Banjir Bandang Terjang China, 16 Orang Tewas

19 Agustus 2022 2:49 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim SAR melakukan penyusuran untuk evakuasi banjir di Shaoguan, Guangdong, China pada Selasa (21/6/2022). Foto: STR/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Tim SAR melakukan penyusuran untuk evakuasi banjir di Shaoguan, Guangdong, China pada Selasa (21/6/2022). Foto: STR/AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banjir bandang yang menerjang daerah pegunungan di China menyebabkan 16 orang tewas dan 18 lainnya hilang pada Kamis (18/8).
ADVERTISEMENT
Hujan deras mengguyur Datong, Provinsi Qinghai sejak Rabu (17/8). Banjir kemudian melanda enam desa dan dua kotapraja. Bencana tersebut berpusat di Kota Chengguan dan Kotapraja Qingshan.
Curah hujan tinggi datang secara tiba-tiba pada dini hari. Alhasil, warga tidak sempat mengungsi dari kediaman mereka. Per Kamis (18/8), 1.517 rumah tangga dan 6.245 orang menanggung imbasnya.
"Pada siang hari tanggal 18, 16 orang telah tewas," terang media pemerintah China, dikutip dari AFP, Jumat (19/8).
"Penyelamatan berlangsung dengan tertib," lanjutnya.
Air maupun tanah longsor merendam jalanan dan menghancurkan rumah-rumah. Daerah yang relatif rendah pun berakhir hanyut. Pohon tumbang hingga lumpur berserakan menyelimuti wilayah yang terdampak, sementara sebagian besar lahan pertanian hancur.
Administrasi Meteorologi China memperkirakan, hujan lebat akan melanda sejumlah daerah sampai malam hari pada Kamis (18/8). Pihaknya merujuk pada Xining, Haidong, Huangnan, Guoluo, dan Yushu.
ADVERTISEMENT
Jalan-jalan dan gedung-gedung yang terendam banjir setelah hujan lebat di Wuyuan, di provinsi Jiangxi, China pada Senin (20/6/2022). Foto: CNS/AFP
Banjir muncul selama musim panas menyaksikan lonjakan suhu dan hujan lebat di China. Sejumlah daerah mencapai rekor baru dalam peningkatan suhu, sedangkan yang lainnya menghadapi kerugian ratusan juta dolar akibat banjir.
Para ilmuwan mengatakan, perubahan iklim meningkatkan frekuensi cuaca ekstrem di seluruh dunia. Seiring suhu merayap naik, cuaca ekstrem akan semakin sering terjadi.
Situasi tersebut telah mengantarkan bencana bagi jutaan orang di wilayah barat daya China. Gelombang panas seketika memicu krisis pasokan listrik. Sehingga, otoritas terdesak menutup pabrik-pabrik dan menerapkan pemadaman listrik bergilir.
Provinsi Sichuan sangat bergantung pada bendungan untuk menghasilkan listriknya. Tetapi, cuaca panas telah menyebabkan waduk mengering di wilayah tersebut. Volume sungai-sungai besar turun sekitar 20-50 persen.
Pada Kamis (18/8), otoritas setempat memerintahkan para pengusaha agar tidak mengharuskan staf melakukan pekerjaan di luar ruangan. Sebab, suhu diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius.
ADVERTISEMENT
Administrasi Meteorologi China mengatakan, negara itu mengarungi periode terpanjang suhu tinggi yang berkelanjutan sejak 1961. Peringatan panas telah dikeluarkan selama 64 hari berturut-turut di berbagai wilayah mulai Juni.
Lebih dari sepertiga dari keseluruhan stasiun cuaca negara tersebut mencatat suhu ekstrem pada musim panas ini. Hingga 262 di antaranya melampaui rekor yang tercatat sebelumnya.