Sandiaga: Butuh Solusi Permanen untuk Papua, Berdayakan SDM-nya
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Pemberdayaan masyarakat Papua, menurut Sandiaga , diperlukan agar masyarakat setempat bisa maju dalam kualitas SDM-nya. Sehingga jika SDM-nya maju, maka mereka bisa memajukan ekonomi, pendidikan, dan kehidupan bersama di Papua.
“Permasalahan yang mendasar adalah masalah ekonomi dan kemiskinan yang cukup signifikan. Bahwa di Papua dan Papua Barat banyak sekali PR yang harus kita kerjakan, khususnya di bidang pendidikan, kesehatan, menggerakkan ekonomi lokal,” ungkap Sandi dalam FGD Instruktur Nasional PAN di Gedung Joeang, Menteng, Jakarta Pusat (23/8).
“Papua harus kita berikan solusi yang permanen. Solusi yang bukan hanya membangun infrastruktur, tapi memberdayakan rakyat setempat,” sambungnya lagi.
ADVERTISEMENT
“Ini yang lagi kita susun sama rekan-rekan tentunya. Dari pandangan-pandangan maupun program-program yang bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, seperti program pemberdayaan ekonomi yang ada di grass root, program-program yang bisa untuk menggerakkan secara langsung dan merajut kembali tenun kebangsaan,” jelasnya.
Eks Wagub DKI itu juga menyoroti data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan angka kemiskinan di Papua dan Papua Barat yang masih terbilang tinggi. Termasuk lebarnya jurang kesejahteraan masyarakat jika dibandingkan warga yang tinggal di Pulau Jawa.
“Jumlah penduduk miskin di provinsi Papua 8 kali lipat, yaitu sekitar 28 persen. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin di DKI Jakarta, yaitu sekitar 3,5 persen,” ucapnya.
“Jadi Papua ini butuh perhatian kita, kita ingin rangkul, kesejahteraannya di nomor satukan, pendidikan itu akan menjadi prioritas kita. Ini yang harus kita fokuskan kedepan,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sandi menyatakan keprihatinannya atas kerusuhan yang pecah di sejumlah daerah di Papua dan Papua Barat. Ia mengimbau agar masyarakat Indonesia terus saling merangkul satu sama lain, agar perbedaan-perbedaan tidak menghalangi terciptanya persatuan.
“Butuh waktu untuk kontemplasi, merefleksikan dan merangkul saudara kita. Saling memahami permasalahan, saling memaafkan,” pungkasnya.