Kopi Arab, Sajian Khas Masjid Layur Semarang yang Ada saat Ramadhan

9 Mei 2019 6:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sesepuh Masjid Layur, Abu Bakar bin Salim Alatas saat sedang membuat Kopi Arab. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sesepuh Masjid Layur, Abu Bakar bin Salim Alatas saat sedang membuat Kopi Arab. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
ADVERTISEMENT
Aroma khas kopi menyeruak di sekitaran Masjid Layur, atau Masjid Menara, Kota Semarang. Kopi yang dibuat, bukan kopi biasa, melainkan Kopi Arab. Inilah minuman yang paling dinantikan dan hanya bisa dinikmati selama Ramadhan.
ADVERTISEMENT
Untuk menikmati Kopi ini, anda harus menuju ke lokasi Masjid yang berada di Jalan Layur, Kelurahan Dadapsarj, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah.
"Tradisi kopi ini sudah ada sejak dulu. Dulu orang-orang di sini membuatnya dan menyuguhkan ke Masjid. Tapi sekarang beda, terakhir hanya dibuat di rumah Pak Ali, marbot Masjid, ini juga rumah milik Masjid," ucap salah seorang sesepuh Masjid, Abu Bakar bin Salim Alatas, Rabu (8/5).
Sesepuh Masjid Layur, Abu Bakar bin Salim Alatas saat sedang membuat Kopi Arab. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Tradisi Kopi Arab yang juga disebut dengan Kopi Tahlil ini, usianya hampir sama dengan usia Masjid Layur yang merupakan Bangunan Cagar Budaya (BCB). Masjid ini telah didirikan sejak 1820-an.
Setiap harinya, racikan Kopi Arab disiapkan untuk sekitar 50 cangkir. Bahan yang melengkapi rasa kopi ini antara lain, serai, daun pandan, jahe, kayu manis, daun jeruk, kapulaga, dan cengkeh.
ADVERTISEMENT
"Jadi pertama merebus bumbunya dahulu baru diberi kopi," kata Abu Bakar.
Kemudian, lanjut Abu Bakar, hasil rebusan kopi dan rempah itu disaring sebelum disajikan kedalam cangkir untuk diseduh jamaah Masjid.
Biasanya, Kopi Tahlil ini disandingkan dengan makanan ringan dan makanan berat tergantung dengan apa yang tersedia. Namun yang pasti selalu ada adalah buah kurma.
Sesepuh Masjid Layur, Abu Bakar bin Salim Alatas saat sedang membuat Kopi Arab. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
"Biasanya ada donatur (yang menyediakan panganan pendamping Kopi)," ujarnya.
Perbedaan Kopi Arab dengan kopi lainnya, terletak pada wangi rempah dan rasa hangat yang dirasakan peminum usai meneguknya.
"Hangat, manis, pedas rasanya. Tidak membuat sakit perut, justru bagus buat kesehatan. Tidak ada side efek, kecuali mungkin yang punya maag akut," jelas Abu Bakar.
Bagi yang penasaran bisa datang saat menjelang berbuka karena siapapun boleh menikmati kopi Arab termasuk musafir yang ingin mampir.
ADVERTISEMENT
"Siapapun boleh, kita tidak membeda-bedakan. Ini hanya ada saat Ramadhan," pungkasnya.