karena perburuan mereka akan terhalangi pijakan es yang tidak kuat dan berbahaya.
Es di Alaska Mencair. Foto: Paxson Woelber/Flickr
Es tidak stabil telah memakan korban. Militer AS di Alaska mengungkap bahwa dua orang pria meninggal dunia setelah kendaraan yang mereka gunakan terperosok ke dalam es.
ADVERTISEMENT
Pekan ini, ada tiga orang dari satu keluarga meninggal dunia setelah kendaraan mereka terperosok ke dalam es. Salah satu korbannya adalah bocah perempuan berusia 11 tahun.
Sgt. Teague Widmier, pimpinan pasukan militer AS setempat, mengatakan bahwa pihaknya telah meminta agar masyarakat menghindari jalur es yang tidak stabil. Tapi ia mengakui bahwa masyarakat tidak memiliki banyak pilihan lain saat berpergian di Alaska.
Widmier mengatakan melelehnya es di Arktik akibat musim semi memang berbahaya. Dan tahun ini lelehan itu tiba lebih awal dibanding biasanya. Terlebih, menurut National Weather Service, ketebalan es di musim dingin kali ini berada di bawah rata-rata.