YLBHI: 44 Orang Meninggal Misterius di Aksi Demo Januari-Oktober 2019

27 Oktober 2019 17:17 WIB
Ketua YLBHI Asfinawati (kiri) M isnur (tengah) dalam konferensi pers Penyampaian Laporan YLBHI dan LBH Indonesia. Foto:  Adhim Mugni Mubaroq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua YLBHI Asfinawati (kiri) M isnur (tengah) dalam konferensi pers Penyampaian Laporan YLBHI dan LBH Indonesia. Foto: Adhim Mugni Mubaroq/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) beserta 16 LBH se-Indonesia mencatat telah terjadi 78 kasus pelanggaran dalam menyatakan kebebasan berpendapat di muka umum. Dari 78 kasus itu, terdapat 51 orang menjadi korban meninggal pada saat menggelar aksi unjuk rasa.
ADVERTISEMENT
Dalam catatan sepanjang Januari hingga Oktober 2019 ini, 44 orang meninggal secara misterius atau tidak diketahui penyebabnya. Sementara 6 orang meninggal karena luka tembak dan 1 orang meninggal akibat kehabisan nafas karena gas air mata.
"Dari keseluruhan, hanya 7 orang saja yang jelas Informasi meninggalnya, sedangkan 44 korban lain tidak ada informasi resmi. Ini dalam konteks hak asasi manusia, sebenarnya ini berbahaya, mengerikan," kata Ketua Bidang Advokasi YLBHI, Muhammad Isnur, saat konpers di kantornya, Jakarta Pusat, Minggu (27/10).
Isnur menjelaskan, korban meninggal itu terjadi pada saat aksi Anti Rasisme di Wamena dan Jayapura, aksi #Reformasidikorupsi dan aksi 22-24 Mei di Jakarta.
Untuk aksi di Anti Rasisme di Wamena, terdapat 33 orang meninggal. Sementara di Jayapura, 4 orang meninggal pada saat aksi yang sama.
ADVERTISEMENT
"Paling tinggi aksi Anti Rasisme di Wamena, tidak ada penjelasan dari kepolisian atau pemerintah apakah luka tembak, luka tajam dan lain-lain. Di Jayapura 4 orang meninggal tidak ada penjelasan resmi, tapi keluarga menemukan ada luka tembak," jelas Isnur.
Lalu, orang yang meninggal pada saat aksi #Reformasidikorupsi di Kendari 2 orang dan di Jakarta sebanyak 3 orang.
Gerakan Mahasiswa Jabar Menggugat dan Aliansi Massa Rakyat Simpatik (Asik) menggelar aksi di Gedung Sate pada Kamis (17/10/2019). Foto: Rachmadi Rasyad/kumparan
Menurut Isnur, 3 orang meninggal di Jakarta tanpa ada keterangan resmi penyebab meninggal dari instansi manapun. Sementara 2 orang meninggal di Kendari, disebabkan oleh luka tembak. Hal itu berdasarkan visum dari dokter.
"Di Kendari 2 mahasiswa luka tembak, tapi sampai sekarang belum ada penjelasan resmi dari kepolisian atau lembaga manapun, yang menyatakan luka tembak, hanya dari keterangan dokter. Yang di Jakarta juga tiga orang meninggal, keterangan kepolisian berubah-ubah, meninggal karena apa tidak jelas," jelas Isnur.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, aksi 22-24 Mei 2019 di Jakarta, di mana terdapat 9 orang meninggal. Menurut Isnur, dalam aksi 22-24 Mei di Jakarta, korban meninggal karena luka tembak 4 orang dan 1 orang kehabisan nafas. Sementara 4 orang lainnya tidak diketahui penyebab meninggalnya.