Profil Jovenel Moise, Presiden Haiti yang Tewas di Tangan Kelompok Bersenjata
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ADVERTISEMENT
Dari keterangan Plt Perdana Menteri Haiti, Claude Joseph, Moïse ditembak oleh kelompok bersenjata. Ibu Negara Haiti, Martine Moïse, turut menjadi korban dan saat ini dikabarkan telah dibawa ke Florida Selatan, AS, untuk mendapatkan perawatan.
Moïse lahir di Trou-du-Nord, Nord Est, Haiti, pada 26 Juni 1968. Ia dibesarkan di keluarga berpendapatan menengah, dengan ayah yang bekerja sebagai montir dan petani serta ibu yang merupakan seorang penjahit.
Mengutip International Business Times, Moïse dan keluarganya pindah ke Port-au-Prince pada tahun 1974. Di sana, Moïse mengenyam pendidikan hingga universitas, di mana ia mendalami program studi Ilmu Politik.
ADVERTISEMENT
Di sanalah ia bertemu dengan sang istri, Martine Marie Etienne Joseph, yang ia nikahi pada 1996.
Di tahun yang sama, Moïse memutuskan untuk pindah dari Ibu Kota ke Port-de-Paix dengan tujuan mulia mengembangkan wilayah perdesaan Haiti.
Keputusan itu tepat. Moïse berubah jadi seorang pengusaha yang sukses. Ia memperoleh julukan “The Banana Man” atau “Pria Pisang” dari kesuksesannya dalam dunia bisnis agrikultura atau pertanian. Ia juga mengadu nasibnya pada bisnis pengolahan air dan sektor energi, menurut kantor berita AFP.
Moïse menciptakan hingga ratusan lapangan kerja di perkebunan pisang seluas 10 hektare di Nord-Ouest, Haiti utara. Selain itu, ia juga mendirikan Agritrans, sebuah proyek yang membantu ekspor buah-buahan dari Haiti ke berbagai negara.
ADVERTISEMENT
Haiti merupakan salah satu negara dengan pendapatan terendah di benua Amerika. Perekonomian negara ini sangat bergantung pada sektor pertanian.
Sebelum menjabat sebagai presiden ke-58 Haiti, Moïse tak pernah sekalipun terjun ke dalam dunia perpolitikan. Barulah pada tahun 2015, ia menjajaki politik ketika mantan Presiden Michel Martelly menunjuknya langsung sebagai calon presiden dari partai Tet Kale Party (PHTK).
Pada pemilu Haiti tahun 2015, Moïse menang dengan 32,81% suara. Tetapi, hasil pemilu tersebut harus dibatalkan dengan tuduhan kecurangan. Akhirnya, pada pemilu tahun selanjutnya, Moïse kembali memperoleh jumlah suara tertinggi.
Ia resmi menduduki jabatannya setelah disumpah pada Februari 2017. Pemilu yang memenangkan dirinya tahun 2016 itu masih dianggap penuh kecurangan, hingga akhirnya pada 2018, demonstrasi besar-besaran pecah, menuntut Moïse untuk lengser.
Pemilihan umum parlemen dijadwalkan untuk berlangsung pada Oktober 2019, namun berbagai perselisihan di badan pemerintahan menyebabkan molornya kegiatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejak Januari 2020, ia memegang kekuasaan secara dekret. Moïse memiliki kekuasaan yang sangat besar di Haiti, membuat khawatir para pihak oposisi hingga organisasi-organisasi HAM.
Pemerintah Haiti pada Februari 2021 mengatakan bahwa terjadi percobaan pembunuhan terhadap Moïse dan upaya penggulingan kekuasaan, bersamaan dengan memuncaknya protes yang menuntut Moïse untuk turun dari jabatannya.