Belajar Tatap Muka Dimulai, Juru Wabah: Sekolah Harus Punya Manajemen Risiko

2 September 2021 12:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta, Senin (30/8). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta, Senin (30/8). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada Senin (30/8), Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di sejumlah daerah sudah dimulai, termasuk 610 sekolah di Jakarta. PTM diselenggarakan setelah status Jakarta turun ke PPKM Level 3.
ADVERTISEMENT
Dengan transisi ini, penyelenggaraan PTM tentu harus disertai dengan perencanaan yang matang. epidemiolog dari Universitas Griffith, Dicky Budiman menyebut, harus ada penyesuaian dan persiapan agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan lancar.
“Persiapan atau manajemen risiko sekolah tatap muka itu harus ada,” kata Dicky, saat ditanya bagaimana sekolah menyikapi PTM kepada kumparanSAINS, Kamis (3/9).
Menurut Dicky, dalam situasi yang belum menentu sekarang, prinsip manajemen risiko—terlebih dari sisi kurikulum—harus disesuaikan. Misal, durasi belajar yang harus dikurangi. “Mungkin jadi 30 menit, dari biasanya 45 menit. Durasi anak di sekolah juga tak boleh dari 4 jam.”
Selain itu, kabupaten dan kota harus mengadakan Satuan Tugas (Satgas) untuk mengawasi. Terlebih, pendidikan merupakan sektor yang paling penting. “Pendidikan ini menyangkut human development index (indeks pembangunan manusia),” ujar Dicky.
ADVERTISEMENT
“Sehingga ini harus dikelola benar dengan leading sector-nya, tentu Dinas Pendidikan, tapi ada dinas-dinas lain yang mendukung,” kata Dicky.

Butuh kesiapan sekolah dan pengampu

Selain Satgas, pengampu seperti puskesmas maupun dokter pribadi juga dibutuhkan guna mencapai sistem belajar yang tetap aman di sekolah. Mereka juga bisa melibatkan OSIS maupun murid terpilih yang paling mungkin mempengaruhi temannya untuk mematuhi protokol kesehatan: memakai masker dan menjaga jarak.
“Secara rutin mereka melihat, memonitor, memberikan masukan, selain dari sekolahnya sendiri,” ucap Dicky.
Sejumlah siswa mengenakan masker menghadiri Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SDN Pondok Labu 14 Pagi, Jakarta, Senin (30/8). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Kesiapan sekolah dalam mengatur sirkulasi udara di ruangan juga penting. Jika biasanya kecepatan angin di lokasi sekolah lambat, maka arus disediakan ventilasi agar membantu sirkulasi udara. “Tentu ini juga perlu edukasi terus menerus. Bukan hanya di guru dan staf sekolah. Tapi juga orang tua murid dan murid itu sendiri,” tutup Dicky.
ADVERTISEMENT
Dirjen PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Kemendikbud, Jumeri, dalam acara 'Bincang Sore: Evaluasi Implementasi Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi' pada Jumat, (13/8) sebelumnya mengatakan, sekolah yang berada di penerapan PPKM level 1-3 bisa mengadakan pembelajaran tatap muka.
Infografik Sekolah Tatap Muka di Jawa-Bali. Foto: kumparan
Selain itu, salah satu syarat sekolah bisa menggelar PTM adalah kondisi warga sekolah yang sehat. Peserta didik dan pendidik juga tidak boleh memiliki gejala COVID-19 termasuk orang yang serumah.
Pandemi turut berdampak pada penurunan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka IPM tahun 2020 mencatatkan penurunan di sepuluh provinsi, dengan penurunan tertinggi terjadi di Kalimantan Utara. Pada tahun 2019 IPM Kalimantan Utara mencapai 71,15, namun pada tahun 2020 turun 0,73 persen menjadi 70,63.
ADVERTISEMENT
Penurunan ini menurut BPS, utamanya disebabkan oleh terganggunya dimensi standar hidup layak yang tidak mampu terkompensasi indikator dimensi lain yang tumbuh melambat, akibat dilanda COVID-19.