Mesir Diguncang Krisis Ekonomi, Harga Pangan Meroket

4 Januari 2023 15:46 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan pejalan kaki di pasar jalanan di Lapangan Attaba di pusat ibu kota Mesir, Kairo. Foto: Khaled Desouki/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan pejalan kaki di pasar jalanan di Lapangan Attaba di pusat ibu kota Mesir, Kairo. Foto: Khaled Desouki/AFP
ADVERTISEMENT
Mesir diguncang krisis ekonomi parah dan kenaikan harga pangan. Situasi tersebut memicu amarah publik.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini telah berlangsung selama berbulan-bulan, imbas dari perang antara Rusia dan Ukraina yang menghambat pasokan impor produk pertanian ke negara di Afrika Utara itu.
Salah seorang warga ibu kota Kairo bernama Rehab (34 tahun) menuturkan, krisis yang melanda Mesir telah mengakibatkan lonjakan harga bahan pokok hingga tiga kali lipat.
“Roti yang biasa saya beli seharga satu pound Mesir, sekarang harganya tiga pound,” ujar Rehab, seperti dikutip dari AFP.
Bila dikonversi ke mata uang Rupiah dengan kurs Rp 628, maka harga roti yang dimaksud Rehab melonjak menjadi Rp 1.900. Dan meski harga bahan pokok jadi serba mahal, sambung dia, namun upah pekerja di Mesir masih tetap sama.
“Suami saya menghasilkan 6.000 pound Mesir (Rp 3,7 juta) sebulan, yang biasanya bisa bertahan sepanjang bulan tetapi sekarang habis dalam 10 hari,” jelas Rehab.
Ilustrasi warga Mesir berbelanja manisan jelang idul fitri. Foto: AFP/MOHAMAD AL SEHETY
Kesulitan serupa juga dialami oleh warga Kairo lainnya, yaitu seorang pegawai negeri sipil bernama Reda (55 tahun). Ia terpaksa merangkap menjadi petugas kebersihan rumah sakit demi menghidupi ke-13 anggota keluarganya.
ADVERTISEMENT
Reda menjelaskan, harga daging beku juga naik lebih dari dua kali lipat dan sudah tidak lagi menjadi pilihan untuk dibeli. “Bahkan dengan dua gaji, ada banyak hal yang tidak bisa saya beli lagi,” ungkap Reda.
Selain itu, manajemen supermarket kini memberikan batasan kepada para pelanggan agar dapat menghemat stok persediaan. Alhasil, setiap pengunjung supermarket itu hanya dapat membeli maksimal tiga kantong beras, dua botol susu, dan satu botol minyak goreng.
Perekonomian Mesir terpukul Rusia sejak Rusia mengerahkan pasukannya ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Konflik ini meresahkan investor global dan membuat mereka menarik kembali investasi senilai miliaran dolar yang semula ditanam di negara itu.
Pekerja mengumpulkan gandum di silo biji-bijian Benha, di Kegubernuran Al Qalyubia, Mesir. Foto: Mohamed Abd El Ghany/REUTERS
Konflik tersebut juga mengakibatkan harga gandum melonjak — sangat berdampak pada Mesir sebagai salah satu negara importir biji-bijian terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Hal ini diperparah karena negara dengan populasi terpadat di kawasan Arab ini sangat bergantung pada impor makanan serta bahan pokok seperti minyak goreng dan kacang-kacangan.
Kenaikan harga pangan ini juga menekan cadangan nilai tukar mata uang asing, dengan angka inflasi di Mesir pada November 2022 tercatat mencapai 18 persen.

'Makan Dedaunan' dan 'Ceker Ayam'

Di tengah krisis, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pun memerintahkan jajaran pemangku kepentingan untuk mencari sumber mata uang asing di mana pun mereka bisa.
Contohnya, Menteri Transportasi Kamel al-Wazir mengatakan, mulai Januari 2023 para wisatawan asing harus membayar tiket kereta api dengan uang Dolar Amerika Serikat.
Hal ini dikarenakan banyak bank telah membatasi penarikan mata uang asing dan melipatgandakan biaya kartu kredit.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, pemerintah Sisi juga mengambil opsi pinjaman senilai USD 3 miliar dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) demi menutupi kekurangan uang.
Ini merupakan keempat kalinya Mesir meminta pinjaman dana dari IMF dalam kurun waktu enam tahun.
Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi Foto: AP/Egyptian Presidency
Selain itu, pemerintah Sisi juga mengimbau warganya untuk lebih berhemat dalam menyikapi kenaikan harga pangan.
Sebagai solusi, pihaknya menyerukan warga untuk membeli ceker ayam sebagai sumber alternatif protein yang lebih murah — karena dinilai baik untuk tubuh dan anggaran.
Sebelumnya, pada Mei 2022 lalu Sisi sempat menuai kecaman saat berupaya meredam amarah warga. Dikutip dari Middle East Monitor, kala itu Sisi menyerukan warganya untuk ‘memakan daun’ demi menghindarkan diri dari kelaparan.
ADVERTISEMENT
Sisi mengacu pada kisah Nabi Muhammad SAW yang kehilangan istri pertamanya, Siti Khadijah dan seluruh kekayaan mereka usai dikepung oleh Kaum Quraisy. Peristiwa itu dikenal sebagai tahun terburuk dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW.
Warga memakai masker berjalan di depan Masjid El Sayeda Zainab yang ditutup di dekat pasar yang menjual lentera di Kairo, Mesir. Foto: REUTERS / Mohamed Abd El Ghany
“Saya tidak khawatir seseorang akan mengatakan bahwa sekilo okra berharga 100 pound Mesir karena orang Mesir sadar bahwa para Sahabat Nabi [SAW] terjebak bersama Rasul di pinggiran Makkah selama 3 tahun sampai mereka makan daun-daunan,” kata Sisi.
“Mereka tidak meminta makanan kepada Rasul atau bumi meledak dari bawah mereka [dengan kekayaan]. Mereka tidak meminta makanan kepada Rasul atau bumi meledak dari bawah mereka [dengan kekayaan],” imbuhnya.
Ia menegaskan, sebagai umat Islam tidak baik untuk mengeluh — seraya menyarankan bahwa orang Mesir harus mampu bersabar dan jangan menuntut solusi dalam waktu cepat.
ADVERTISEMENT