Tren Kuliner: Dulu Viral, Apa Kabar Es Kepal Milo?

4 Juni 2021 14:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi es kepal Milo. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi es kepal Milo. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kamu masih ingat kala tren kuliner es kepal Milo? Hmm, apa kabar, ya sekarang?
ADVERTISEMENT
Ya, inovasi yang hadir di dunia kuliner terbilang berkembang pesat. Selalu saja ada aneka kudapan maupun hidangan yang berhasil memanjakan lidah tiap orang. Bahkan, beberapa dinilai cukup unik dan menarik, sampai viral di media sosial.
Mulai tahun 2017, aneka kuliner kekinian menjamur di Indonesia. Laiknya kue cubit dengan topping premium seperti Nutella atau red velvet, pisang nugget, sampai ais atau es kepal Milo. Sayangnya, beberapa di antara makanan ngetren tersebut kini bak disapu ombak. Huru-haranya telah menghilang.
Sama halnya dengan es kepal Milo. Flashback sedikit, tren dessert satu ini mulai dikenal sejak 2018. Awalnya, kudapan manis berbahan dasar es serut dan lelehan saus cokelat itu berasal dari Malaysia. Lalu, ramai di media sosial, membuat beberapa daerah di Indonesia juga ikut menjadikan makanan viral ini sebagai ide bisnis.
ADVERTISEMENT
Namun, pasang-surut es kepal tergolong cepat. Nyatanya, popularitas es kepal Milo kini tampak lenyap. Terasa dari mulai sulitnya bila pengi menemukan es kepal; yang dulunya mungkin di dekat gang rumah kamu saja ada pedagang makanan satu ini.
Ilustrasi es kepal Milo. Foto: Shutter Stock
Meski begitu, ternyata masih ada yang konsisten menjual es kepal; yakni es kepal OM BEWOK. Berbeda dari kebanyakan orang yang memilih menutup franchise es kepalnya, bisnis satu ini tetap hadir dan menjadikan minuman dingin itu sebagai salah satu menu andalan.
Diketahui OM BEWOK telah berdiri selama 2 tahun. Khaerul Umam selaku pemiliknya, mengatakan kalau memang sejak awal ia telah berjualan es kepal. Cabang pertamanya ada di Jalan Garuda, Kemayoran.
"Dulu saya sempat buka cabang es kepal di Jl. Garuda. Nah, es saya ini punya cita rasa yang Milo banget. Akhirnya ramai pengunjung, mereka juga pada suka karena rasanya enak. Pernah masuk juga ke daftar es kepal Milo terenak di Jakarta," ungkap Khaerul pada kumparan, Rabu (2/06).
ADVERTISEMENT
Rupanya, ketika ia berencana membuka cabangnya sendiri, ia pernah melakukan survei hingga ke Malaysia, dan mencicipi es kepal asli di sana. Saat itu, Khaerul sangat menyukai cita rasa es tersebut. Tapi, saat ia mencicipi hidangan yang serupa di Indonesia, menurutnya rasanya tak begitu enak.
Es kepal Milo Om Bewok Kemayoran Foto: Dok.Ombewokkoreanfoodstand
Seiring dengan popularitas es kepal yang menurun, ia pun mengubah konsep bisnisnya menjadi warung makan korea dengan model kaki lima. Uniknya, ia tetap memasukkan es kepal sebagai salah satu menu andalan.
Meski begitu, Khaerul juga mengakui kalau tren es serut berlumur saus cokelat kental tersebut memang telah menurun. Ia pun sudah lama memprediksi penurunan tren tersebut. Maka dari itu, ia melakukan inovasi dengan menambah menu makanan Korea, supaya bisa tetap eksis di mata pelanggan.
ADVERTISEMENT
Bukan hanya itu, dulu Khaerul bercerita kalau ia bisa menghabiskan 60 kilogram Milo dalam sehari. Sayangnya, saat ini 1 kilogram Milo saja, baru bisa habis setelah 3 hari. Tapi, walau mengalami penurunan drastis, Khaerul menambahkan, jika es kepal ini ada untuk melayani pelanggan yang mau bernostalgia, menikmati manis juga dinginnya sajian es serut seharga Rp 17 ribu tersebut.
Bagi laki-laki berusia 34 tahun itu, tren es kekinian ini memang secara perlahan bisa saja lenyap. Lantaran, hanya beberapa orang yang akan bertahan karena cita rasa yang menurut mereka lezat. Ke depannya,Khaerul pun belum berencana mengembangkan inovasi dari menu es kepal Milo itu. Alasannya, ia hanya ingin fokus pada penjualan makanan Korea buatannya yang sudah banyak dikenal.
ADVERTISEMENT

Penyebab pasang-surut tren kuliner yang begitu cepat

Ilustrasi Pasang Surut Tren Kuliner. Foto: Dimas Prahara/kumparan
Seperti yang sudah diprediksi oleh Khaerul, makanan yang mudah populer, seperti es kepal ini akan mengalami penurunan popularitas. Sebenarnya, bukan hanya es kepal, ada lagi tahu bulat atau es mangga ala Thailand yang dulu juga begitu ngetren. Sayangnya, makanan tersebut mulai sulit didapatkan.
Penasaran dengan pasang-surut tren di dunia kuliner, kami pun mengulik soal hal ini kepada pakarnya. Menurut Lucky Suherman, founder Komunitas Pelaku Kuliner (KPK) pasang-surut tren kuliner bak seleksi alam. Siapa yang bisa mengikuti, maka ia mampu bertahan.
“Hal ini memang sangat normal, dan ini hasil seleksi alam, karena semua orang mencoba membuat. Tinggal dilihat, yang mana yang bisa bertahan. Yang bertahan itu dia yang persisten, membuat inovasi,” ujarnya saat berbincang dengan kumparan melalui sambungan telepon, Jumat (4/6).
ADVERTISEMENT
Terlebih, menurut laki-laki yang juga berprofesi sebagai chef itu, makanan seperti es kepal maupun tahu bulat merupakan yang mudah diduplikasi. Tak memiliki resep rahasia dan bisa tersedia di mana-mana. Meskipun demikian, ia mengatakan kalau sejatinya makanan seperti ini masih memiliki kesempatan umur panjang.
Chef Lucky Suherman, founder Komunitas Pelaku Kuliner Foto: Dok.Chef Lucky Suherman/Instagram
“Asalkan mereka persisten, itu sebenarnya masih bisa bertahan, meskipun banyak kompetitor. Persisten dalam arti, dia itu fokus kepada usahanya, meskipun tahu bulat pun (bisnis) low cost dan dia tetap berinovasi, nanti (saat) yang lain berjatuhan, dia masih tersisa,” tegasnya.
Tak hanya soal persisten, pebisnis kuliner ‘musiman’ seperti ini juga harus terus melakukan inovasi. Chef Lucky mencontohkan beberapa tips untuk pebisnis kuliner seperti ini. Misal, seorang pedagang es kepal, bisa saja berinovasi dengan menyediakan aneka topping melimpah. Tak hanya itu, ia juga bisa berinovasi dengan menyuguhkan menu lain; seperti yang dilakukan OM BEWOK, lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Chef Lucky pun menyebut pedagang kuliner ‘musiman’ ini kerap memanfaatkan momentum. “Ada momentum yang mereka ambil, dan ada juga yang biasanya ketika lain musim, mereka ikutan lagi. Jadi mereka ini kalau kita lihat memang pemain hit and run, yang memanfaatkan momentum. Ini enggak ada salahnya. Mungkin saja dia sudah mendapatkan profit. Kalau yang sudah berjalan dan baru ikut-ikutan, itulah yang sulit mendapatkan keuntungan,” tutupnya.
Reporter: Balqis Tsabita Azkiya