Penyakit Jantung Jadi Penyebab Utama Kematian di Dunia, Bagaimana Mencegahnya?

11 Juli 2022 11:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Thinkstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahukah Moms, saat ini penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung merupakan penyebab utama kematian manusia di seluruh dunia, terutama di negara berkembang termasuk Indonesia. Beberapa penyakit yang tergolong dalam penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung koroner (CHD), penyakit serebrovaskular, hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit vaskular perifer (PVD).
ADVERTISEMENT
Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyebut, terdapat sekitar 17 juta kematian per tahun akibat PKV dan merupakan 31 persen dari seluruh total kematian di dunia. Angka ini diprediksi akan terus meningkat hingga 23 juta kematian per tahun di 2030.
com-Ilustrasi penyakit jantung. Foto: Shutterstock
Menurut WHO, pada 2016 penyakit jantung merupakan 35 persen dari seluruh kematian yang jumlahnya 1.863.000, disusul dengan kanker (12 persen) dan penyakit tidak menular lainnya. Mengapa bisa sebanyak itu? Apakah penyakit ini tidak bisa terdeteksi sejak dini? Ternyata jawabannya, bisa lho.
“Faktor risiko kardiovaskular sudah dapat dideteksi pada masa anak dan remaja yang sangat terkait dengan progresivitas proses aterosklerosis (salah satu gangguan pembuluh darah-red) pada usia remaja dan dewasa,” ujar Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof. Dr. dr. Sukman Tulus Putra, SpA(K), FACC, FESC, dalam keterangan tertulis yang diterima kumparanMOM, Senin (11/7).
ADVERTISEMENT
Prof Sukman menyebut, ada tiga kelompok faktor risiko kardiovaskular. Apa saja?
Lantas, bagaimana cara pencegahannya?

Cara Mencegah Risiko Penyakit Kardiovaskular atau Jantung

Nutrisi
Ilustrasi bayi menyusu Foto: Shutterstock
Nutrisi sejak bayi berupa pemberian ASI eksklusif sejak bayi lahir sampai usia 6 bulan ternyata anak tersebut di sekolah lanjutan atas (remaja) mempunyai ketebalan tunika intima media arteri karotis lebih tipis dan berbeda secara bermakna dibandingkan pada remaja yang pada masa bayi minum susu formula atau ASI kurang dari 4 bulan. Hal ini membuktikan bahwa nutrisi yang baik anak sejak usia dini dapat mengurangi risiko terjadinya PKV akibat aterosklerosis di kemudian hari.
ADVERTISEMENT
Aktivitas fisik
Ilustrasi anak balita berlari. Foto: Shutter Stock
Aktivitas anak yang kurang (sedentary lifestyle) telah banyak dibuktikan dapat meningkatkan risiko PKV khususnya penyakit jantung koroner yang saat ini menjadi penyebab kematian utama tertinggi di Indonesia.
Paparan tembakau atau rokok
Ilustrasi ibu merokok. Foto: Shutter Stock
Begitu banyak penelitian yang membeberkan bahayanya rokok bagi tubuh. Bahkan di setiap bungkus rokok selalu disebutkan dampak buruk rokok seperti gangguan pada jantung, paru-paru, penyakit mulut dan tenggorokan, gangguan otak, dan lain-lain.
Selain itu, menurut dokter yang juga Ketua Purna Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini, uji tapis atau deteksi dini kardiovaskular juga penting dilakukan. Dia menyebut, masih tingginya angka kematian akibat PKV di Indonesia saat ini mungkin akibat minimnya kesadaran untuk mendeteksi dan mengintervensi faktor risiko kardiovaskular sejak usia dini dan remaja pada sekitar 90 juta anak Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Deteksi faktor risiko kardiovaskular melalui uji tapis pada usia anak dan remaja dan strategi untuk melakukan intervensi merupakan kunci utama dalam menurunkan angka kejadian PKV di usia dewasa dan lanjut. Sehingga diperlukan strategi dan langkah yang konkret dengan melibatkan semua sektor terkait dari sektor kesehatan, pendidikan, organisasi profesi dan masyarakat itu sendiri,” tuturnya.