Ahli Wabah UI Sebut GeNose Abal-abal: Banyak Disalahgunakan saat Perjalanan

29 Juni 2021 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menit

Foto ini mungkin mengganggumu, apakah tetap ingin melihat?

Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
Epidemiolog UI, Pandu Riono. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT

Penggunaan alat pendeteksi COVID-19 berbasis embusan napas GeNose kini mulai dilarang di Bali sebagai salah satu syarat penerbangan dalam negeri. Langkah ini diambil Pemerintah Bali dengan mewajibkan hasil tes menggunakan PCR.

ADVERTISEMENT

Terkait keakuratan dari GeNose, Ahli Wabah Universitas Indonesia (UI), Pandu Riono, mengatakan bahwa alat karya anak bangsa ini memang tidak akurat. Bahkan hasil uji validasinya tak pernah diungkapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

"Bukan tidak efektif, tidak akurat, jangan salah ya. Alat itu kan tidak pernah divalidasi. Sekarang kan hasil validasi itu tidak pernah diumumkan. Hasil validasi dilakukan Kemenkes, Badan Litbang, katanya hasilnya banyak kacaunya, tidak akuratlah bahasa ilmiahnya," kata Pandu saat dihubungi kumparan, Selasa (28/6).

Pandu juga menambahkan, banyak pihak-pihak yang menjadikan ketidakakuratan dari GeNose ini sebagai celah untuk mempermudah perjalanan. Apalagi bagi orang-orang yang setelah di PCR hasilnya positif namun ingin melakukan perjalanan.

Read more!

"Oh ya sudah banyak itu. Pertama kali saya ungkap itu karena saya banyak terima keluhan gitu, mereka curhat karena mereka bilang apa yang saya katakan memang benar di lapangan. Jadi alat ini seringkali positif terus negatif. Kan bahaya," jelas dia.

ADVERTISEMENT

"Begitu sudah di GeNose tiba-tiba di PCR positif. PCR positif supaya bisa jalan dia cari GeNose, negatif. Bayangin, orang kan pengin bepergian, nipu. Jadi sekarang banyak disalahgunakan, mau kayak gitu?" tambah Pandu.

Pandu kemudian mengatakan bahwa alat ini memang benar tidak akurat, dalam kata lain ia menyebutkan "abal-abal". Terkait keputusan Bali yang melarang penggunaan GeNose sebagai alat uji COVID-19 untuk perjalan, Pandu juga mengatakan hal tersebut merupakan langkah agar ketika turisme dibuka, maka diharapkan tidak ada kasus impor yang masuk.

"Semua murah, mudah, gitu. tapi gak akurat ya. Itu abal-abal. Testing abal-abal. Makanya Bali nggak mau kebobolan, kalau mereka mau bikin itu nanti yang pake GeNose Bali hancur, naik lagi kasusnya ketika dibuka tourism," tambah Pandu.

ADVERTISEMENT

"Cek ke Kemenkes apakah bisa dipakai, mau reborn gagal? Nanti tahu-tahu kasus Bali meningkat, reborn dikambinghitamkan, gagal total kan," tutupnya.