ART Bilang Bye! Kata Psikolog, Ada Alasan Kenapa Kita Tak Perlu Sedih

25 Mei 2019 13:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rumah berantakan Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rumah berantakan Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berakhirnya Games of Thrones atau naiknya harga bawang putih menjelang Lebaran, membuat banyak orang sedih. Tapi mungkin tak ada yang bisa menandingi rasa sedih yang kita (para ibu!) alami ketika ditinggal Asisten Rumah Tangga (ART). Apalagi kalau ART belum pasti akan kembali. Aduh, sungguh rasanya sakit hati!
ADVERTISEMENT
Tapi tidak begitu seharusnya. Menurut psikolog Vera Itabiliana Hadiwidjojo S.Psi, Psi. alih-alih menangis meratapi nasib, seharusnya kita yakin akan baik-baik saja saat ditinggal ART, Moms.
"Segala kondisi hendaknya bisa dipandang positif meski sulit, termasuk saat ART tidak ada," ujar Vera.
wanita menangis Foto: Shutterstock
Vera menjelaskan, saat ART tidak ada artinya tidak ada “penghalang” antara Anda, suami dan anak untuk bisa bekerjasama, saling mendukung dan menjadi lebih dekat.
"Tanpa ART semua harus langsung hands on, harus dikerjakan sendiri sehingga skills yang dibutuhkan dalam kehidupan menjadi lebih terasah," papar ibu dari dua anak laki-laki ini.
Seperti apa contohnya? "Hal yang sederhana seperti mencuci piring dan merapikan kamar, bisa dilakukan semuanya dengan santai, gembira dan penuh kehangatan. Di sini, ibu tidak perlu pasang standar tinggi, yang penting semua dilakukan sendiri. Toh, butuh proses hingga akhirnya hasilnya maksimal," Vera menjelaskan.
Ilustrasi keluarga kecil Foto: Shutterstock
"Buat 'rapat' keluarga, duduk sama-sama, jelaskan kondisinya pada anak, sebutkan apa-apa saja yang harus dikerjakan di rumah dengan tidak adanya ART lalu ajak memikirkan solusinya," tukas Vera.
ADVERTISEMENT
Ya Moms, pada anak yang masih balita pun misalnya, Anda bisa menyebutkan apa-apa saja yang biasa dilakukan oleh ART -yang sekarang harus dikerjakan sendiri oleh anggota keluarga. Tentu saja cara menyampaikannya tidak perlu dalam suasana serius seperti ketika Anda memimpin rapat di tempat kerja.
Anda bisa mengatakan pada anak, "Biasanya, Mbak Yem bertugas memasak, menyiapkan piring, sendok dan garpu di meja serta mengisi gelas-gelas dengan air ketika kita hendak makan. Mbak Yem juga mencuci semua peralatan makan yang kotor setelahnya. Sekarang karena Mbak Yem pulang untuk Lebaran di kampungnya, ibu perlu dibantu untuk melakukan itu semua, nih.”
Lalu bagi tugas dengan jelas. Misalnya jelaskan bahwa Anda akan memasak. Lalu minta si sulung bertugas menyiapkan piring, sendok dan garpu di meja. Sementara si kecil bertugas mengisi air minum dan Ayah bertugas mencuci setelahnya.
ADVERTISEMENT
Jangan lupa, rinci setiap tugas dan siapa yang akan mengerjakannya. Jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak. Lebih baik lagi, beri kesempatan untuk setiap anggota keluarga memilih tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Ibu dan ayah bisa bantu arahkan.
Ilustrasi kakak adik. Foto: Shutterstock
"Contoh, orang tua bisa mengarahkan dan menjelaskan bahwa tugas menutup jendela diserahkan ke kakak karena adik belum sampai tinggi badannya. Kadang pembagian tugas memang terjadi begitu saja antara kakak dan adik, tidak apa-apa. Yang penting jelas, tugas-tugasnya apa saja yang perlu dikerjakan," pesan Vera.
Tapi lakukan semua dengan ikhlas dan tanpa omelan ya, Moms. "Karena kalau sudah ngomel duluan, semua pasti jadi males bawaannya!" tutup Vera.
Selanjutnya, coba untuk menikmatinya Moms! Percayalah, bila disikapi dengan tepat, tidak adanya ART di rumah di masa Lebaran ini juga bisa membuka peluang untuk meningkatkan keintiman atau bonding keluarga Anda.
ADVERTISEMENT