Sudah Siap? Ini Alasan Kenapa Kita Perlu Dukung Era Elektrifikasi Kendaraan

18 Oktober 2021 9:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengecasan Hyundai Kona Electric di SPKLU. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengecasan Hyundai Kona Electric di SPKLU. Foto: Muhammad Ikbal/kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kendaraan listrik digadang-gadang akan menggeser dominasi kendaraan BBM dalam beberapa tahun mendatang. Tren ini pun mulai masuk ke Indonesia, ditandai dengan mulai bermunculannya produk mobil listrik dari berbagai brand yang dipasarkan di tanah air.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, menyebut permintaan electronic vehicle (EV) diperkirakan terus meningkat di dunia, bahkan diprediksi mencapai 55 juta unit pada tahun 2040.
Di sisi lain, tren minat kendaraan listrik di Indonesia masih dibilang rendah. Karenanya, pemerintah pun terus berupaya mengakselerasi pengembangan industri ini berbagai kebijakan, baik dari sisi regulasi hingga infrastruktur. Termasuk regulasi penggunaan kendaraan listrik telah diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 55 Tahun 2019, tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (BEV) untuk Transportasi Jalan.
Regulasi ini isinya mencakup payung hukum kendaraan listrik di Indonesia, seperti penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarif tenaga listrik untuk kendaraan berbasis listrik, pemenuhan terhadap ketentuan teknis kendaraan listrik, perlindungan terhadap lingkungan hidup, hingga insentif untuk produsen. Meliputi Tax Holiday dan Mini Tax Holiday, Tax Allowance, Pembebasan Bea Masuk, Bea Masuk Ditanggung Pemerintah dan Super Tax Deduction untuk kegiatan Research and Development (R&D).
Fasilitas penunjang juga semakin memadai. Hingga April 2021, sudah ada 122 stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) di Indonesia yang tersebar di 83 lokasi. Angka ini meningkat 114 persen bila dibandingkan Mei 2020 lalu yang baru ada 57 titik.
Untuk rencana jangka panjangnya, pemerintah bakal menghadirkan 3.860 SPKLU hingga 2025. Dengan begitu, harapannya di tahun 2030, Indonesia dapat memenuhi komitmennya sebagai pusat kendaraan listrik terbesar di Asean.
Hyundai mulai pembangunan pabrik sel baterai mobil listrik di Karawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Selain itu, Taufiek pun menjelaskan, kebijakan ini dilakukan demi mendukung pencapaian target pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030, sekaligus menjaga ketahanan energi. Dilansir laman Kemenperin, riset menunjukkan bahwa mobil listrik dinilai mampu menghemat energi hingga 80 persen dibandingkan mobil konvensional yang menggunakan bahan bakar minyak (BBM).
Bukan hanya itu, mobil listrik juga disebut-sebut lebih hemat dan efisien dibandingkan mobil dengan bahan bakar fosil. Misalnya saja untuk Hyundai Kona Electric, mobil listrik ini disokong baterai 39,2 kWh, yang dalam satu kali pengisian penuh bisa berjalan sejauh 289 kilometer.
Dengan kemampuan daya 7,37 km/kWh dan tarif dasar listrik Rp 1.650 per kWh, maka dengan jarak tersebut kita hanya perlu mengeluarkan ongkos untuk charge baterai sekitar Rp 64 ribuan.

Komitmen Hyundai Sambut Elektrifikasi di Indonesia

Melihat perkembangan positif kendaraan listrik di Indonesia, PT Hyundai Motors Indonesia pun ikut berkomitmen penuh mendukung akselerasi elektrifikasi kendaraan di Indonesia. Salah satunya melalui pembangunan pabrik di Cikarang, Jawa Barat, yang diperuntukkan khusus untuk merakit dan memproduksi mobil listrik Hyundai. Dengan nilai investasi mencapai USD 1,5 miliar atau setara Rp 21 triliun, rencananya pabrik ini akan mulai beroperasi paling lambat bulan Mei 2022.
Selain itu, kali ini Hyundai juga tengah melakukan kampanye “Driving Meaningful Innovation” demi menyambut mobilitas masa depan Indonesia di era elektrifikasi dengan berbagai inovasi. Di era baru kendaraan listrik ini, Hyundai meluncurkan dua produk EV yaitu KONA Electric dan IONIQ Electric dengan berbagai fitur mumpuni. Hyundai juga turut mempercepat awal era EV di Indonesia dengan mendukung pembangunan fasilitas charging station di lebih dari 100 lokasi.
Hyundai juga tengah mengembangkan teknologi self-driving di produk mobil listriknya. Sebagai solusi untuk meningkatkan keamanan pengguna, produk mobil listrik yang disematkan memiliki fitur-fitur seperti Forward Collision Avoidance Assist (FCAA) yang berguna memberi peringatan adanya potensi bahaya, Blind-spot Collision Warning (BCW) untuk mendeteksi keberadaan bahaya kendaraan lain saat hendak berpindah jalur, serta fitur Lane Keeping Assist (LKA) yang memungkinkan pengendara memposisikan kendaraannya kembali ke jalur yang benar secara otomatis.
Hyundai Staria yang sudah mengaspal di Indonesia. Foto: Ghulam Muhammad Nayazri / kumparanOTO
Teknologi Bluelink juga memungkinkan pengendara terhubung dengan mobil mereka melalui perangkat pintar. Dengan begitu, mereka bisa mencari dan menemukan tempat, menghubungi call center secara otomatis jika terjadi kecelakaan, hingga adanya fitur pemberitahuan ada orang yang memasuki mobil tanpa izin.
Lewat pelayanan Build-to-Order, Hyundai membebaskan pengendara untuk melakukan personalisasi kendaraan sesuai preferensi masing-masing. Sebab setiap orang memiliki selera dan kebutuhan yang berbeda, jadi lewat skema ini, pengendara dapat memiliki mobil sesuai keinginannya.
Tidak kalah menarik, Hyundai telah berkolaborasi dengan LG Energy Solution Ltd. pada 15 September 2021, untuk pembangunan pabrik sel baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia. Pabrik sel baterai akan dibangun di atas lahan seluas 330.000 meter persegi dan targetnya selesai pada paruh pertama tahun 2023.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Hyundai