AHY: 4 Tahun Terakhir Tak Ada Tenaga Honorer Diangkat Jadi PNS

24 Maret 2019 19:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
AHY dalam kampanye terbuka Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
AHY dalam kampanye terbuka Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Komandan Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyinggung isu tenaga honorer yang ia klaim tak pernah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam lima tahun terakhir. AHY mengaku mendengar keluhan itu langsung saat berkunjung ke Cilacap dan Kebumen.
ADVERTISEMENT
AHY menyebut, meski telah belasan tahun mengabdi, tenaga honorer yang ia temui tersebut tak pernah diangkat statusnya. Tak hanya itu, kepada AHY, mereka mengaku hanya menerima gaji Rp 150-250 per bulannya.
“Empat, lima tahun terakhir ini, tidak ada pekerja honorer yang diangkat menjadi PNS. Bahkan ada aturan baru, 35 tahun tidak boleh lagi menjadi PNS. Ini tidak adil," ujar AHY di hadapan kadernya dalam Kampanye Terbuka Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3).
AHY usai kampanye terbuka Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
“Mereka mengeluhkan di Cilacap, di Kebumen, ‘Mas Agus ini kami sudah belasan puluhan tahun mengabdi, sedangkan tidak diangkat menjadi PNS".
AHY lantas membandingkan pemerintahan saat ini dengan sepuluh tahun era Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia meyakini, pada era ayahnya itu, satu juta pekerja honorer diangkat menjadi PNS.
ADVERTISEMENT
“Sedangkan zaman SBY yang didukung penuh oleh Partai Demokrat selama sepuluh tahun di 2004 sampai 2014, ada lebih dari satu juta pekerja honorer yang diangkat menjadi PNS,” tegasnya.
Selain persoalan tenaga honorer, AHY juga menyoroti permasalahan lain. Mulai dari kenaikan harga bahan pokok hingga lemahnya daya beli.
AHY dalam kampanye terbuka Partai Demokrat di GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (24/3). Foto: Muhammad Darisman/kumparan
Secara khusus, AHY mencontohkan keluhan masyarakat tentang jatuhnya harga karet saat ia berkunjung ke Sumatera Selatan dan Sumatera Barat.
“Dulu di Zaman Pak SBY harga karet di Rp 15 ribu per kilogram, sedangkan harga beras Rp 5 ribu per kilogram. Tapi kini sebaliknya, harga karetnya hancur, harga berasnya naik,” ujarnya.
“Masyarakat kita merindukan masa-masa pemerintahan Pak SBY. Masa yang di mana ekonomi kita tumbuh dengan baik. Masyarakat memiliki daya beli yang baik, di mana lapangan kerja juga tersedia dengan cukup lapang,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT