Cerita Ponpes Darunnajah Terapkan Protokol Kesehatan Ketat Bagi Santri dan Guru

16 Oktober 2020 16:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi santri pesantren. Foto: REUTERS/Willy Kurniawan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kasus santri maupun pengajar positif COVID-19 di pondok pesantren sudah terjadi di beberapa daerah. Klaster pesantren pun menjadi salah satu yang diwaspadai, mengingat sistem pembelajaran santri-santrinya banyak bersifat boarding school.
ADVERTISEMENT
Lantas, bagaimana cara Pondok Pesantren Darunnajah yang memiliki 17 cabang di Indonesia untuk menjaga kawasannya tetap aman dari penularan virus corona?
Pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Sofwan Manaf, menceritakan pihaknya menerapkan one gate system (sistem satu pintu) di kawasan pendidikannya. Sehingga, semua santri maupun pengajar yang sudah di dalam kawasan ponpes tidak bisa semaunya keluar masuk.
"Kita berusaha ada one gate system. Ini artinya semua masyarakat yang sudah sehat di dalam pesantren itu bagaimana caranya tidak bisa keluar masuk pesantren. Kedua, memang harus ada disiplin yang sifatnya kalau pesantren dipaksa. Seperti masker kalau di Darunnajah yang enggak pake masker, guru pengelola, kita charge Rp 250 ribu," kata Sofwan dalam diskusi di YouTube BNPB, Jumat (16/10).
Ilustrasi santri di pesantren. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Sofwan menjelaskan, sebagian besar ponpes Darunnajah sudah mulai mengadakan kegiatan belajar mengajar secara offline. Para santri dan guru yang masuk lagi ke asrama juga harus melalui serangkaian pemeriksaan dan protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
"Yang sudah hadir atau luring masuk asrama diharapkan yang masuk dengan 4 tahapan. Mereka bawa rapid test pada Juli, di pesantren harus isolasi lagi, sebelum masuk pesantren di rumah isolasi lagi. Yang terakhir, di cabang kami, yang baru datang pakai swab antigen," tuturnya.
Tak hanya itu, pihak ponpes juga membatasi kunjungan orang tua dan wali santri setiap minggunya. Sebab, berkaca dari pengalaman sebelumnya, satu-satunya kasus di lingkungan Darunnajah berasal dari santri yang tertular corona dari orang tuanya.
"Wali murid yang mau datang harus daftar online karena dibatasi seminggu hanya 80 wali murid. Setelah bertemu, harus 2 meter jaraknya, enggak boleh pelukan. Itu yang kita lakukan selain disiplin, yang namanya masker, cuci tangan, itu kerjaan yang harus digembar-gembor," ujar Sofwan.
ADVERTISEMENT
Bagi santri dan guru yang sudah berada di asrama, pihaknya juga tidak boleh lagi sembarangan keluar kawasan tersebut.
"Alhamdulillah yang sekarang sudah offline, guru tinggal di pesantren. Yang enggak bisa di dalam (asrama), online dengan murid di dalam pesantren," tutur dia.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Bakti Bawono Adisasmito. Foto: BNPB
Sementara itu, juru bicara Satgas COVID-19, Prof Wiku Adisasmito, yang juga hadir dalam diskusi tersebut mengapresiasi langkah-langkah pencegahan yang dilakukan Ponpes Darunnajah. Ia berharap upaya serupa juga dapat dilakukan di pesantren-pesantren lainnya di Indonesia.
"One gate policy, jangan sering orang keluar masuk. Kalau sudah di dalam, di dalam saja dalam waktu tertentu. Kalau sudah waktu pulang harus di-screening dengan baik. Dengan kondisi pandemi, ya sudah di dalam saja, serahkan ke pengurus pesantren sambil berdoa agar keadaan jadi lebih baik," pungkas Wiku.
ADVERTISEMENT
=====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona