Mala Ekayanti

Mala Ekayanti, Karier Tinggi Tapi Tetap Berkontribusi untuk Negeri

28 November 2019 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mala Ekayanti, Head of Corporate Affairs BASF. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Mala Ekayanti, Head of Corporate Affairs BASF. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Sebagian orang mungkin mendambakan bekerja di perusahaan multinasional dengan harapan hidup enak, gaji yang lebih banyak, atau kenaikan karier yang cepat. Bagi Mala Ekayanti, semua itu tak berarti apabila kariernya tak memberikan dampak manfaat bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Posisi Mala sebagai Head of Corporate Affairs di perusahaan kimia terbesar asal Jerman, BASF, menunjang hal itu. Sebagai kepala di bidang komunikasi dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), perempuan kelahiran Jakarta, 21 Oktober 1984 berkomitmen memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar.
Mala Ekayanti menjadi pembicara di Real Estate Investment Indonesia 2019. Foto: Dok. Pribadi
Tujuannya tak hanya menjamin keberlangsungan finansial perusahaan. Dengan berkontribusi terhadap masyarakat, Mala juga berperan menjaga keberlanjutan lingkungan hidup dan sosial.
Beberapa program yang Mala tangani berfokus pada pendidikan masyarakat. Di antaranya program edukasi percobaan kimia sederhana ‘Kids’s Lab’ yang didedikasikan bagi sekitar 800 anak sekolah dasar setiap tahunnya.
“Kemudian juga di site kami yang dekat dengan masyarakat seperti di Cimanggis atau Cengkareng, kami memberikan beasiswa untuk anak-anak yang berprestasi. Kalau di Cimanggis ada juga pemberian buku, alat tulis dan sebagainya, untuk memotivasi mereka terus mengutamakan pendidikan,” kata Mala saat dihubungi kumparan, Jumat (8/11).
Mala Ekayanti menjadi pembicara di Real Estate Investment Indonesia 2019. Foto: Dok. Pribadi
Di sela-sela kesibukannya berkarier, Mala juga menyempatkan mengikuti aktivisme lingkungan di Clean Up Jakarta Day. Aktivisme ini berupa kegiatan memunguti sampah secara massal dan memisahkan sesuai jenisnya.
ADVERTISEMENT
“Ketika orang lain melihat yang kami lakukan, orang-orang juga akan merasa tergugah, ‘Oh, sampah yang gue buang di situ, dipungut sama orang-orang itu lho’. Ada kesadaran, ada rasa malu gitu lho ketika sampah yang dibuang itu dipungut orang lain,” katanya.
Ketika melakukan keterlibatan sosial (social engagement), Mala percaya gerakan sekecil apa pun yang positif akan menghasilkan dampak yang besar. Terutama bagi orang-orang yang tinggal di sekitarnya.
“Karena kalau kita lihat, misalnya masalah sampah. Ya udah lah anggap kita pikir cuma satu buah sedotan plastik kita buang sembarangan, tapi kalau seratus, seribu, sejuta orang berpikir yang sama seperti kita ya kita berarti itu enggak cuma 1 sedotan plastik saja,” kata Mala mencontohkan.
ADVERTISEMENT
Perempuan yang mengawali karier bidang kehumasan di salah satu hotel di Jakarta ini mengakui mendapatkan kepekaan sosial semacam itu saat kuliah. Tepatnya, ketika mendapatkan pelatihan kepemimpinan dan menjalankan proyek sebagai penerima Djarum Beasiswa Plus.
Mala Ekayanti (kiri) saat menjalani Leadership Training Beswan Djarum. Foto: Dok. Pribadi
“Di Djarum ini selain uang beasiswa dapat, kami juga dibekali soft skill, ada leadership training waktu itu, kemudian ada outbound, ada kegiatan yang disponsori Djarum. Jadi Beswan sama-sama di UI, sekitar 20 orang, kami sama-sama bikin kegiatan donor darah, bikin perpustakaan buat sekolah,” terang alumnus Ilmu Komunikasi UI itu.
Saat pelatihan waktu kuliah itu, Mala bercita-cita punya kiprah yang memberi kontribusi pada masyarakat dan bangsa. Lewat tanggung jawab sosial perusahaan yang diembannya kini, Mala bisa mewujudkan itu.
Mala Ekayanti (keempat kiri) saat mengikuti konferensi bersama pakar pemasaran Philip Kotler. Foto: Dok. Pribadi
“Saya ingin jadi kebanggaan Indonesia kalau saya bisa punya role regional kayak di Asia Pasifik atau di negara lain, dan bilang ‘Itu ada orang Indonesia di sana’ orang Indonesia yang bagus yang punya karakter,” katanya.
ADVERTISEMENT
Berkarier di perusahaan multinasional, bagi Mala, juga tak menyurutkan kecintaannya pada negeri. Ia menampik anggapan bahwa bekerja di perusahaan asing membuatnya menjadi ‘antek asing’. Justru dengan adanya perusahaan multinasional di Indonesia menunjukkan bahwa negara ini tempat yang potensial untuk berbisnis.
“Jadi semestinya pandangan Indonesia adalah memberikan kemudahan bagi perusahaan-perusahan ini untuk berbisnis di sini. Karena artinya tenaga kerja ahli Indonesia bisa bekerja di MNC (perusahaan multinasional) ini kemudian bisa mendapatkan transfer knowledge juga, sehingga membangun sumber daya manusia di Indonesia,” jelasnya.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten