Mengukur Keberhasilan Investasi Youngster Real Madrid dalam Satu Dekade

3 Juni 2020 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Marco Asensio, salah satu rekrutan berhasil Real Madrid. Foto: Juan Medina/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Marco Asensio, salah satu rekrutan berhasil Real Madrid. Foto: Juan Medina/Reuters
Real Madrid adalah tempatnya para bintang dan reputasi ini sudah mereka bangun sejak dekade 1950-an tatkala Santiago Bernabeu menjabat sebagai presiden klub.
Bernabeu, yang pernah memperkuat Real Madrid sebagai pemain pada awal abad ke-20, mulai menjabat sebagai presiden klub pada 1943. Ketika itu, Real Madrid belum seperti sekarang.
Sejak pertengahan dekade 1940-an sampai medio dekade 1950-an, Real Madrid harus mengakui kenyataan bahwa mereka bukanlah klub nomor satu di ibu kota.
Ketika itu, status sebagai klub terbaik di Madrid merupakan milik Atletico Aviacion, klub milik Angkatan Udara Spanyol yang sekarang dikenal dengan nama Atletico Madrid.
Bernabeu tak ingin Real Madrid terus berada di bawah bayang-bayang Atletico. Perlahan, dia membangun sebuah identitas yang akan terus melekat dengan El Real sampai saat ini.
Selain memperkuat akademi, Bernabeu juga mendatangkan pemain-pemain bintang dalam skala besar. Alfredo Di Stefano, Raymond Kopa, dan Ferenc Puskas adalah contohnya.
Revolusi yang dilakukan Bernabeu itu membuat Real Madrid jadi tim yang begitu digdaya, tak cuma di negeri sendiri melainkan juga di seantero Eropa.
Langkah Bernabeu itu sekarang diikuti oleh Florentino Perez. Perez sendiri menjabat sebagai presiden klub dalam dua periode, yaitu pada 2000-2006 dan 2009-sekarang.
Pada masa jabatan pertamanya, Perez seratus persen fokus pada pembelian pemain bintang sehingga kemudian lahirlah julukan Los Galacticos buat Real Madrid.
Ketika ditunjuk lagi menjadi presiden pada 2009, langkah serupa diteruskan Perez. Kedatangan Cristiano Ronaldo, Ricardo Kaka, dan Gareth Bale menjadi tonggaknya.
Akan tetapi, dalam periode kepresidenan keduanya, Perez juga 'diam-diam' menerapkan kebijakan lain. Sejak 2010, Real Madrid rutin mengeluarkan uang untuk merekrut pemain muda berbakat.
Presiden Real Madrid, Florentino Perez. Foto: Reuters/UEFA
Berdasarkan catatan Marca, sejak 2010 Real Madrid telah menghabiskan lebih dari 400 juta euro untuk merekrut pemain-pemain berusia 21 tahun ke bawah.
Dana sebesar itu Real Madrid gunakan untuk merekrut 24 pemain, mulai dari Mesut Oezil sampai Luka Jovic. Lantas, bagaimanakah nasib para pemain tersebut?

Mereka yang Berhasil

Ini mungkin bakal terdengar sedikit mengejutkan tetapi ternyata ada banyak youngster yang berhasil di Real Madrid. Oezil bisa menjadi contoh paling awal.
Dibeli dari Werder Bremen usai Piala Dunia 2010, Oezil menjadi playmaker andalan Jose Mourinho selama tiga musim. Ketika dijual ke Arsenal pun Oezil mampu memberi keuntungan sebesar 35 juta euro untuk Real Madrid.
Kemudian, ada Raphael Varane, Casemiro, Isco Alarcon, Dani Carvajal, Marco Asensio, Mateo Kovacic, serta Fede Valverde yang juga bisa disebut berhasil di Real Madrid.
Hampir semua pemain yang disebut di atas mampu menjadi pemain inti Real Madrid dan menyumbangkan banyak trofi. Pengecualiannya adalah Kovacic yang selama di Real Madrid cuma jadi pelapis.
Mateo Kovacic lumayan berhasil di Real Madrid. Foto: Getty Images/Stringer
Namun, peran Kovacic selama di Real Madrid juga tidak kecil. Buktinya, dia bisa tampil sampai 109 kali dalam tiga musim dengan torehan sembilan titel.
Saat ini, dari delapan nama tadi, enam di antaranya masih bermain untuk Real Madrid, yaitu Varane, Casemiro, Isco, Carvajal, Asensio, dan Valverde.
Asensio sendiri belum tampil sama sekali pada musim 2019/20 karena cedera. Akan tetapi, di musim ini, nama Valverde mencuat dan sekarang dia sudah menjadi andalan lini tengah Real Madrid.

Mereka yang Gagal

Namanya juga investasi, tentu tidak semuanya berbuah hasil. Di Real Madrid pun seperti itu kasusnya. Akan tetapi, jumlah pemain yang gagal tidaklah banyak.
Sergio Canales, Lucas Silva, Sergio Diaz, Theo Hernandez, dan Jesus Vallejo menjadi deretan nama yang tidak bisa dibilang berhasil. Mereka pun kini telah tersisih.
Canales datang pada 2010 sebagai remaja potensial. Akan tetapi, setelah hanya menjalani 15 pertandingan, dia dilego ke Valencia pada 2012. Saat ini Canales bermain untuk Real Betis.
Lucas Vazquez (kanan) berduel dengan Sergio Canales (kiri) di laga Real Madrid vs Real Betis, Senin (9/3/2020). Foto: Reuters/Marcelo Del Pozo.
Lucas Silva, sementara itu, gagal karena mengalami masalah pada jantungnya. Selama empat musim, pemain asal Brasil itu selalu dipinjamkan ke klub lain sampai kontraknya diputus tahun lalu.
Pemain lain yang kurang beruntung adalah Vallejo. Meski punya potensi besar, bek yang digaet dari Real Zaragoza itu rentan cedera sehingga sulit bersaing. Saat ini Vallejo sedang dipinjamkan ke Granada dan kemungkinan besar akan dilepas musim depan.
Lalu, ada Diaz yang digadang-gadang sebagai Sergio Aguero dari Paraguay. Alih-alih menjadi Aguero baru, Diaz sama sekali belum pernah bermain untuk Real Madrid sejak dibeli pada 2016.
Terakhir, ada Theo yang tidak berhasil di Real Madrid tetapi sekarang bersinar bersama AC Milan. Real Madrid sudah benar menilai potensi Theo tetapi gagal membinanya dengan baik.

Mereka yang Belum Bisa Dinilai

Ada yang berhasil, ada yang gagal, ada pula yang belum bisa dinilai. Mereka yang belum bisa dinilai keberhasilannya ini jumlahnya paling banyak, mencapai separuh dari total investasi.
Kebanyakan pemain yang belum bisa dinilai ini baru direkrut Real Madrid dalam dua tahun terakhir seperti Vinicius Junior, Andriy Lunin, dan Takefusa Kubo.
Takefusa Kubo memperkuat Real Madrid di ajang Audi Cup 2019. Foto: AFP/Christof Stache
Meski begitu, ada pula beberapa pemain yang sebenarnya sudah berada di Real Madrid selama setidaknya tiga tahun seperti Daniel Ceballos dan Martin Odegaard.
Ceballos, Odegaard, Kubo, dan Lunin saat ini berada dalam masa peminjaman. Mereka semua, khususnya Odegaard, masih punya kans untuk bersinar bersama Real Madrid. Lunin, sementara itu, diproyeksikan jadi deputi Thibaut Courtois musim depan.
Satu pemain lain yang sedang dipinjamkan adalah Alberto Soro. Jika mempertimbangkan fakta bahwa Soro saat ini hanya bermain di Zaragoza, ada kemungkinan pemuda Spanyol itu akan gagal.'
Kemudian, ada pemain-pemain seperti Vinicius, Rodrygo Goes, Reinier Jesus, Brahim Diaz, Eder Militao, serta Luka Jovic. Mereka semua masih punya kesempatan berhasil di Los Blancos.
Di antara nama-nama di atas, Rodrygo dan Vinicius saat ini jadi yang terdepan. Namun, tak menutup kemungkinan pemain-pemain lainnya akan ikut berkembang di masa depan.

Kesimpulan

Boleh dikatakan, Real Madrid selama sepuluh tahun terakhir telah melakukan investasi pemain muda dengan cukup baik. Dengan begitu, uang 400 juta euro tadi sama sekali tak terbuang sia-sia.
Raphael Varane berusaha melindungi bola dari sergapan Lionel Messi. Foto: AFP/Dani Pozo
Investasi youngster ini sendiri bisa dilihat sebagai bentuk pembelajaran Perez atas kesalahan-kesalahan yang dia buat dalam proyek Galacticos jilid pertama.
Pada waktu itu hampir semua pemain didatangkan Perez di usia matang. Akibatnya, ada rasa memiliki yang hilang dari mereka. Sekarang, Perez merekrut pemain di usia muda sehingga identitas Real Madrid bisa turut tertanam dalam diri mereka.
Asensio, misalnya. Meski merupakan didikan Real Mallorca, pemain kidal itu telah memiliki arogansi khas Real Madrid yang membuatnya bisa bersaing di tim utama.
Varane bisa jadi contoh lain. Sejak remaja dia sudah menjadi bagian dari Real Madrid, bermain dengan bintang-bintang, dan kini dia merupakan salah satu pemain tersukses di dunia.
Dengan kata lain, Real Madrid sebetulnya berusaha untuk mencetak bintang mereka sendiri. Ini tak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Borussia Dortmund, misalnya.
Orang boleh saja bilang cara Real Madrid itu tidak murni. Akan tetapi, atas segala keberhasilan yang mereka peroleh, Real Madrid layak mendapatkan kredit tersendiri.
-----
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona.