AS Akui Ketergantungannya pada China dalam Menangani Isu Global

18 Oktober 2022 17:15 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Antony Blinken, Menlu AS di Pertemuan PBB. Foto: Eduardo Munoz/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Antony Blinken, Menlu AS di Pertemuan PBB. Foto: Eduardo Munoz/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Amerika Serikat menilai sikap China di bawah kepemimpinan Presiden Xi Jinping lebih agresif. Meski begitu, Washington mengutarakan ketergantungannya kepada Beijing dalam berkolaborasi untuk mencapai kepentingan bersama.
ADVERTISEMENT
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, pada Senin (17/10), sehari usai Xi secara resmi memulai Kongres Partai Komunis di Beijing. Kongres ini akan menjadi gerbang utama bagi Xi untuk mengamankan masa jabatan lima tahun periode ketiganya.
“Kami [Amerika Serikat] telah melihat China yang sangat berbeda muncul dalam beberapa tahun terakhir di bawah kepemimpinan Xi Jinping,” ujar Blinken saat menghadiri sebuah forum di Universitas Stanford, California, AS, seperti dikutip dari AFP.
“China lebih represif di dalam negeri; China lebih agresif di luar negeri. Dan dalam banyak hal, hal itu merupakan tantangan bagi kepentingan kita sendiri serta nilai-nilai kita sendiri,” imbuhnya.
Tetapi, Blinken menegaskan bahwa hubungan antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu tidak boleh dikurangi intensitasnya.
Layar yang menampilkan pertemuan virtual Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping di sebuah restoran di Beijing, China. Foto: Tingshu Wang/REUTERS
Pada dasarnya, lanjut dia, dunia mengharapkan AS dan China untuk berkolaborasi dalam melawan perubahan iklim, kesehatan global, hingga pemberantasan perdagangan narkotika internasional.
ADVERTISEMENT
“Kami tahu bahwa kami tidak akan dapat menangani iklim sebagaimana mestinya jika China tidak mengambil bagiannya,” ungkap Blinken.
Ia kemudian memberikan saran terhadap Beijing agar selalu responsif terhadap sinyal permintaan dari negara-negara di seluruh dunia untuk menjadi aktor positif dalam menangani isu-isu yang menjadi perhatian negara berpenduduk lebih dari satu miliar orang itu.
“Masalah global jauh lebih sulit dipecahkan jika Amerika Serikat dan China tidak benar-benar terlibat,” ujar Blinken.

Ketegangan Militer AS-China

Dalam beberapa bulan terakhir, hubungan antara Beijing dan Washington tengah menghadapi tantangan, terutama dalam hal ketegangan militer.
Hal ini dipicu oleh kedatangan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada Agustus 2022 yang membuat Beijing murka. Kunjungan Pelosi disusul oleh politikus dan anggota senat lainnya yang ingin menyuarakan dukungan solidaritas untuk warga Taipei.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi menghadiri pertemuan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di kantor kepresidenan di Taipei, Taiwan, Rabu (3/8/2022). Foto: Kantor Kepresidenan Taiwan/Handout via Reuters
Selama ini, Taiwan diklaim sebagai bagian dari kedaulatan China dan kedatangan delegasi AS dianggap sebagai dukungan bagi Taipei untuk memerdekakan diri. Sejak itu pula, Beijing mengerahkan latihan militer di sekitar perbatasan Taiwan selama beberapa pekan.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, masing-masing kepala negara, Xi dan Presiden AS Joe Biden, diperkirakan akan bertemu saat menghadiri pertemuan puncak KTT G20 yang diselenggarakan pada 15-16 November di Nusa Dua, Bali.
Momen tersebut akan menjadi pertemuan tatap muka pertama sejak keduanya menjadi pemimpin.