Cek ke RS Kariadi, Komisi IX Ungkap Proses Uji Vaksin Nusantara Masih Panjang

19 Februari 2021 14:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Terawan Agus Putranto saat meninjau persiapan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi Semarang. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Terawan Agus Putranto saat meninjau persiapan uji klinis fase II vaksin Nusantara di RSUP dr. Kariadi Semarang. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejumlah anggota Komisi IX DPR beberapa hari lalu melakukan kunjungan kerja ke RSUP dr Kariadi Semarang, untuk meninjau langsung pelaksanaan uji klinis fase I Vaksin Nusantara. Komisi IX merupakan komisi yang membidangi kesehatan, termasuk mengawal pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Salah satu anggota Komisi IX DPR yang ikut dalam kunjungan tersebut adalah Darul Siska. Kepada kumparan, Darul menjelaskan proses pembuatan vaksin corona Nusantara, yang digagas oleh salah satunya eks Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto.
"Jadi kita sudah mendengar presentasi dari tim peneliti vaksin di RS Kariadi Semarang. Nah, dari penjelasan yang disampaikan ini kan sedang proses menuju vaksin itu bisa mendapatkan emergency use dari BPOM," kata Darul, Jumat (19/2).
Dari pemaparan tim peneliti vaksin Nusantara, politikus Golkar ini menuturkan proses pembuatannya tidak jauh berbeda dengan jenis vaksin lainnya. Tetap ada uji klinis fase I, II, dan III yang harus dilalui. Dan untuk saat ini, fase I sudah dilakukan dengan hasil yang cukup bagus.
ADVERTISEMENT
"Tahap uji klinis tahap 1 sudah selesai diikuti 30 orang relawan. Nah, itu hasilnya baik. Sekarang sedang masuk akan memulai uji klinis tahap II. Untuk melakukan uji klinis tahap II kan menunggu dari BPOM, nanti juga akan diikuti oleh relawan," jelas dia.
Anggota DPR Darul Siska. Foto: Dok. Pribadi
"Setelah uji klinis tahap II selesai dilaporkan lagi ke BPOM. BPOM mengevaluasi terus kemudian mereka mengajukan lagi uji klinis tahap III. Nah, kalau tahap 3 sudah dapat izin dari BPOM [relawan] 1.600 orang," tambahnya.
Nantinya, jika proses uji klinis berjalan lancar dan sesuai ketentuan, maka BPOM akan meneliti lebih lanjut sebelum dikeluarkan izin penggunaan darurat.
Namun, sejauh ini, Darul belum bisa memberikan penjelasan lebih rinci soal kesimpulan hasil uji klinis yang dilakukan di RS Kariadi.
ADVERTISEMENT
"Saya belum bisa berkomentar sejauh mana vaksin ini bisa membantu mengatasi pandemi. Tapi kalau vaksin itu sesuai dengan skenario dan rencana yang sudah disusun tim penelitinya itu akan sangat berguna untuk mengatasi pandemi COVID, " ungkap Darul.
RSUP dr Kariadi Semarang. Foto: ANTARANEWS
Di sisi lain, pihaknya mendapatkan sejumlah informasi soal penggunaan vaksin Nusantara nantinya. Mulai dari tidak ada batasan umur penerima vaksin, hingga penderita penyakit tertentu juga bisa disuntikkan vaksin ini.
"Pertama, alasannya itu tidak ada kendala umur, penyakit segala macam dan enggak ada orang yang komorbid enggak boleh. Kan itu diambil dari darah sendiri," tuturnya.
Darul kemudian membeberkan plus minus dari vaksin Nusantara yang proses pembuatannya sudah dimulai sejak September 2020.
"Pasti ada plus-minusnya, karena Sinovac kan vaksin sudah jadi, bisa langsung disuntikkan tapi kan terbatas pada orang-orang yang tidak komorbid, tidak anak-anak. Nah, vaksin Nusantara pasti nanti keunggulannya untuk seumur hidup. Tapi prosesnya lebih lama karena ngambil dari darah pasien yang bersangkutan nunggu seminggu baru disuntik kan lagi. Jadi ini kan prosesnya enggak bisa langsung," tambahnya.
Terawan Agus Putranto (kanan) di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (27/8). Foto: Puspa Perwitasari/Antara Foto
Di sisi lain, jika vaksin ini berhasil dikembangkan, maka ia yakin akan mengangkat nama Indonesia dalam penanganan pandemi COVID-19. Darul meyakini vaksin buatan dalam negeri juga patut mendapatkan apresiasi seperti vaksin-vaksin corona buatan perusahaan luar negeri.
ADVERTISEMENT
Darul sebelumnya menjelaskan kunjungan kerja ke RS Kariadi Semarang, Rabu (17/2) kemarin, merupakan atas inisiatif Komisi IX. Sebab, saat ini mereka sedang dalam proses reses dan ingin melihat proses pembuatan vaksin yang berbasis sel dendritik itu.
"Iya (inisiatif). Karena itu kan sekalian kita kunker. Kunker kan tugasnya bekerja di luar kantor. Tentu hal-hal yang terkait dengan bidang tugas kita ya kita lakukan sekaligus," tutup Darul.