Gencatan Senjata Gagal Diperpanjang, Yaman Terancam Kembali ke Situasi Perang

4 Oktober 2022 14:21 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perang Yaman Foto: REUTERS/Khaled Abdullah
zoom-in-whitePerbesar
Perang Yaman Foto: REUTERS/Khaled Abdullah
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar menggemparkan datang dari Yaman. Gencatan senjata di negara bergejolak tersebut berakhir pada Senin (3/10) dan gagal diperpanjang.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut membuat Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg, bertindak. Ia mendesak pihak-pihak yang berkonflik menyepakati kembali gencatan senjata karena khawatir pecahnya kembali perang.
Al Arabiya melaporkan PBB sebenarnya berupaya keras memperpanjang gencatan senjata sampai Minggu (2/10) atau sehari sebelum kedaluwarsa. Tetapi, usaha PBB sia-sia. Pihak bertikai di Yaman ogah memperpanjang gencatan senjata.
Warga berbuka puasa di pengungsian korban pertempuran Tiaz di pinggiran Kota Sanaa, Yaman. Foto: REUTERS/Khaled Abdullah
Bayang-bayang kembali pecahnya perang di Yaman kini tidak lagi samar. Duka akibat kematian 223 ribu nyawa karena perang berpotensi pecah dalam waktu dekat.
Kekhawatiran PBB semakin memuncak soal bagaimana Yaman jika kembali terjerembab ke dalam jurang perang. Sebab, sebelum gencatan senjata tercapai konflik Yaman sudah dilabeli sebagai krisis kemanusiaan terburuk di era modern.
"Utusan Khusus PBB menyesalkan bahwa kesepakatan belum tercapai hari ini, karena gencatan senjata yang diperpanjang dan diperluas akan memberikan manfaat penting tambahan bagi penduduk," jelas Grundberg dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
Gencatan senjata pada 2022 yang didukung oleh PBB mulai berlaku pada April lalu. Sejak diberlakukan, pengurangan bentrokan terjadi secara signifikan. Pemerintah dan kelompok pemberontak Houthi yang bertikai mematuhi poin gencatan senjata, termasuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan.
Konflik di Yaman. Foto: Reuters.
Pada awalnya gencatan senjata pada 2022 ini hanya berlaku selama dua bulan. Namun kesepakatan berhasil diperbaharui sampai dua kali.
Setelah sukses memperpanjang gencatan senjata, kali ini keberuntungan tidak singgah di pihak PBB. Grundberg mengatakan bahwa proposalnya untuk memperpanjang dan memperluas gencatan senjata telah ditolak oleh kelompok pemberontak Houthi.
Proposal tersebut berisi kesepakatan untuk membayar gaji pegawai negeri sipil, membuka rute ke kota Taez yang diblokade oleh kelompok pemberontak Houthi, mempeluar penerbangan komersial dari kota Sanaa, dan mengizinkan kapal bahan bakar untuk berlabuh di Pelabuhan Hodeida yang dikuasai oleh kelompok Houthi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, proposal ini juga mencakup komitmen untuk membebaskan tahanan, menciptakan lingkungan politik yang inklusif, dan menangani permasalahan ekonomi, termasuk layanan publik.
Pemberontak Houthi di Yaman. Foto: Mohammed Huwais/AFP
Namun kelompok Houthi menjelaskan bahwa proposal yang diberikan PBB tidak memenuhi tuntutan masyarakat Yaman. Mereka juga menilai proposal tersebut tidak akan membangun perdamaian di Yaman. Selain itu, Dewan Politik Tertinggi Houthi juga menuntut adanya pendapatan dari sumber daya minyak dan gas Yaman.
"Rakyat Yaman tidak akan tertipu oleh janji-janji palsu," kata Dewan Politik Tertinggi Houthi.
Juru bicara militer Houthi Yahya Saree telah memperingatkan perusahaan minyak Arab Saudi dan Uni Emirat Arab yang menjadi mitra utama aliansi anti-Houthi di Yaman untuk segera pergi. Untuk itulah, kelompok pemberontak juga mengirim bom, drone, dan rudal kepada fasilitas minyak kedua negara tersebut.
ADVERTISEMENT

Konflik Berujung Perang Saudara

Presiden Yaman Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi. Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Konflik Yaman pecah pada akhir 2014. Pertikaian melibatkan Pemerintah Yaman yang didukung Arab Saudi dan sekutu Arabnya melawan kelompok pemberontak Syiah, Houthi.
Pada 2015 konflik yang berujung perang saudara di Yaman mencapai puncak. Gerakan Houthi berhasil menguasai ibu kota Yaman, Sanaa.
Presiden Yaman yang didukung penuh oleh Saudi, Abdrabbuh Mansur Hadi, diusir dari ibu kota Sanaa. Kelompok Houthi pun mengendalikan secara penuh Sanaa beserta utara Yaman sampai sekarang.
Saudi lalu mengumpulkan kekuatan koalisi Arab dan menggempur Sanaa dan wilayah yang dikuasai Houthi lewat udara. Tujuan utama Houthi adalah mengembalikan kembali kekuasaan Pemerintahan Yaman di bawah Hadi.
Sejak saat itu, 23.4 juta orang hidup bergantung pada bantuan kemanusiaan. Direktur Regional Palang Merah Internasional, Fabrizio Carboni, menuturkan gencatan senjata selama enam bulan terakhir telah memberikan kelonggaran kepada masyarakat dan meningkatkan harapan untuk tercapainya perdamaian dan kehidupan normal.
Pemberontak Houthi di Yaman. Foto: Mohammed Huwais/AFP
Pakar Timur Tengah Universitas Cambridge, Elisabeth Kendall, mengatakan masih ada harapan untuk tercapainya kesepakatan gencatan senjata.
ADVERTISEMENT
"Mungkin masih ada kesempatan untuk menghidupkan kembali gencatan senjata. Mungkin saja para aktor yang bertikai berebut posisi dengan membiarkan tenggat waktu berlalu," kata Kendall dikutip oleh AFP.
"Tapi saya pikir yang paling bisa kita harapkan pada tahap ini adalah tindakan sementara lain daripada perpanjangan gencatan senjata enam bulan yang dicari PBB." tambahnya.
Penulis: Thalitha Yuristiana.