Menristek Harap GeNose Bantu Perekonomian Jadi Lebih Dinamis selama Pandemi

27 November 2020 12:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
zoom-in-whitePerbesar
Alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas atau GeNose buatan UGM. Foto: UGM
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Alat deteksi corona melalui embusan napas yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada (UGM), GeNose, diharapkan menjadi solusi agar kegiatan ekonomi tetap dinamis selama pandemi corona belum berakhir.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan Menristek/BRIN, Bambang Brodjonegoro, dalam Rapat Kerja Kemenristek BRIN Tahun 2020 di Yogyakarta.
"Saya berharap GeNose bisa menjadi solusi agar kegiatan ekonomi bisa lebih dinamis, lebih lancar, dengan tetap memperhatikan upaya kita melakukan testing, tracing dan tracking, dalam penanganan COVID-19," kata Bambang dalam raker yang disiarkan secara daring, Jumat (27/11).
Bukan tanpa alasan Bambang berkata seperti itu. Menurutnya, pendeteksi corona GeNose akan jauh lebih diterima masyarakat karena lebih nyaman dibandingkan alat tes corona lainnya.
Menristek Bambang Brodjonegoro di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
"Kebetulan ada satu inovasi yang diinisiasi peneliti dari UGM, yaitu GeNose, yang barangkali bisa membantu kita-kita yang tidak terlalu nyaman dengan tes usap swab test maupun rapid test antibodi yang mengambil darah kita," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ia menuturkan, alat GeNose yang memanfaatkan Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan ini tengah menjalani uji validasi skala besar. Bahkan, uji validasi ini sudah berlangsung di lebih dari 10 rumah sakit di Pulau Jawa.
"Kalau di awal sudah dilakukan uji validasi dengan hanya 1 rumah sakit. Maka kali ini uji validasi 10 lebih rumah sakit di Pulau Jawa dengan target mendapatkan lebih dari 1.000 sampel. Sehingga bisa melihat seberapa tinggi akurasi GeNose ini dibandingkan PCR yang menjadi standar dalam penanganan atau deteksi COVID-19," tutur Bambang.
Bambang menjelaskan, laporan uji validasi GeNose diperkirakan selesai pada akhir November ini. Setelah selesai, ia berharap GeNose bisa segera diproduksi massal dan digunakan oleh masyarakat di Indonesia.
GeNose, alat pendeteksi corona buatan UGM ditampilkan di RSUP Dr Sardjito. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Sehingga bulan Desember setelah tentunya izin edar Kementerian Kesehatan keluar, kita harapkan GeNose bisa diproduksi dan bisa dipakai berbagai pihak di Tanah Air," tutup Bambang.
ADVERTISEMENT
GeNose merupakan alat deteksi corona melalui hembusan napas yang dikembangkan ahli UGM. Salah satu keunggulan GeNose adalah mampu mendeteksi corona dalam waktu kurang dari 1 menit.
Peneliti GeNose, dr Dian Kesumapramudya Nurputra, menjelaskan, dalam mengembangkan GeNose timnya tidak bisa bekerja sendiri. Tim GeNose ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tim medis dan tim teknis. Mereka juga menggandeng 5 perusahaan dalam membuat komponen mesin.
"Di sini saya paparkan bahwa tim teknis memiliki konsorsium dari 5 PT bahu membahu membuat komponen dari mesin ini. Agar semua terstandarisasi, tervalidasi, dan layak. Istilahnya alat kita bukan kaleng-kalengan lah," ucap Dian.