Buruh Indonesia dalam Bayang Pelecehan Seksual di Pabrik Walmart

26 Mei 2018 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi buruh garmen (Foto: Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi buruh garmen (Foto: Flickr)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Buruh perempuan di pabrik pakaian mitra raksasa retail Walmart di negara-negara Asia ternyata memiliki risiko tinggi kasus pelecehan seksual. Survei yang dilakukan Asia Floor Wage Alliance menunjukkan, lingkungan kerja yang rentan kasus kekerasan seksual salah satunya adalah pabrik yang berlokasi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, penelitian yang melibatkan sekitar 250 buruh di 60 pabrik pemasok Walmart di Indonesia, Bangladesh, dan Kamboja, menemukan bahwa pabrik menjadi tempat munculnya rantai kekerasan seksual yang berlangsung sistemik. Selain itu, penelitian juga menemukan adanya praktik pelecehan seksual dan kekerasan fisik terhadap para buruh menolak pelecehan seksual dari atasan mereka.
"Ini adalah persoalan urgent yang sangat serius," kata Anannya Battacharjee, dari lembaga Asia Floor Wage Alliance yang tergabung dalam koalisi.
Walmart, sebuah jaringan retail asal Amerika Serikat yang mempunyai 11 ribu toko di hampir 30 negara, akan memeriksa temuan ini. "Pengakuan para buruh ini sangat mengkhawatirkan dan kami akan menyelidiki tudingan ini dengan seksama," kata seorang juru bicara Walmart.
ADVERTISEMENT
Anannya menambahkan, investigasi selama lebih dari enam tahun sengaja memilih Walmart sebagai contoh bagi perusahaan-perusahaan Barat agar memperbaiki keamanan kerja dalam rantai pasokan mereka.
"Yang dilihat banyak orang hanyalah mode pakaian yang murah dan menarik. Tidak ada yang tahu mengenai kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan di dalam rantai pasokan," kata dia.
Kasus kekerasan seksual di pabrik supplier Walmart hanyalah puncak dari gunung es. Di level yang lebih luas, perempuan dibebani stigma dari masyarakat dan risiko tindakan balasan membuat banyak perempuan memilih untuk diam.
"Persoalan semakin sulit karena perempuan tidak ingin melaporkan apa yang mereka alami. Bagaimana mereka bisa mengharap pertolongan dari serikat buruh jika pemimpin serikat kebanyakan laki-laki?" kata Khun Taro dari lembaga Center for Alliance of Labour and Human Rights yang berkantor di Phnom Penh.
ADVERTISEMENT
Asia menyumbang setengah dari total 443 miliar dolar AS dalam ekspor pakaian global pada 2016. Menurut data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO, Indonesia, Bangladesh, Vietnam, India, Hong Kong, dan Kamboja menjadi negara pemasok dalam rantai produksi global.