Dosen UAI Ciptakan Respirator PAPR: Bantu Nakes Corona Berbaju Hazmat Bernapas

24 November 2020 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat bantu pernapasan Powered Air Purifying Respirator (PAPR). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Alat bantu pernapasan Powered Air Purifying Respirator (PAPR). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Para peneliti di Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) berhasil menciptakan sebuah alat pelindung diri (APD) berupa Powered Air Purifying Respirator (PAPR). Alat ini diinovatori Ahmad Juang Pratama, selaku dosen Prodi Teknik Industri UAI,
ADVERTISEMENT
Ahmad menjelaskan, PAPR model LCC-Respira V.01 merupakan alat bantu pernapasan portable yang dilengkapi dengan electrostatic sebagai filter penyaring udara yang dapat diganti. Alat ini mampu bekerja terus menerus hingga 8 jam dengan daya pengisian kurang dari 3 jam.
Pemakaiannya pun terbilang nyaman dan mudah, karena dilengkapi dengan pelindung wajah serta dapat disematkan pada pinggang layaknya tas. Kelebihan yang ditawarkan membuatnya cocok digunakan sebagai penunjang APD.
PAPR diciptakan untuk membantu para perawat dan dokter dalam menangani pasien COVID-19. Ide menciptakannya dimulai ketika pandemi corona muncul di Indonesia, sekitar bulan Maret 2020, di mana banyak dokter dan perawat mengalami kelelahan dan kekurangan oksigen setelah menangani pasien corona menggunakan APD dan masker N95.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa cerita dari rekan dokter yang bertugas di Wisma Atlet bahwa menggunakan masker N95 beserta APD adalah hal yang sangat melelahkan. Setelah 3 jam biasanya kehilangan konsentrasi dan respons terhadap lingkungan melambat yang merupakan salah satu gejala hipoksia atau kekurangan oksigen,” kata Ahmad saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (24/11).
Ahmad Juang Pratama (kiri) Foto: Dok. Istimewa
Kelelahan ini, kata Ahmad, membuat daya imunitas tubuh menurun dan rentan tertular COVID-19. Mengingat di Indonesia terdapat 172.000 dokter dan 345.000 tenaga perawat, maka harus ada solusi tepat untuk menangani masalah yang dihadapi para petugas medis ini, dan tercetuslah untuk menciptakan alat bantu pernapasan.
Ahmad Juang kemudian bekerja sama dengan sejumlah dosen di Fakultas Sains dan Teknologi UAI serta rekan dari ikatan alumni Jerman untuk mendesain dan menciptakan PAPR.
ADVERTISEMENT
Produksinya dilakukan di sekitar Jabodetabek dan komponennya pun sebagian besar menggunakan produk lokal. Beberapa komponen PAPR sendiri terdiri dari selang standard ventilator/CPAC, masker dengan berbagai macam bentuk, filter udara, baterai lithium dengan spesifikasi 18650 22650.
Powered Air Purifying Respirator (PAPR). Foto: Dok. Istimewa
“Pada Januari 2021, dengan adanya support dari produsen baterai ternama yaitu ABC, yang akan mensuport baterai lithium, maka lokal konten dari produk ini akan mencapai 70 persen,” katanya.
Ahmad memilih menggunakan spare part lokal karena dinilai sangat mudah didapat dan harganya lebih terjangkau ketimbang produk luar negeri. Selain itu, apabila ada bagian PAPR yang rusak, akan mudah diperbaiki mengingat komponen-komponennya banyak di jual di Indonesia.
Pada 11 Mei 2020, PAPR mendapatkan sertifikat lulus uji dari Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK). Alat ini juga menjadi bagian dari inovasi alat kesehatan di bawah Konsorsium Riset dan Inovasi Kemenristek-BRIN dalam penanggulangan COVID-19.
Respirator Karya Dosen UAI untuk tangani corona. Foto: Twitter/@tspratama
PAPR LCC-Respira V.01 adalah suatu model yang kami kembangkan untuk merespons cepat kebutuhan tenaga para medis dalam mendeteksi COVID-19,” ungkap Ahmad.
ADVERTISEMENT
PAPR sudah siap diedarkan dan pemesanan sudah bisa dimulai pekan depan di marketplace Al-Azhar atau Tajeer Store UAI. “Alhamdulilah surat izin edar PAPR baru saja keluar. Sudah mulai bisa pesan minggu depan. Desember minggu ke-3 barang diproduksi. Awal Januari 2021 sudah tersedia,” katanya.