Autophagy, Mekanisme Daur Ulang Sel Lewat Berpuasa Cegah Long COVID-19

6 Agustus 2021 12:22 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga yang menggunakan masker melintasi mural yang berisi pesan waspada penyebaran virus Corona di kawasan Tebet, Jakarta. Foto: Ajeng Dinar Ulfiana/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Memiliki gaya hidup yang sehat dipercaya dapat membantu tubuh terhindar dari berbagai macam penyakit, termasuk COVID-19. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas gaya hidup yang mulai banyak diterapkan saat ini dikenal dengan sebutan autophagy.
ADVERTISEMENT
Autophagy merupakan suatu proses pendauran ulang sel tubuh. Dalam hal ini, protein akan dipecah menjadi bahan bakar energi tubuh. Menariknya, berbagai bakteri maupun virus yang masuk dalam tubuh juga seperti SARS-CoV-2 akan ikut dihancurkan. Sehingga, penerapan autophagy ini juga dipercaya dapat membuat seseorang terjauhkan dari ancaman penyakit.
Seorang ahli biologi asal Jepang, Yoshinori Ohsumi, meraih hadiah Nobel 2016 atas penemuannya ini. Mekanisme yang ditemukan Ohsumi ini turut membantu penelitian terkait penyakit seperti Parkinson dan juga Demensia.
Sebenarnya autophagy ini telah dikembangkan sejak lama. Termasuk hingga saat ini menurut BBC, para ahli gizi kemudian mengklaim bahwa proses ini juga bisa ditingkatkan dengan melakukan puasa, olahraga, dan juga membatasi konsumsi makanan dengan karbohidrat tinggi.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah pemaparan bertajuk 'Tekan Rem Darurat Keganasan COVID-19: Amankan Reseptor ACE-2' yang diselenggarakan secara virtual beberapa waktu lalu, dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), mengatakan bahwa autophagy merupakan mekanisme yang bisa sangat menguntungkan tubuh. Apalagi di saat kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini.
"Autophagy ada yang mengatakan double aye sword bisa menguntungkan bisa merugikan. Tapi kalau kita paham agar ini menguntungkan, maka kita bisa memanfaatkan betul autophagy ini untuk kesehatan kita terutama saat kena COVID," ujarnya.
Infografik Ragam Gejala Long COVID-19. Foto: kumparan
Ia juga menambahkan bahwa dengan rutin melakukan puasa, maka autophagy akan bekerja secara efektif. Sebab, puasa sangat memengaruhi kerja dari lisosom.
Lisosom merupakan sel yang berfungsi mencerna senyawa seperti karbohidrat dan protein. Semakin kuat keasaman dari lisosom, maka akan semakin baik dalam mendaur senyawa yang dapat dihasilkan sebagai energi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Autophagy ini sangat kuat kalau akan di-sensing dengan fasting (puasa). Karena fasting ini menguatkan asam lisosom. Autophagy yang lemah itu akan dibajak virus dengan seenaknya. Ternyata untuk menguatkan itu ada rahasianya yaitu fungsi lisosom harus optimal sekali," tambahnya.
Maka dari itu, dengan menerapkan puasa otomatis akan membuat mekanisme autopaghy bekerja menghancurkan protein maupun hal lainnya seperti virus dan bakteri. Jadi, fenomena long COVID-19 bisa dicegah.
"Lisosom ini geniter intraseluler. pH-nya sangat asam 4,5 ada semua enzim. Peran lisosom kalau dia asam sekali, autophagosome yang melingkupi sampah yang akan kita hancurkan. Inilah inti dari autophagy, dihancurkan di situ, recycle dan breakdown," jelasnya.