Menakar Aksi PSG Patenkan Mauro Icardi, Manfaat atau Mudarat?

3 Juni 2020 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mauro Icardi merayakan gol ke gawang Stade Brestois. Foto: Reuters/Stephane Mahe
zoom-in-whitePerbesar
Mauro Icardi merayakan gol ke gawang Stade Brestois. Foto: Reuters/Stephane Mahe
ADVERTISEMENT
Paris Saint-Germain (PSG) telah resmi mempermanenkan Mauro Icardi dari Inter Milan. Ini jelas langkah anti-mainstream. Di saat klub-klub lain mempertimbangkan betul untuk berbelanja lantaran krisis dampak pandemi, eh, PSG justru konsumtif.
ADVERTISEMENT
Oke, PSG memang mendapatkan potongan harga untuk menebus Icardi. Dari yang semula 70 juta euro 'cuma' jadi 50 juta euro plus bonus sebesar 8 juta euro. Namun, itu tetap saja menjadi transfer terbesar semasa pandemi virus corona sekarang.
Ketimbang membeli dengan uang, klub-klub lebih memilih barter sebagai solusi untuk mengikat pemain baru. Hal demikian diungkapkan Alessandro Moggi, salah satu agen beken di Italia.
“Kondisi ini melahirkan kontraksi atau penurunan nilai. Kecenderungan klub sekarang bertukar pemain daripada membeli," tutur Moggi kepada Corriere dello Sport.
“Meski demikian, bukan berarti manuver transfer akan lebih sedikit gerakan. Yang penting tetap bisa mengikat dan menguatkan tim, tetapi dengan lebih hemat biaya.”
Pertanyaannya, kok, PSG begitu ngebet untuk mempermanenkan Icardi, sih?
ADVERTISEMENT
Begini, Icardi cuma punya durasi pinjam di PSG selama semusim. Masa rental itu akan habis pada Rabu (31/5/20). Artinya, PSG kudu buru-buru mengambil keputusan: Mempermanenkannya atau memulangkannya ke Inter.
Opsi pertama yang kemudian dipilih PSG. Wong, mereka memang betulan butuh penyerang tengah, sejak musim lalu malah.
Masih ingat transfer absurd PSG musim lalu, saat mereka memboyong Eric Maxim Choupo-Moting dari Stoke City? Itu cukup menggambarkan bahwa mereka sangat membutuhkan sosok target-man.
Krisis ini mereka alami sejak melepas Zlatan Ibrahimovic di musim 2016/17. Mulai saat itu, cuma Edinson Cavani satu-satunya striker murni yang mereka punya.
Kredibilitas Cavani jelas sulit terbantahkan. Wong, dia bertengger sebagai topskorer sepanjang masa PSG dengan 200 golnya.
ADVERTISEMENT
Masalahnya, usia Cavani sudah mencapai 33 tahun. Kontrak eks penggawa Napoli itu juga bakal rampung di akhir musim ini. Itulah mengapa Icardi jadi pilihan satu-satunya buat mengisi pos ujung tombak PSG.
Sementara, Thomas Tuchel memang butuh figur target-man dalam pakemnya. Gamblangnya, harus ada penyerang tengah untuk memaksimalkan ketajaman Kylian Mbappe, Neymar, dan Angel Di Maria di sisi tepi.
Laga versus Olympique Marseille pada Oktober lalu bisa menjadi rujukan. Kala itu Tuchel mengadopsi pakem 4-3-3 dengan kombinasi Mbappe, Icardi, dan Di Maria di garis terdepan.
Tak hanya berhasil mencetak 2 gol, Icardi juga sukses mengatrol kepakan sayap PSG. Pergerakan horizontalnya membuat Mbappe dan Di Maria leluasa melakukan cutting-inside ke pertahanan Marseille.
ADVERTISEMENT
Gol keempat PSG jadi buktinya. Icardi dengan cerdik memberikan ruang kepada Mbappe untuk melakukan manuver dari area tengah.
Kualifikasi striker semacam ini yang dibutuhkan PSG. Tak hanya aktif bikin gol, tapi juga mampu mendongkrak ketajaman winger mewah mereka.
Mauro Icardi. Foto: Marcelo Ruiz/Reuters
Icardi total sudah bikin 20 gol untuk Les Parisiens di seluruh kompetisi 2019/20. Sebagai pembanding, jumlah itu hanya kalah dari Mbappe.
Patut diingat kalau Icardi juga berhasil menyarangkan 5 gol di Liga Champions. Cukup merepresentasikan bahwa pasangan Wanda Nara itu bukan cuma tampil oke di kancah domestik, melainkan juga jago di level elite Eropa.
====
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk, bantu donasi atasi dampak corona!
ADVERTISEMENT