Bos CIA Sebut Utang dari China Sebagai Penyebab Krisis di Sri Lanka

21 Juli 2022 17:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Central Intelligence Agency (CIA) William Burns. Foto: Samuel Corum / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Central Intelligence Agency (CIA) William Burns. Foto: Samuel Corum / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepala Badan Intelijen Pusat (CIA) Amerika Serikat (AS), William Burns, melayangkan kritik terhadap Sri Lanka pada Rabu (20/7/2022).
ADVERTISEMENT
Menurut Burns, Sri Lanka mengalami keruntuhan ekonomi lantaran membuat 'taruhan bodoh'. Dia merujuk pada investasi dengan utang tinggi dari China.
Burns mengatakan, Sri Lanka mempertaruhkan masa depan ekonomi dengan berutang banyak kepada China. Akibatnya, negara itu menderita konsekuensi mendalam secara ekonomi maupun politik.
Burns menegaskan, negara-negara lain harus menganggapnya sebagai peringatan.
Seorang wanita duduk di sebelah tabung kosong untuk antre membeli gas domestik ke agen pusat distribusi saat krisis ekonomi di Kolombo, Sri Lanka, Jumat (20/5/2022). Foto: Adnan Abidi/REUTERS
"Orang China memiliki banyak pengaruh yang dapat mereka gunakan dan mereka dapat membuat gambaran yang sangat menarik tentang investasi mereka," kata Burns di Forum Keamanan Aspen, dikutip dari AFP, Kamis (21/7/2022).
"Itu seharusnya menjadi pelajaran penting bagi banyak pemain lain—tidak hanya di Timur Tengah atau Asia Selatan, tetapi di seluruh dunia—untuk membuka mata lebar-lebar tentang transaksi semacam itu," sambung dia.
ADVERTISEMENT
Penumpang berdiri di kompartemen mesin di kereta yang penuh sesak saat transportasi umum lainnya terganggu karena kekurangan bahan bakar utama, di Kolombo, Sri Lanka, Rabu (6/7/2022). Foto: Dinuka Liyanawatte/REUTERS
China telah mengeluarkan investasi bagi Sri Lanka. Sri Lanka kerap meminjam dana untuk proyek infrastruktur. Sebagian di antaranya tidak membuahkan nilai meski menelan biaya mahal.
Pada 2017, Sri Lanka tidak mampu membayar kembali pinjaman senilai USD 1,4 miliar untuk pembangunan pelabuhan di selatan negara itu. Pemerintah akhirnya terpaksa menyewakan fasilitas tersebut kepada perusahaan China selama 99 tahun.
Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa. Foto: John Angelillo/Pool via REUTERS
Bandara Rajapaksa terletak di dekat pelabuhan itu. Bandar udara tersebut dibangun dengan dana pinjaman senilai USD 200 juta pula dari China. Akibat jarang digunakan, bandara itu kemudian tak mampu menutupi tagihan listriknya.
China telah menjalin kerja sama erat dengan mantan Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa. Pemimpin itu melarikan diri dari tanah airnya dan mengundurkan diri pada pekan lalu.
ADVERTISEMENT
Rajapaksa menempuh langkah itu setelah menghadapi protes massal anti-pemerintah terhadap kondisi ekonomi yang telah menggerus pasokan bahan pokok.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, turut mengomentari krisis di Sri Lanka. Dia menyinggung blokade Rusia terhadap gandum Ukraina. Baginya, tindakan itu menimbulkan kenaikan tajam dalam harga makanan sehingga memojokkan Sri Lanka.