Pesawat Pengumpul Sumbangan Rakyat Aceh yang Berakhir Celaka

8 Maret 2018 7:59 WIB

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Seulawah Indonesian Airways (Foto: Wikimedia Commons)
Seulawah Indonesian Airways (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT

Pesawat kargo Douglas DC-3 yang teregistrasi sebagai RI-002 terbang dari Yogyakarta pada 29 September 1948 pagi. Itu merupakan kali terakhir satu dari dua pesawat pertama yang digunakan Pemerintahan Indonesia terlihat mengudara.

ADVERTISEMENT

Kendaraan terbang itu disewa Pemerintah Indonesia dari seorang mantan pilot Angkatan Udara Amerika Serikat yang bertugas di Filipina, Bobby Freeberg. Laman resmi TNI AU menyebutkan, kendaraan bekas perang itu digunakan untuk membawa Presiden Sukarno mengumpulkan bantuan dari rakyat.

Presiden Sukarno pada 1948 datang ke Bumi Serambi Mekkah untuk bertemu dengan Gubernur Aceh, Daud Beureueh, juga dibawa mendarat dengan pesawat RI-002. Setelah Sukarno bertemu dengan Daud di Hotel Aceh, Banda Aceh, tersebar seruan untuk membantu Pemerintah Indonesia.

Seruan itu disambut rakyat Aceh. Mereka berbondong-bondong menyerahkan harta bendanya untuk disumbangkan. Uang dan emas dikumpulkan untuk membantu Pemerintah Indonesia yang sedang terdesak dalam menghadapi invansi militer Belanda.

Sumbangan rakyat Aceh oleh Pemerintah Indonesia digunakan untuk membeli satu unit pesawat Douglas DC-3. Pesawat diregistrasi dengan nama Dakota Seulawah RI-001.

ADVERTISEMENT

Dalam buku Shared Hopes, Separate Fears: Fifty Years Of U.S.-Indonesian Relations, kopilot RI-002 Petit Muharto menyebutkan, meski merupakan pesawat pertama yang digunakan pemerintah, Douglas DC-3 yang dikemudikan Bobby sengaja tidak diberi nama RI-001. "Kami sengaja memberi nama pesawat ini RI-002, RI-001 sengaja disediakan untuk pesawat kepresidenan di masa mendatang," sebut Petit dalam buku tersebut.

Namun, berbeda dengan RI-001 yang akhirnya dipensiunkan, RI-002 dinyatakan hilang. Bangkai pesawat yang ditumpangi enam orang itu baru ditemukan 30 tahun di hutan dekat Tanjung Karang, Lampung.

Tidak jelas penyebab pesawat itu jatuh. Hanya saja, smithsonian.com menyebutkan, emas seberat 20 kilogram yang dibawanya tidak ada dekat bangkai pesawat saat ditemukan.

Emas yang angkut pesawat itu berasal dari Banten. Rencananya emas itu akan digunakan untuk membeli pesawat lainnya di India.

ADVERTISEMENT

Setelah pesawat itu hilang sempat muncul kabar Bobby Freeberg ditawan Belanda. Keponakan Bobby, Marsha Freeberg Bickham, mengaku keluarganya mendapat kabar dari seorang senator asal Kansas bernama Clyde Reed, pamannya berada dalam tawanan Belanda. Meski demikian, Belanda mengaku tidak memiliki catatan pernah menawan seorang pilot bernama Bobby Freeberg.

Terlepas dari teka-teki kehilanganya, pesawat yang berasal dari sumbangan rakyat Aceh ini cukup berjasa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Apalagi kala itu arus barang dari dan ke Indonesia diawasi ketat Belanda dengan blokade perairan dan pelabuhan. Jalur udara menjadi satu-satunya harapan.

Kenangan pernah memberi sumbangan besar untuk Indonesia, hingga kini masih dikenang rakyat Aceh. Salah satunya dengan dibangunnya Monumen Pesawat Seulawah di lapangan Blang Padang, Banda Aceh. Replika pesawat Douglas DC-3 itu berdiri di pusat Ibu Kota Provinsi Aceh. Sedangkan pesawat aslinya kini tersimpan di Taman Mini Indonesia Indah.

ADVERTISEMENT