Komnas HAM: 4 dari 8 Korban Tewas Rusuh Diautopsi, 2 Kena Peluru Tajam

13 Juni 2019 12:31 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan.
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik. Foto: Andesta Herli Wijaya/kumparan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Mabes Polri merilis secara jelas fakta kerusuhan di Jakarta pada 21-23 Mei, termasuk mengungkap aktor-aktor di balik itu. Namun, nasib korban tewas dalam kerusuhan yang berjumlah 8 orang masih suram.
ADVERTISEMENT
Komnas HAM mendesak Polri mengungkap oknum yang membunuh 8 warga sipil tersebut. Apalagi, Komnas HAM menerima hasil autopsi yang menunjukkan adanya penggunaan peluru tajam dalam kericuhan itu.
Ketua Komnas HAM, Ahmad Taufan Damanik, mengatakan berdasarkan hasil autopsi yang diterima dari Polri, dari 8 korban meninggal, dua orang diyakini meninggal karena tertembak peluru tajam.
"Harus dicari siapa yang menembakkan peluru tajam itu. Karena memang betul dari 8 yang meninggal tertembak itu, 4 diautopsi dan hanya 2 didapati pelurunya. Saya kira semua bisa meyakini bahwa itu pasti karena peluru tajam," ujar Taufan di Gedung DPR, Senayan, Kamis (13/6).
Taufan mengatakan hasil autopsi sesuai dengan penelurusan yang dilakukan pihaknya. Menurutnya, apabila korban hanya tertembak peluru karet, seharusnya kericuhan itu tak menimbulkan korban jiwa.
ADVERTISEMENT
"Karena beberapa korban peluru karet, kita lihat pelurunya hanya nempel di situ (tubuh), tidak sampai membahayakan, jadi berbeda dengan korban yang meninggal," ucap dia.
"Saya kira hampir bisa kita pastikan dari peluru tajam, apalagi yang dua ditemukan peluru tajam," jelasnya.
Personel kepolisian menembakkan gas air mata ketika terjadi kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Karena itu, Taufan mendorong pihak kepolisian mengusut penyebab korban jiwa sesuai dengan peraturan yang berlaku. Hal itu, kata dia, berkaitan dengan citra pihak kepolisian untuk menjaga kualitas demokrasi.
"Kalau cepat saja tapi kemudian kaidahnya dilanggar kan kemudian tetap akan dipertanyakan oleh publik. Ini kan ada kaitan dengan citra polisi yang harus kita bukan hanya jaga tapi tingkatkan. Citra profesionalisme polisi karena semakin profesional polisi ya semakin bisa menjamin demokrasi kita," tutup dia.
ADVERTISEMENT
Soal jumlah korban tewas, Mabes Polri merilis ada 9 orang, bertambah 1 dari yang sebelumya sudah ramai diberitakan media. 1 orang terakhir ini diduga warga yang sempat hilang saat kerusuhan lalu ditemukan meninggal.
Namun, Mabes Polri menduga para korban tewas itu adalah perusuh. Meski, ada keluarga yang memberi kesaksian anaknya adalah korban.
"Polri sudah bentuk tim invesitigasi yang diketuai oleh Irwasum Polri untuk menginvestigasi semua rangkaian peristiwa 21-22 Mei," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal, di Kemenkopolhukam, Selasa (11/6).
"Kita harus sampaikan bahwa sembilan korban meninggal dunia kami duga perusuh. Penyerang. Diduga ya," sambungnya.