Gunung Agung Tak Kunjung Meletus, Status Darurat Diperpanjang

14 Oktober 2017 13:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Agung berstatus Awas (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Agung berstatus Awas (Foto: Dok. BNPB)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Gunung Agung di Bali sudah ditetapkan berstatus Awas (level IV) sejak 22 September lalu. Namun hingga hari ini, belum tampak ada tanda-tanda letusan, sementara aktivitas vulkaniknya masih terpantau tinggi.
ADVERTISEMENT
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat ada 360 kali gempa vulkanik yang terjadi di sekitar kawah gunung. Gempa berkekuatan di bawah 2 Magnitudo itu masih belum menurun frekuensinya hingga Sabtu (14/10) pagi.
Meski demikian, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan pihaknya belum dapat memastikan kapan Gunung Agung meletus.
"Potensi untuk meletus tetap tinggi, tetapi tidak dapat dipastikan secara pasti kapan akan meletus ataukah tidak jadi meletus," jelas Sutopo dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/10).
"Wilayah yang harus dikosongkan tetap sama, yaitu di radius 9 kilometer dari puncak kawah dan 12 kilometer di sektor utara-timur laut, lalu sektor tenggara-selatan-barat daya. Ribuan warga masih mengungsi," imbuhnya.
Status Gunung Agung (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Status Gunung Agung (Foto: Dok. BNPB)
Sutopo menginformasikan, Gubernur Bali telah mengumumkan secara resmi perpanjangan masa darurat penanganan pengungsi selama 14 hari ke depan.
ADVERTISEMENT
"Berlaku 13 Oktober hingga 26 Oktober 2017. Status keadaan darurat pasti akan diperpanjang selama Gunung Agung masih status Awas. Selesainya masa keadaan darurat tergantung pada ancaman bencananya," jelas Sutopo.
Pengungsi Gunung Agung (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Gunung Agung (Foto: Dok. BNPB)
Para pengungsi Gunung Agung, kata Sutopo, hingga kini masih terus memerlukan bantuan. Tercatat sedikitnya ada sekitar 139 ribu jiwa, tertampung di 389 titik pengungsian yang tersebar di 9 kabupaten/kota.
"Sebagian pengungsi kembali ke rumahnya meski sudah dilarang karena berbahaya. Alasannya karena merasa jenuh, ingin bekerja lagi dan merawat ternak dan lahan pertaniannya," ucap Sutopo.
"Yang namanya gunung api pasti akan meletus dalam periode tertentu. Tapi pascaletusan memberikan berkah yang luar biasa, lahan jadi subur, produktivitas pertanian meningkat, melimpahnya pasir dan batu yang dapat ditambang, dan lainnya," tutupnya.
ADVERTISEMENT