Pidato Menyentuh Miss Myanmar, Minta Bantuan Dunia Setop Kekerasan di Negaranya

30 Maret 2021 13:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Miss Grand Myanmar, Han Lay, saat berpidato di panggung kontes Miss Grand Internasional.  Foto: REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Miss Grand Myanmar, Han Lay, saat berpidato di panggung kontes Miss Grand Internasional. Foto: REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Miss Grand Myanmar, Han Lay, menyampaikan pidato menyentuh di malam kontestasi Miss Grand Internasional, Thailand, Minggu (28/3).
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya, ia meminta bantuan internasional untuk menyelesaikan situasi di Myanmar yang memanas akibat kudeta.
"Warga negara saya yang terkasih, sungguh sulit bagi saya untuk bisa berdiri di atas panggung ini, malam ini. Oleh karenanya, kalian menginginkan saya untuk mewakili mereka menyampaikan kesedihan dan kepedihan mereka, yang kini harus menderita akibat situasi yang terjadi di Myanmar saat ini," buka Lay.
Ia menyampaikan duka citanya atas tewasnya para demonstran anti-militer di Myanmar, yang sekarang mencapai total 510 jiwa.
Lay juga menyebut bahwa setiap warga Myanmar menginginkan kebahagiaan dan keamanan, sehingga para pemimpin di Myanmar seharusnya tidak melakukan kekerasan.
"Setiap warga negara di seluruh dunia menginginkan kesejahteraan negaranya dan perdamaian di lingkungannya. Untuk menciptakan hal itu, sudah sepantasnya para pemimpin yang terlibat tidak boleh menyalahgunakan kuasa dan kekejaman mereka," tegas dia.
Seorang petugas polisi anti huru hara menembakkan peluru karet ke arah pengunjuk rasa saat protes menentang kudeta militer di Yangon, Myanmar, Minggu (28/2/2021). Foto: Stringer/Reuters
"Hari ini, di Myanmar, saat aku berada di atas panggung ini, banyak sekali korban berjatuhan. Lebih dari 100 orang meninggal hari ini. Warga Myanmar, mereka berjuang di atas jalan untuk demokrasi," ucap Miss Grand Myanmar tahun 2021 ini.
ADVERTISEMENT
Ia kemudian menutup pidatonya dengan memohon bantuan sesegera mungkin, supaya bisa tercipta kembali perdamaian di Myanmar.
"Saya ingin mengatakan pada semua orang di sini. Kami butuh bantuan internasional mendesak. Ayo, jadikan dunia ini lebih baik lagi, untuk generasi-generasi baru. Dan perdamaian untuk Myanmar," tutup Lay.
Dilansir dari Reuters, tercatat pada Senin (29/3) ada 14 warga sipil dibunuh. Sementara pada Sabtu (27/3), hari yang paling 'berdarah', sebanyak 141 jiwa tewas dibunuh oleh militer Myanmar.
Kudeta Myanmar yang berujung pertumpahan darah telah menjadi salah satu kekhawatiran utama dunia. Sekjen PBB Antonio Guterres dalam pernyataan teranyarnya memohon junta untuk berhenti membunuh warga dan menekan demokrasi.
Militer Myanmar hingga saat ini tercatat telah membunuh 510 warga sipil dalam upaya menghentikan demonstrasi anti-kudeta oleh warga, yang telah berlangsung selama hampir dua bulan lamanya.
ADVERTISEMENT