PM Israel dan Raja Yordania Bertemu, Bahas Palestina dan Yerusalem

19 Juni 2018 9:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Irael, Benjamin Netanyahu  (Foto: Jason Reed/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Irael, Benjamin Netanyahu (Foto: Jason Reed/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bertemu dengan Raja Yordania, Abdullah II, di Amman pada Senin (18/6). Dalam pertemuan tersebut, Raja Abdullah menyampaikan pentingnya proses perdamaian Palestina dan soal status Yerusalem.
ADVERTISEMENT
Dari seluruh negara Arab, hanya Yordania dan Mesir yang memiliki perjanjian damai dengan Israel. Ini adalah kunjungan Netanyahu ke Amman sejak 2014, setelah normalisasi hubungan kedua negara diberlakukan.
Raja Abdullah dalam pernyataannya yang dikutip AFP mengatakan kepada Netanyahu pentingnya mengatasi konflik Israel-Palestina dengan dasar solusi dua-negara.
Dalam solusi dua-negara tercantum rencana pembentukan negara Israel dan Palestina yang berdiri berdampingan. Yerusalem Timur dalam solusi itu ditetapkan sebagai ibu kota Palestina merdeka.
Namun solusi ini selalu menemui jalan buntu, terutama setelah perundingan damai dengan Israel mandek pada 2014 setelah Netanyahu mencairkan moratorium pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Raja Abdullah II dari Yordania (Foto: Reuters/Keith Bedford)
zoom-in-whitePerbesar
Raja Abdullah II dari Yordania (Foto: Reuters/Keith Bedford)
"Satu-satunya cara mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan adalah pembentukan negara Palestina dengan garis batas Juni 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya, yang hidup damai dan aman berdampingan dengan Israel," ujar Abdullah dalam pernyataan tersebut.
ADVERTISEMENT
Isu Yerusalem, kata Abdullah, adalah kunci dari terwujudnya solusi tersebut. Israel menganggap seluruh Yerusalem adalah ibu kota mereka yang tidak tergoyahkan, berbeda pandangan dengan konsensus internasional.
Klaim Israel ini diperkuat oleh dipindahkannya Kedutaan Besar Amerika Serikat ke Yerusalem oleh Presiden Donald Trump.
Soal Yerusalem, dalam pertemuan dengan Abdullah, Netanyahu mengatakan Israel tetap menghormati status quo di situs suci di kota tersebut, Masjidil Aqsa.
"Perdana Menteri Netanyahu menegaskan komitmen Israel mempertahankan status quo situs suci Yerusalem," kata juru bicara pemerintah Israel Ofir Gendelman.
Berdasarkan perjanjian status quo, hanya umat Islam yang boleh beribadah di kompleks Masjidil Aqsa. Warga Yahudi boleh berkunjung, tapi tidak beribadah di dalamnya, hanya di Tembok Barat.
ADVERTISEMENT
Perjanjian damai Israel-Yordania diteken pada 1994 setelah agresi selama 46 tahun. Israel lantas mengakui Yordania sebagai pengurus Masjidil Aqsa di Yerusalem.
Hubungan dua negara memburuk tahun lalu setelah pembunuhan dua warga Yordania oleh penjaga keamanan di Kedubes Israel di Amman. Normalisasi hubungan baru terjalin awal tahun ini setelah Israel meminta maaf dan memberikan kompensasi kepada keluarga korban.