Tak Mudah Mencari Negara yang Mau Terima 1.100 Pencari Suaka Kalideres

1 Agustus 2019 18:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang relawan saat bermain dengan anak-anak imigran di tempat penampungan sementara di Kalideres, Jakarta. Foto: Prabarini Kartika/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang relawan saat bermain dengan anak-anak imigran di tempat penampungan sementara di Kalideres, Jakarta. Foto: Prabarini Kartika/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekitar 1.100 pencari suaka masih tertahan di gedung eks Kodim di Kalideres, Jakarta Barat. Pemberangkatan para pencari suaka di Indonesia ke negara tujuannya juga ternyata bukan perkara mudah.
ADVERTISEMENT
Ketua Satgas Penanganan Pengungsi Luar Negeri Kemenkopolhukam, Chairul Anwar, mengatakan Indonesia memang bukanlah negara tujuan dari para pencari suaka, akan tetapi negara tujuan yang dituju juga belum tentu membuka pintu untuk mereka.
“Rata-rata pada umumnya 2 tahun sebelumnya itu 1.000 orang yang ditransfer ke negara penerima. Tapi 2 tahun ini turun jadi 500,” ujar Chairul saat dihubungi wartawan, Kamis (1/8).
Jumlah itu turun karena Amerika menutup pengungsi dari negara mana pun. "Australia masih pada kebijakan yang lama, artinya belum menerima pengungsi yang baru. Ya itu dinamika global, tergantung negara penerima,” ujarnya.
Ekspresi anak-anak imigran saat berpose untuk foto di Cisarua Refugee Learning Centre. Foto: Dok. Cisarua Refugee Learning Centre
Chairul mengatakan, dari 1.100 pengungsi di Kalideres, sejak satu bulan lalu belum ada satu orang pun yang diberangkatkan ke negara tujuan.
ADVERTISEMENT
“Yang 1.000 itu, belum diberangkatkan. Bagaimana diberangkatkan? Besok mau pendataan lagi,” ujarnya.
Chairul juga menjelaskan, untuk lokasi pengungsian sementara sendiri sementara masih akan tetap di Kalideres sambil menunggu solusi yang lebih permanen dari UNHCR.
“Untuk sementara, itu kan sifatnya darurat. Jadi mungkin tidak selamanya juga di situ. Jadi permasalahan utama ada di UNHCR, pemerintah hanya membantu,” ujarnya.