UAS hingga Rocky Gerung Gagal Menangkan Akhyar di Pilwalkot Medan

10 Desember 2020 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Akhyar Nasution dan Salman Al Farisi saat bertemu Ustaz Abdul Somad di Sumatera Barat. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Akhyar Nasution dan Salman Al Farisi saat bertemu Ustaz Abdul Somad di Sumatera Barat. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil quick count Pilwalkot Medan yang memenangkan Bobby Nasution-Aulia Rachman, cukup mengejutkan. Pasalnya, prediksi sejumlah kalangan Bobby sebagai pendatang baru di politik/pemerintahan, tak akan mudah menumbangkan petahana Akhyar.
ADVERTISEMENT
Tapi data quick count menunjukkan ada selisih cukup signifikan rata-rata 11%. Dalam data Charta Politika: Bobby (55,29%) Vs Akhyar (44,71%). Data Median: Bobby (55,64%), Akhyar 44,36%.
Padahal, selain petahana, Akhyar-Salman yang didukung PKS dan Partai Demokrat, juga mendapat dukung yang tak bisa dinilai sebelah mata. Salah satunya ustaz sejuta ummat, Ustaz Abdul Somad (UAS).
Akhyar Nasution dan Salman Al Farisi saat bertemu Ustaz Abdul Somad di Sumatera Barat. Foto: Dok. Istimewa
UAS, --yang ceramahnya selalu dipadati jemaah-- ditemui Akhyar-Salman pada Minggu (29/11). UAS lalu menyerukan agar masyarakat Medan memilih Akhyar-Salman.
"Saya mengajak masyarakat Medan, seluruh jemaah supaya memilih pasangan AMAN, Bapak Akhyar Nasution dan Ustaz Salman untuk menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan 2021-2024. Allahuakbar. Jangan lupa tanggal 9 Desember Rabu pagi. Pilih pasangan AMAN nomor 1," ucap UAS.
ADVERTISEMENT

Rocky Gerung

Dukungan untuk Akhyar-Salman juga ditunjukkan akademisi Rocky Gerung. Profesor akal sehat itu memang tidak secara gamblang mendukung Akhyar-Salman. Namun, di Medan pada 25-26 November ia kerap menghadiri berbagai kegiatan diskusi dengan Akhyar dan Salman.
Rocky Gerung berfoto dengan Cawalkot Medan nomor 1 Akhyar-Salman di Lapangan Merdeka Medan. Foto: Dok. Istimewa
"Saya ada di Medan untuk menghalangi oligarki menghalangi tumbuhnya nepotisme menghalangi tumbuhnya dinasti karena kekuasaan harus terbuka tidak boleh kekuasaan diintervensi terus oleh Istana," ujar Rocky, Rabu (25/11).

Elite Demokrat dan PKS

Dukungan lain tentu datang dari partai pendukung. Salah satunya Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang terjun langsung ke Medan pada Senin (23/11).
AHY mengatakan, pasangan Akhyar-Salman layak memimpin Kota Medan karena memiliki track record mumpuni.
Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Akhyar saat bertemu di Medan. Foto: Dok. Tim Pemenagan Akhyar-Salman
"Saya senang dengan program-program yang pro rakyat. Kita ingin Kota Medan ini maju ekonominya, semakin modern, tapi berkarakter. Juga (kita) ingin terus membuka lapangan pekerjaan seluas luasnya," ujar AHY.
ADVERTISEMENT
Selain AHY, ada juga Hinca Pandjaitan, hingga Andi Arief. Termasuk Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera yang ikut mendampingi Akhyar-Salman saat debat Pilwalkot Pertama di Hotel Grand Mercure Medan, Sabtu (7/11).
Tapi hasil Pilkada versi quick count menunjukkan upaya para tokoh itu menumbangkan kandidat 'oligarki' yang disebut Rocky Gerung, gagal.
Bobby-Aulia yang didukung didukung 8 partai yakni PDIP, PPP, Gerindra, NasDem, PSI, PAN, Hanura dan Golkar, bersuka cita atas kemenangan di Pilkada.
Calon Wali Kota Medan nomor urut dua Bobby Nasution (ketiga kiri) menyalami pendukung di Medan, Sumatera Utara, Rabu (9/12). Foto: Irsan Mulyadi/ANTARA FOTO
Ketua Jurusan Ilmu Politik USU Warjio menjelaskan, dukungan tokoh seperti UAS menjadi tidak signifikan karena Pilkada digelar di masa pandemi yang tak memungkinkan ada kerumunan massa.
"Jadi, kerumunan orang misalnya ceramah-ceramah yang mengumpulkan ribuan orang, ini kan ndak bisa dilakukan. Jadi, hanya segelintir masyarakat yang tahu, sehingga kemudian itu juga mempengaruhi pola pilihan dan pengetahuan masyarakat untuk itu. Jadi tidak begitu efektif khususnya bagi Akhyar-Salman," ucap Warjito kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Warjito menilai upaya memunculkan politik identitas tidak efektif di Kota Medan. Salah satunya karena kekuatan jejaring politik yang dimiliki paman Bobby, Presiden Jokowi.
"Saya kira memang PKS sudah cukup berusaha keras bagaimana kemudian menarik isu itu, tetapi saya kira jejaring kekuasaan yang dimiliki presiden Jokowi itu mengalahkan itu semua. Jadi ketidakefektifan politik identitas itu ya karena begitu besarnya jaring kekuasaan yang dimiliki Presiden Jokowi," papar Warjio.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.