Ahli Astronomi ITB Bicara soal Batu Hitam dari Luar Angkasa di Tapanuli

4 Agustus 2020 17:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dosen ITB Hakim Luhtfi Malasan. Foto: ITB
zoom-in-whitePerbesar
Dosen ITB Hakim Luhtfi Malasan. Foto: ITB
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ahli astronomi sekaligus dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITB, Dr. Hakim L. Malasan, M. Sc, memberikan tanggapannya soal penemuan benda luar angkasa berupa batu hitam yang jatuh menimpa rumah seorang warga di Tapanuli Tengah.
ADVERTISEMENT
Batu hitam itu jatuh di rumah warga bernama Josua Hutagalung (33) pada Sabtu (1/8). Setelah diamankan, batu itu memiliki berat sekitar 2,2 kilogram.
Terkait hal itu, Hakim mengatakan masih terlalu dini jika menyimpulkan bantu itu berasal dari luar angkasa. Dirinya tidak bisa membuat kesimpulan hanya dari sebuah foto.
"Masih terlalu dini untuk mengklaim itu pecahan asteroid, tapi tekstur batunya seperti meteorit (gambar kiri bawah) yang unsur rockynya masih utuh," kata Hakim kepada wartawan, Selasa (4/8).
"Pemeriksaan visual saja dari foto tidak cukup, karena bongkahan space debris bisa terlihat seperti batuan tak beraturan, padahal sisa badan satelit buatan," tambahnya.
Batu hitam yang jatuh dari langit saat dipegang Josua Hutagalung dan istrinya, di kediamannya di Kecamatan Kolang, Tapanuli Tengah, Senin (3/8). Foto: ANTARA
Beberapa waktu lalu, Hakim pernah melakukan kunjungan ke Sumatera Barat karena adanya informasi warga yang menemukan batu jatuh dari langit saat terjadi hujan. Ia kemudian meneliti batu tersebut.
ADVERTISEMENT
"Hal serupa terjadi di Batu Angke Angke, Sumatera Barat, ketika pemilik rumah mengklaim batu dari langit yang jatuh saat ada hujan petir. Saya pernah ke sana, tapi tekstur batunya beda. Itu mengandung lebih banyak Fe (Iron)," ucap Hakim.
Ketika batu itu diambil oleh warga sekitar, air yang ada di sekitar batu terhisap dan kering. Sehingga warga meyakini batu itu merupakan pecahan asteroid.
Benda angkasa berupa batu hitam yang jatuh dari langit ke rumah Josua Hutagalung warga Dusun Sitahan Barat, Desa Satahi Nauli, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sabtu (1/8) sore. Foto: Handout via Antaranews
Mengenai itu, Hakim menjelaskan sebenarnya tidak ada kaitannya antara air yang mengering itu dengan asteroid.
"Pengangkatan batu dan mengeringnya air di sekitar sepertinya tidak berkaitan. Asteroid itu bahannya Stoney Iron. Bidang Geologi paling relevan dengan itu. Unsur batu biasanya akan habis diexosfer karena terbakar. Namun unsur Iron tidak mudah menguap dan biasanya utuh sampai ke permukaan Bumi," jelas Hakim.
ADVERTISEMENT
"Itu sebabnya perlu diteliti. Khawatirnya kalau itu ternyata space debris, sisa satelit buatan. Material satelit buatan ada yang radioaktif, dan itu berbahaya bagi manusia," tambahnya.
Maka dari itu, Hakim mengatakan saat ini langkah terbaik yang harus dilakukan adalah menyerahkan batu itu kepada Dinas Geologi setempat. Tujuannya, untuk dilakukan penelitian apakah batu itu merupakan pecahan asteroid atau bukan.
"SOP yang baik adalah diteliti kandungannya secara laboratorium. Ya, bisa dipinjamkan bisa diserahkan," ucap Hakim.
Selain itu, Hakim juga meminta agar pecahan batu itu tidak dijadikan jimat oleh warga sekitar. Mengingat warga sekitar menganggap batu itu sebagai berkah.
"Tapi jangan dijadikan jimat, batu hoki atau sejenisnya, karena itu keliru. Sudah cukup lah kasus batu Angke Angke dan Ponari," tutur Hakim.
ADVERTISEMENT
***
Saksikan video menarik di bawah ini.