Cerita Santri Saat Pandemi Corona: Banyak Waktu Mendekatkan Diri Pada Allah

1 Juli 2020 17:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitaa santri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitaa santri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul tak seperti beberapa bulan lalu. Kini, pondok pesantren dengan lebih dari 2.000 santri ini sepi. Hanya 10 persen santri yang masih di pondok, mayoritas santri senior.
ADVERTISEMENT
Selebihnya para santri pulang ke kampung halaman dan menjalani pembelajaran secara daring.
Salah satu santri yang tetap bertahan di pondok adalah Andika Muhammad Nur (20) asal Kecamatan Sanden, Bantul. Sejak Januari lalu dia mengaku tidak pulang ke rumahnya lantaran khawatir membawa virus ketika kembali ke pondok.
Aktivitaa santri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Januari nggak pulang. Saya memang ngabdi di sini sudah 6 tahun. Saya menjaga protokol kalau pulang takut membawa virus kalau kembali ke sini," katanya ditemui, Rabu (1/7).
Dia menjelaskan, ketika wabah corona masuk ke Indonesia pihak ponpes memang mempersilakan santri untuk pulang ke kampung halaman. Dengan sistem daring diharapkan dapat mencegah penyebaran virus corona.
Sementara, untuk santri seperti dirinya tetap mengaji di pondok dengan protokol kesehatan seperti menjaga jarak.
ADVERTISEMENT
"Di sini santri banyak berkumpul kalau tidak sesuai protokol risikonya besar. Jadi kita harus mempersiapkan protokol, pengajian harus berjarak physical distancing," ujarnya.
Santri saat berbincang di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
"Sistem daring kalau di sini tetap harus memberikan pelajaran bagi yang di rumah. Kan santri ada yang di pulangkan dari sini. Kita memberikan daring ya semua setuju. Mudah. Kita menggunakan aplikasi zoom. Di sini mengaji di rumah ikut mengaji," katanya.
Kebiasaan yang lain juga ikut berubah. Misalnya makan bareng atau kembulan dihilangkan. Santri makan menggunakan piring sendiri-sendiri. Mengenakan masker pun wajib hukumnya.
"Pondok kan ada makan bareng kembulan kita kurangi jadi makan sendiri nggak kembulan. Masuk pondok harus cuci tangan pakai masker di mana pun. Ada juga penyemprotan disinfektan dari pondok sendiri," katanya.
ADVERTISEMENT
Di tengah corona yang bikin kacau ini, Andika mengaku bisa mengambil hikmahnya. Corona membuatnya memiliki waktu lebih banyak untuk mengaji dan mendekatkan diri pada Allah.
"Kalau menurut saya itu semua bisa diambil hikmah. Di sini malah banyak waktu dan mengaji. Kalau corona kan kita tidak banyak kegiatan jadi punya waktu untuk mengaji jadi lebih mendekatkan diri pada Allah," katanya.
Hal senada juga diungkapkan Muhammad Farid (20). Sudah 9 tahun pemuda asal Denpasar, Bali ini nyantri di Pondok Pesantren Ali Maksum. Selama pandemi ini dia juga lebih banyak waktu di pondok. Pasalnya kampusnya, UNU Jogja memberlakukan kuliah online.
"Kalau terganggu jelas semua jadi berubah. Yang jadwal ngaji tadi padat jadi longgar. Habis itu juga sekolah tidak di sekolah jadi online," katanya.
ADVERTISEMENT
Dia mengaku sempat pulang ke Bali. Namun protokol kesehatan ketat wajib dilakukan seperti membawa surat kesehatan hingga isolasi diri selama 14 hari.
"Sempat pulang H plus 2 Lebaran. Nggak mau pulang tapi disuruh keluarga pulang jadi dari sini bawa surat pengantar juga surat kesehatan. Sampai rumah 2 minggu sekaligus isolasi baru ke sini," kata dia.
Sebagai santri senior dia mendapat kegiatan tambahan seperti piket jaga dan menyemprot disinfektan. Hari-harinya lantas diisi dengan olahraga pagi, berjemur, hingga rajin minum vitamin
"Jadi semakin lebih lagi mengingat Allah karena semua kerasa (kehendak) Gusti Allah," pungkasnya.
Aktivitaa santri di Pondok Pesantren Ali Maksum, Krapyak, Sewon, Kabupaten Bantul. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Sementara itu, Koordinator Satgas COVID-19 Pondok Pesantren Ali Maksum Maya Fitria mengatakan saat ini pihaknya tengah mempersiapkan kembalinya santri setelah pada Maret lalu 90 persen dari 2.032 santrinya pulang ke kampung halaman.
ADVERTISEMENT
Untuk tahap awal Maya menjelaskan santri yang kembali ke pondok adalah yang berasal dari DIY dahulu. Untuk daerah lain akan menunggu evaluasi pada tahap pertama itu.
"Saat ini persiapan santri kembali ke pondok lagi. Nah ini banyak hal yang kami persiapkan. Pertama yang awal santri dari DIY saja. Itu kita sudah data 250 santri. Itu pun kalau mereka setuju balik kalau tidak setuju juga tidak akan kita paksa," ujarnya.
Dia menegaskan protokol kesehatan terus dimatangkan oleh timnya yang terdiri dari santri senior. Santri senior ini sudah terbiasa membimbing juniornya. Mereka yang selama ini tidak pulang kampung turut mempersiapkan segala hal bagi adik-adiknya termasuk ruang karantina bagi mereka yang baru kembali.
ADVERTISEMENT
"Pembelajaran 15 Juli itu online. Yang datang ke sini juga pembelajarannya masih online. Madrasah dan asrama terpisah sehingga madrasah akan melakukan pembelajaran secara online karena ada posisi di karantina ada di sini," kata Maya.
***
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)