Prof Zubairi: Dari Kolapsnya Eriksen, Kita Sadar Kemanusiaan Masih Ada di Dunia
ADVERTISEMENT
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sepak bola bukan hanya panggung kompetisi, adu taktik, kemudian memperebutkan trofi. Dari kolapsnya Christian Eriksen di laga Piala Eropa Denmark vs Finlandia, sepak bola juga merupakan panggung kemanusiaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu pendapat itu diungkapkan oleh Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia, Zubairi Djoerban, melalui cuitannya di Twitter, Minggu (13/6).
Ia menuliskan gambaran ambruknya Eriksen, gesitnya tim medis, reaksi pemain dan fans adalah momen kemanusiaan.
"Sepak bola menunjukkan kepada saya kemanusiaan itu masih ada," tulis Zubairi.
Kepada kumparan, ia mengatakan semua elemen yang terlibat dalam pertandingan itu ikut prihatin dan sedih. Bahkan pertandingan dihentikan.
"Kemanusiaan, empati, saling membantu terlihat jelas baik oleh wasit, dua kesebelasan yang bertanding, tim medik yang cekatan nolong, penonton," ujar Zubairi, Minggu (13/6).
Eriksen dan penghormatan kemanusiaan
Eriksen tiba-tiba jatuh saat menghadapi Finlandia pada laga Sabtu (12/6) waktu setempat. Ia tak sadarkan diri saat menerima umpan lemparan ke dalam dari rekannya.
ADVERTISEMENT
Rekan satu timnya langsung berlari mendekati Eriksen. Kapten Denmark, Simon Kjaer, berlari cepat untuk mengecek kondisi Eriksen. Hanya hitungan detik, tim medis langsung melakukan pertolongan CPR.
Teman-teman langsung membuat formasi lingkaran untuk melindungi wajah Eriksen dari sorotan publik. Saat ditangani oleh tim medis di lapangan, tubuh Eriksen dilindungi dengan bendara Finlandia. Bendera tersebut dikabarkan diberikan oleh salah satu suporter.
Momen pemberian bendera itu seolah mematahkan pertandingan hanya sebatas lawan dan melawan. Pujian berupa respect dan penghormatan menggelora di media sosial atas aksi tersebut.
Setelah ditangani lebih dari 15 menit, Eriksen kemudian dibawa dengan tandu. Pertandingan dihentikan sementara. Saat lapangan kosong, dukungan ke Eriksen terdengar dengan keras.
ADVERTISEMENT