Dubes Prancis Tuduh Australia Bohong soal Kontrak Pembelian Kapal Selam

3 November 2021 11:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Duta Besar Prancis untuk Australia Jean-Pierre Thebault. Foto: AAP Image/Lukas Coch via REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar Prancis untuk Australia Jean-Pierre Thebault. Foto: AAP Image/Lukas Coch via REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perselisihan antara Prancis dan Australia masih terus berlanjut. Kali ini, Duta Besar Prancis, Jean-Pierre Thebault, menuduh Australia menipu mereka ketika kontrak pembelian kapal selam dibatalkan begitu saja.
ADVERTISEMENT
“Penipuan tersebut dilakukan dengan kesengajaan,” kata Thebault kepada wartawan di Canberra pada Rabu (3/11), dikutip dari Reuters.
“Dan [ini] karena ada lebih banyak yang dipertaruhkan daripada hanya menyediakan kapal selam, karena [kontrak] itu adalah perjanjian bersama atas kedaulatan, tersegel dengan transmisi data-data yang sangat rahasia, cara situasi ini ditangani merupakan sebuah penusukan dari belakang,” tegas dia.
Seperti diketahui, pada September lalu, Australia secara tiba-tiba membatalkan perjanjian pembelian kapal selam dengan Naval Group Prancis. Kontrak tersebut diketahui bernilai puluhan miliar dolar AS.
Perdana Menteri Australia, Scott Morrison. Foto: AFP/Gary Ramage
Pembatalan itu dilakukan setelah Australia, Amerika Serikat, dan Inggris sepakat membentuk kemitraan keamanan bernama AUKUS. Di bawah AUKUS, Australia dapat membangun 12 kapal selam bertenaga nuklir dengan teknologi dari kedua mitranya itu.
ADVERTISEMENT
Keputusan ini menyebabkan hubungan Prancis dan Australia memanas. Prancis yang murka sempat memutuskan untuk menarik duta besarnya dari Canberra dan Washington. Dalam hubungan internasional, tindakan ini merupakan bentuk protes besar suatu negara.
Dubes Thebault kembali ke Canberra pada Oktober. Pernyataan soal Australia pada Rabu ini menjadi pernyataan publik pertama kali soal hubungan kedua negara.
“Hal seperti ini bukanlah hal yang dilakukan di antara mitra-mitra, bahkan di antara teman sekalipun,” tutup Thebault.
Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara mengenai pembenuhan seorang guru di Conflans Sainte-Honorine, barat laut Paris. Foto: Abdulmonam Eassa, Pool via AP
Sebelumnya pada Minggu (31/10), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, Perdana Menteri Australia Scott Morrison telah berbohong soal maksud dan tujuan Canberra dalam kontrak kapal selam ini.
Morrison menyangkal tudingan Macron. Menurut Morrison, kapal selam konvensional--yang sebelumnya akan dibeli dari Naval Group--tidak lagi sesuai dengan kebutuhan Australia.
ADVERTISEMENT
Sedangkan pada Jumat (29/10), Presiden AS Joe Biden mengatakan, penanganan dari pakta AUKUS ini ceroboh.
Biden menambahkan, dirinya mengira Australia telah menginformasikan Prancis terlebih dahulu soal pembatalan kontrak ini, sebelum AUKUS diumumkan.